Advertisement
Kulonprogo Antisipasi Puncak Kekeringan di Agustus
Advertisement
Harianjogja.com, WATES--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo mengantisipasi puncak kekeringan yang diperkirakan terjadi di Agustus 2019 ini. Kebutuhan air bersih sudah mulai didroping pada warga dari awal Juli lalu.
Berdasarkan peringatan dini dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, diperkirakan lima kecamatan di Kulonprogo berpotensi kekeringan dan terjadi hari tanpa hujan berturut-turut sampai lebih dari 60 hari dari awal Agustus. Kelima kecamatan yaitu Kalibawang, Kokap, Panjatan, Nanggulan, Pengasih.
Advertisement
Sedangkan wilayah lainnya yaitu Temon, Sentolo, Galur, Wates, Lendah masuk pada perkiraan potensi hari tanpa hujan selama 31 hari sampai 60 hari saja. "Kekeringan yang dimaksud adalah kekeringan meteorologis, yaitu berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang bisa bulanan, dua bulanan, atau tiga bulanan," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas.
Ia mengatakan, puncak kemarau diperkirakan terjadi di Agustus. BMKG mengimbau agar masyarakat berhati-hati terhadap potensi kekeringan tersebut.
Dampak dari kekeringan untuk sektor pertanian yang menggunakan tadah hujan akan terjadi pengurangan ketersediaan air tanah. Selain itu, pada musim kemarau mudah terjadi kebakaran.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo Ariadi mengatakan, antisipasi pada kekeringan di Kulonprogo diutamakan untuk warga yang kekurangan air bersih. Dari awal Juli droping sudah diberikan pada warga yang terkena dampak kekeringan.
"Kalau kekeringan sudah berdampak masif, baru kita bisa tanggulangi dengan menetapkan status darurat bencana. Kita juga bisa gunakan dana kedaruratan apabila sudah ada status darurat," ujar Ariadi pada Jumat (2/8/2019).
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A), sejak awal Juli sampai 29 Juli kemarin, sudah 42 tangki bantuan air bersih diberikan pada masyarakat yang terkena dampak kekeringan. Masing-masing tangki berkapasitas 5.000 liter.
Ariadi mengatakan, antisipasi pada potensi kebakaran saat kekeringan juga dilakukan. "Infrastruktur di kami ada dua truk pemadam kebakaran. Selain itu, ada tujuh alat pemadam api ringan yang disiagakan," bebernya.
Ia menjelaskan, saat musim kemarau daun-daun di hutan sangat kering, kadar air sangat sedikit. Apabila membakar sampah dan membuang puntung rokok sembarangan api bisa dengan gampang membesar. Tahun kemarin terjadi kebakaran hutan di dua titik yaitu Kawasan Suaka Margasatwa Sermo, Kokap dan di hutan warga, Kalibawang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Jalur Trans Jogja dan Tarifnya, Cek di Sini!
- DPRD DIY Setujui Perubahan Propemperda DIY Tahun 2024
- Tol Jogja-Solo Beroperasi Gratis untuk Mudik Lebaran 2024, Ini Ketentuan Mobil Melintas dan Pintu Keluar Masuknya
- Farmasi UAD Kembali Giatkan Sekolah Lansia Segar Guna Tingkatkan Kesehatan Lansia di Wirobrajan
- Stok Darah dan Layanan Donor Darah di PMI Kabupaten & Kota di DIY, Kamis 28 Maret 2024
Advertisement
Advertisement