Advertisement

Mengapa Wedhus Gembel Merapi Belum Muncul Lagi?

Abdul Hamied Razak
Rabu, 06 Februari 2019 - 19:07 WIB
Budi Cahyana
Mengapa Wedhus Gembel Merapi Belum Muncul Lagi? Guguran Lava Pijar Gunung Merapi, Selasa (25/12/2018) pukul 00.11 WIB. - Ist/Twitter BPPTKG

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Status Waspada yang disematkan untuk Merapi tahun ini sangat panjang, yakni sampai sembilan bulan sejak Mei 2018. Saat ini, awan panas atau wedhus gembel belum muncul lagi setelah terakhir kali keluar pada Selasa (29/1/2019) pekan lalu.

Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja Agus Budi Santoso mengatakan kenaikan status Merapi didasarkan pada hasil pemantauan keseluruhan, baik berupa tren maupun data pemantauan sesaat. Menurut dia, lava pijar banyak yang berguguan karena gravitasi, runtuh begitu saja tanpa pemicu dari dalam perut Merapi.

Advertisement

“Magmanya lebih fresh, sudah banyak yang keluar [agak kental] awal-awal, saat ini encer sehingga tidak membutuhkan tekanan yang kuat,” kata dia.

Berdasarkan data terbaru BPPTKG, aktivitas Merapi selama Selasa (5/2/2019) hanya terjadi sembilan kali guguran dengan durasi antara 14-52 detik. Adapun aktivitas Rabu (6/2/) siang berdasarkan data seismik tercatat 14 kali guguran lava dengan durasi antara 17 hingga 62 detik.

Agus Budi Santoso menjelaskan yang membedakan guguran dan awan panas adalah sifat magma dan laju ekstrusi magma. Menurut Budi, ada tidaknya luncuran awan panas tergantung dari proses dan faktor yang memicunya. Peningkatan laju eksrusi magma disertai gas, memungkinkan munculnya kembali awan panas. “Awan panas ini terjadi kalau eksrusi magma tinggi, kandungan gasnya tinggi.”

Laju pertumbuhan kubah Merapi sampai Februari ini masih rendah. Dengan rata-rata pertumbuhan 1.300 meter kubik perhari, butuh waktu lama bagi Merapi untuk mencapai tingkat erupsi yang membahayakan masyarakat.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementrian ESDM Kasbani mengatakan aktivitas Merapi saat ini masih dalam fase erupsi kecil. Kubah saat ini masih stabil meskipun beberapa kali terjadi guguran lava. “Awan panas yang muncul skalanya masih kecil. Ini karena pertumbuhan kubah juga relatif rendah,” kata dia di Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja, Rabu.

Jika laju pertumbuhan Merapi masih rendah, kemungkinan erupsi skala besar masih membutuhkan waktu lama. Kasbani membandingkan kondisi saat ini dengan erupsi pada 2010 lalu.

Sembilan tahun lalu, volume lava kubah di Merapi mencapai 10 juta meter kubik. Pertumbuhan kubah lava cukup cepat dan potensi awan panasnya juga besar.

Adapun saat ini volume lava Merapi baru mencapai 461.000 meter kubik. Proses erupsi efusif pun hingga kini masih berlangsung ditandai aktivitas vulkanik tinggi menyuplai magma.

“Kalau laju pertumbuhan lavanya masih seperti saat ini [rata-rata 1.300 meter kubik], perjalanan Merapi masih panjang. Tetapi ini tergantung dari proses di dalamnya. Memang tidak harus 10 juta meter kubik, tetapi tergantung dari stabil tidaknya kondisi kubah,” kata Kasbani.

Dia menyebut, awan panas yang muncul beberapa waktu lalu masih dalam radius aman. Pada November 2018 lalu, Kasbani sudah memperkirakan potensi munculnya awan panas atau wedhus gembel. Potensi itu muncul dengan perhitungan laju pertumbuhan kubah rata-rata 3.000 meter kubik per hari dengan jarak  luncuran sekitar 2,2 kilometer ke Sungai Gendol.

Sementara awan panas yang tiga kali muncul pada 29 Januari lalu masing-masing mencapai 1.400 meter dengan durasi 141 detik, 1.350 meter dan durasi 135 detik dan 1.100 meter dengan durasi 111 detik.

“Jadi awan panas yang muncul masih di bawah radius yang kami rekomendasikan. Belum membahayakan warga karena kami telah mengeluarkan larangan aktivitas dengan radius 3 kilometer dari puncak,” katanya.

Meski begitu, dia belum bisa memastikan kapan erupsi Merapi sesungguhnya bisa terjadi. Saat ini, Merapi sudah memasuki masa erupsi sembilan bulan sejak 21 Mei 2018.

“Semua aktivitasnya masih di dalam radius rekomendasi kami. Karena [lava] dikeluarkan sedikit-sedikit kemungkinan aman,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement