Advertisement

12 Tahun Trans Jogja: Bangkitkan Memori Jogja lewat Badan Bus

Rheisnayu Cyntara
Senin, 18 Maret 2019 - 07:07 WIB
Budi Cahyana
12 Tahun Trans Jogja: Bangkitkan Memori Jogja lewat Badan Bus Penumpang Trans Jogja turun di halte Jalan MT Haryono, Jogja. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Mengaspal di jalanan Jogja selama 12 tahun sejak 2007 lalu, Trans Jogja telah banyak berubah. Mulai dari manajemen pengelolaan, unit armada, hingga desain yang terus disegarkan. Berikut laporan wartawan Harian Jogja Rheisnayu Cyntara.

 “Kenapa badan bus harus digambari?” kata Bambang Shakuntala kepada Harian Jogja, Senin (4/3/2019).

Advertisement

Potongannya cukup nyentrik: berbaju putih model koko dengan rambut gondrong yang telah memutih dan diikat rapi. Ia desainer yang dipercaya PT Jogja Tugu Trans (JTT) untuk menorehkan ilustrasi di badan armada Trans Jogja (TJ). “Karena saya ingin karya saya dijaga.”

Bagi desainer yang mengaku sebagai pelukis dan ilustrator yang belajar secara autodidak ini, gambar di badan bus bukan soal estetika semata. Bukan sebatas menarik untuk dilihat, menyenangkan saat dipandang. Lebih dari itu, gambar di badan bus bisa jadi pertanda aman atau tidaknya bus tersebut dinaiki. Selama sopir bus mengendarai kendaraannya dengan aman, tidak ugal-ugalan, atau ngebut seenak udel di jalanan, gambar yang mengitari bodi bus dari samping kanan, kiri, hingga belakang tidak akan lecet. Namun sebaliknya. Jika sopir tak hati-hati kecelakaan skala kecil maupun besar tentu akan berpengaruh pada gambar. “Kalau enggak ada gambar yang baret, berarti aman naik bus ini. Gampang ta le niteni?”

Gambar sebagai sebuah karya seni bisa jadi punya tujuan khusus, laiknya tulisan dan gambar di pantat truk yang seringkali membawa pesan menggelitik. Dalam jurnal berjudul Indonesian Language Graffiti on the Trucks: Critical Discourse Analysis yang ditulis oleh M. Nasiruddin T. J, Sukatman dan Furoidatul Husniah dari Universitas Jember, tulisan atau gambar di bak truk disebut punya sejumlah fungsi: yaitu representasi keadaan, harapan atau doa, humor, hingga kritik sosial. Misalnya tulisan gak ada loe gak rame yang disertai gambar tiga terdakwa koruptor Gayus Tambunan, Angelina Sondakh, dan M. Nazarudin yang pernah meramaikan pemberitaan kasus korupsi. Wacana grafiti bak truk tidak hanya berisi kritik yang berkaitan langsung dengan keadaan di jalanan, tetapi juga tentang hal besar di luarnya. Lantas apa yang dicoba disampaikan Bambang melalui gambar andong, becak, vespa, dan sepeda di badan bus TJ?

“Itu sepenuhnya permintaan Pak Agus [Dirut PT JTT],” ujarnya.

Agus, menurut Bambang, ingin membangkitkan kembali memori masyarakat Jogja tentang sejumlah transportasi tradisional dan lawas yang ada di Jogja. Empat moda transportasi tersebut dipilih sebagai representasi dari kondisi jalanan Jogja, terutama saat transportasi modern seperti mobil dan sepeda motor dengan beragam bentuk dan tipe belum jamak ditemui.

Tak hanya moda transportasi tradisional, landmark khas Jogja juga dimunculkan, yakni Tugu dan Kantor Cabang De Javasche Bank Djogdjakarta yang kini lebih dikenal dengan Kantor BI Jogja. Ada pula ilustrasi karikatur tukang jamu gendong, sais andong, wisman, prajurit Lombok Abang Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan anak muda mengendarai vespa. Semua menjadi penggambaran keragaman Jogja yang seakan menjadi melting pot berbagai orang dari beragam latar belakang.

“Lebih dinamis, dekat dengan masyarakat, dan eye catching,” ujar Bambang.

Desain yang dipilih ini merupakan hasil akhir dari empat desain yang diajukan oleh Bambang. Ia menggarap desain sejak akhir 2018 lalu dan itu bukan hal mudah. Penempatan gambar agar badan bus tak terlihat penuh sesak jadi pertimbangan utama.

Geser sana sini jadi proses paling lama yang butuh kesepakatan bersama. Bahkan Bambang sempat mengajukan desain dengan warna latar belakang selain hijau dan kuning.

“Enggak boleh karena warna dasarnya ya harus itu [hijau dan kuning],” katanya sambil tertawa.

Akhirnya disepakatilah desain yang kini ada di enam badan bus, hasil peremajaan pada 2019 yakni dengan ikon Tugu di bagian belakang. Berbeda dengan desain sebelumnya yang menempatkan Tugu di samping, baginya penempatan di belakang punya kelebihan. Orang yang berada di belakang armada Trans Jogja akan terus melihat gambar tersebut sepanjang perjalanan, sehingga imaji tersebut akan tertanam di benak para pengguna jalan. “Kalau di samping hanya akan dilihat selintas lalu.”

Mengamati perubahan desain Trans Jogja dari waktu ke waktu akan menyadarkan kita mengenai perjalanan panjang bus kota kebanggaan Jogja ini. Ada sejak 2007, tercatat sudah ada puluhan miliar rupiah yang digelontorkan PT Bank BPD DIY untuk membantu kredit pengadaan bus kota yang hingga kini melayani 60 trayek.

Desain Baru

Sayangnya, peremajaan armada dan penyematan desain baru TJ dengan torehan ilustrasi sticker cutting yang kontras dengan suasana jalanan kota Jogja belum bisa dinikmati tiap hari oleh masyarakat. Pasalnya enam bus ini masih difungsikan sebagai cadangan. Padahal armada tersebut punya beberapa kelebihan, yang paling mencolok tentu dari segi desain. Tengok saja badan bus yang selaiknya halaman komik.

Direktur Utama PT JTT Agus Andriyanto bersemangat menjelaskan perubahan teknis pada enam bus ini. Memakai mesin Hino 130 ps, armada ini menurutnya lebih kuat digunakan untuk heavy duty. Bahan penyusun rangka bus juga lebih ringan dengan pelat yang utuh sehingga lebih aman dari kebocoran, korosi, maupun keropos karena tetesan air. Meski saat memasuki bagian dalam bus tak terlihat ada perubahan yang kentara, kursi masih seperti armada lama, bisa dilipat jika tak digunakan. Namun, menurut Agus, fasilitas tambahan seperti AC sudah disempurnakan agar tak ada lagi keluhan TJ panas, sumpek, bikin kringetan karena AC tak berfungsi baik. “Kapasitas masih sama, 21 duduk dan 22 berdiri,” ujarnya.

Enam bus ini akan dicadangkan untuk jalur 1A hingga 4A yang jadi kewenangan pengelolaan PT JTT. Pengoperasian Trans Jogja memang terbagi dua antara PT JTT dan PT AMI yang merupakan BUMD Pemda DIY. PT AMI mengoperasikan jalur 5A-11, terutama jalur-jalur perintis yang berada di kawasan irisan kota dengan kabupaten. PT JTT memegang kendali atas 60 bus, sedangkan PT AMI 67 bus. “Jalur lama lebih bagus [ramai penumpang],” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement