Advertisement

Isakuiki Ikut Melestarikan Budaya

Kusnul Isti Qomah
Kamis, 16 Januari 2020 - 11:22 WIB
Mediani Dyah Natalia
Isakuiki Ikut Melestarikan Budaya Kelompok kesenian barongsai Isakuiki berfoto bersama di Hotel Tentrem, Jogja beberapa waktu lalu./ Harian Jogja - Kusnul Isti Qomah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Isakuiki merupakan salah satu kelompok kesenian barongsai yang ada di Jogja. Isakuiki sudah berdiri sejak 1991. Keberadaannya untuk melestarikan warisan kebudayaan dari leluhur. 

Ketua Kelompok Isakuiki Sri Sulastuti mengatakan kelompok ini berdiri sejak 12 November 1991. Menurutnya, kemunculan Isakuiki setelah Gus Dur menjadi presiden yang mencanangkan kesenian barongsai diperbolehkan tampil di mana saja. Hal ini menjadi momentum positif yang disambut baik oleh pelaku seni barongsai yang sebelumnya melalukan dengan sembunyi-sembunyi. "Saat beliau ke Jogja, waktu itu di Gedung Agung dan hujan deras. Kami main barongsai dan menyambut beliau," kata dia kepada Harian Jogja di Hotel Tentrem, Jogja beberapa waktu lalu.

Advertisement

Terbentuknya Isakuiki tak bisa lepas dari sosok Doel Wahab yang dahulu memprakarsai pembentukan kelompok ini. Pada 1991, Doel Wahab pensiun dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil yang dahulu bernama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Ia pun mewujudkan cita-citanya untuk membentuk kelompok barongsai Isakuiki yang sudah lama berada di dalam angan. Nama Isakuiki ini bukan tak memiliki maksud. Isakuiki diambil dari bahasa Jawa isaku yang berarti bisaku dan iki yang berarti "ini".

"Sampai saat ini kami terus melestarikan budaya ini. Kami pun rutin latihan setiap Senin dan Kamis. Memang enggak setiap hari. Kami latihan kalau memang ada event tertentu. Latihannya di Pringgokusuman," kata dia.

Ia mengungkapkan mendekati perayaan Imlek, permintaan untuk tampil dari berbagai instansi semakin banyak. Lantaran jadwal yang padat dan sering bentrok, maka Isakuiki membatasi dalam sehari hanya ada dua penampilan saja. Jadwal untuk 24 hingga 26 Februari pun sudah penuh.

Selain tampil di perayaan Imlek, mereka juga mengisi di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY), acara pernikahan, ulang tahun, pengajian akbar, acara adat, dan beberapa acara lainnya. "Kami berharap kesenian ini bisa tetap lestari dan kami senang untuk nguriuri kebudayaan. Semua generasi bisa ikut dan kegiatan ini lebih positif daripada anak-anak melakukan kegiatan yang negatif," kata dia.

 

Fisik Sehat

Pendamping kelompok Isakuiki Tedjo Badut mengungkapkan yang dibutuhkan setiap pemain barongsai adalah kondisi fisik yang kuat dan sehat. Pasalnya gerakan yang dilakukan banyak tarian, lari, hingga akrobat. Selain itu diperlukan fokus dan konsentrasi yang tinggi apalagi ketika bermain akrobat di atas tonggak.

"Harus fokus karena kalau meleset sedikit bisa jatuh. Selain itu diperlukan juga kekompakan dengan tim saat bermain. Biasanya pasangan bermain akrobat tidak ganti-ganti karena tik toknya sudah dapat," kata dia.

Dalam bermain barongsai, tidak ada pola khusus yang harus diikuti. Namun, ada hal pokok yang perlu diperhatikan yakni sebelum beraksi dan sesudah harus memberikan hormat. "Istilahnya sebelum mulai harus kulanuwun dahulu, dan kalau selesai pamitan. Untuk demonstrasinya tidak ada aturan khusus," kata dia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement