Advertisement

Mahfud MD: Hoaks, Bukti Masifnya Delegitimasi terhadap KPU

Abdul Hamied Razak
Kamis, 21 Februari 2019 - 13:20 WIB
Arief Junianto
Mahfud MD: Hoaks, Bukti Masifnya Delegitimasi terhadap KPU Mahfud MD. - Sntarafoto/Reno Esnir

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Upaya untuk mendelegitimasi penyelenggaraaan Pemilu 2019 terus dilakukan sekelompok orang. Salah satu hal yang dilakukan dengan cara menyebar berita-berita hoaks yang menyerang Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengatakan munculnya gerakan yang menyerang KPU dengan informasi-informasi yang tidak benar merupakan salah satu cara untuk mendelegitimasi KPU. Dia mencontohkan informasi di media sosial yang menyebutkan KPU sudah menjadi alat penguasa di Pemilu adalah tidak benar alias hoaks.

Advertisement

"KPU dituduh tidak netral. Buktinya apa? KPU menurut saya independen, dan KPU itu bukan alat pemerintah tapi alat kekuatan politik. Berita-berita hoaks soal KPU bisa menurunkan kepercayaan masyarakat," katanya di sela-sela kegiatan dengan generasi milenial di Stasiun Tugu Jogja, Selasa (19/2/2019) malam.

Dia kembali mencontohkan informasi jutaan surat suara di tujuh kontainer yang sudah tercoblos, termasuk di antaranya adalah hoaks soal rencana penggantian Calon Wakil Presiden Ma’ruf Amin oleh Basuki Thjaja Purnama.

Menurut Mahfud itu tidak benar. "Bahkan meski sudah diklarifikasi kebenarannya oleh pihak terkait, namun berita-berita itu terus diproduksi dan jika dibiarkan kepercayaan rakyat kepada negara maupun penyelenggarah Pemilu akan turun,” kata Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan ini.

Menurutnya, gerakan tersebut muncul untuk mengacaukan Pemilu. Informasi-informasi hoaks soal Pemilu sengaja diproduksi agar menurunkan kepercayaan di masyarakat. "Kalau kepercayaan rakyat menurun maka apapun hasil Pemilu dinilai tidak akan kredibel. Padahal KPU sekarang ini paling independen karena dibentuk DPR," katanya.

Allisa Wahid yang juga hadir dalam kegiatan di Stasiun Tugu Jogja itu menilai Indonesia menghadapi perpecahan ideologi kebangsaan yang disebabkan perkembangan pesat teknologi. Perkembangan teknologi melahirkan generasi yang millenial yang tidak lagi terikat pada daerah maupun darah dia berasal. "Generasi milenial hanya terikat pada kesamaan nilai dan ideologi yang sekarang ini mudah dikomunikasikan,” katanya.

Mereka memiliki karakter progresif, tidak bertele-tela, tidak takut apapun, dan tidak mau terikat dengan nilai-nilai lama. Para generasi milenial akan semakin jauh dengan semangat kebangsaan yang dibangun. "Karena itulah patriotisme menjadi salah satu hal yang harus ditumbuhkan bagi generasi milenial. Sebab di sanalah harga diri sebuah bangsa bisa muncul," kata putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik Dugaan Penggelembungan Harga APD Covid-19

News
| Sabtu, 20 April 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement