Advertisement

Panen Lobster Melimpah, Nelayan Congot Bergairah Turun Melaut

Uli Febriarni
Jum'at, 05 Oktober 2018 - 19:15 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Panen Lobster Melimpah, Nelayan Congot Bergairah Turun Melaut Sejumlah nelayan menghitung hasil tangkapan bersama pengepul ikan di Pantai Congot, Kamis (4/10 - 2018).Harian Jogja/Uli Febriarni

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Selama beberapa hari terakhir, nelayan di Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, panen lobster. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi nelayan setelah sebelumnya mereka tak bisa melaut lantaran gelombang laut yang tinggi.

Seorang nelayan Pantai Congot, Rubingan, menjelaskan gelombang tinggi yang membuat nelayan takut melaut datang bersamaan dengan adanya bencana alam gempa bumi dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah. Namun gelombang berangsur stabil dan aman bagi nelayan meski ketinggian masih mencapai sekitar tiga meter.

Advertisement

Jumlah dan jenis lobster yang berhasil ditangkap oleh para nelayan berbeda-beda, ada yang berhasil mendapatkan empat kilogram (kg), tujuh kilogram hingga 15 kg. Untuk jenisnya, lobster yang ditangkap yakni lobster batu dan lobster hijau yang harga jualnya berkisar Rp350.000 per kg. Ada juga yang mendapatkan satu lobster mutiara berukuran satu kilogram seharga Rp1,1 juta. Lobster dijual kepada pengepul setempat, dan biasanya dikirim ke Cilacap atau Kebumen, Jawa Tengah.

"Kami mematuhi aturan pemerintah untuk tidak menangkap lobster yang ukurannya di bawah dua ons maupun lobster yang sedang bertelur. Teman-teman nelayan lain juga mematuhi," kata dia saat dijumpai di tepi Pantai Congot, Kamis (4/10/2018).

Selain lobster, nelayan saat ini mendapatkan banyak tangkapan berupa ikan talang, tengiri, layur yang dihargai Rp35.000 per kg di tempat pelelangan ikan (TPI). Tak ada kendala berarti saat melaut, kecuali banyaknya sampah di perairan.

Nelayan lainnya, Suroto, mengungkapkan hal senada. Panen lobster membuat sebagian besar nelayan kembali melaut walaupun gelombang laut masih tergolong tinggi. Gelombang tinggi tersebut masih bisa ditembus nelayan dengan menggunakan perahu motor tempel. Namun mereka harus ekstra hati-hati saat menebar jaring karena banyak sampah dan batu karang. "Saat ada gempa Palu, gelombang cukup tinggi, kami sempat tiga hari tidak bisa melaut," ucapnya.

Menurut dia, saat ini memasuki masa panen lobster. Namun nelayan akan langsung melepas lobster yang masih berukuran kecil atau sedang bertelur. Ukuran lobster pada musim kali ini terhitung lebih besar daripada pada musim tahun lalu. Lobster ditangkap menggunakan jaring tanpa memerlukan umpan. Walau demikian, nelayan harus berani melaut agak jauh dari bibir pantai. Selain itu, rela tangan terluka karena terkena karang atau menarik kuat jaring yang tersangkut karang. "Hasil tidak menentu, apalagi lobster sifatnya bergerombol. Tapi ukurannya sekarang besar-besar, kami menjadi bersemangat menangkapnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Ada Kabel Semerawut, ORI DIY: Laporkan!

Ada Kabel Semerawut, ORI DIY: Laporkan!

Jogjapolitan | 10 hours ago

Berita Pilihan

Advertisement

alt

1.119 WNI Berhasil Dipulangkan ke Tanah Air dari Zona Konflik hingga Bencana Alam

News
| Sabtu, 27 April 2024, 04:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement