Advertisement

Panen Gurita, Nelayan di Pantai Nampu Terkendala Es Batu

Muhammad Nadhir Attamimi
Selasa, 21 Januari 2020 - 23:07 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Panen Gurita, Nelayan di Pantai Nampu Terkendala Es Batu Dua nelayan di Pantai Nampu, Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, memindahkan hasil tangkapan berupa gurita ke dalam boks, Selasa (21/1/2020). - Harian Jogja/Muhammad Nadhir Attamimi

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Nelayan di Pantai Nampu, Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, kini sangat bahagia. Pasalnya, selama beberapa bulan terakhir hasil tangkapan gurita cukup melimpah. Meski demikian, nelayan mengeluhkan sulitnya memperoleh balok es untuk mengawetkan hasil tangkapan.

Anung, 25, salah satu nelayan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Nampu, menuturkan pada Januari ini hasil tangkapan cukup memuaskan. Setiap nelayan, mampu memperoleh hasil tangkapan hingga 40 kilogram (kg) per hari.

Advertisement

"Biasanya hasil tangkapan kembali normal di awal Februari dan naik lagi mulai September. Kalau saat ini setiap nelayan rata-rata mampu membawa hasil tangkapan hingga 40 kilogram," kata Anung saat ditemui Harian Jogja di sela-sela mengangkut dan mengemas gurita, Selasa (21/1/2020).

Hasil tangkapan gurita tersebut dijual kepada para pengepul atau warga yang datang dengan harga Rp40.000 sampai Rp50.000 per kilogram tergantung ukuran.

Selain terkendala cuaca buruk yang kerap datang sebelum hujan turun, nelayan yang berada di tengah laut juga kesulitan berkomunikasi dengan nelayan lain yang berada di darat. Hal ini penting untuk menginformasikan hasil tangkapan. "Nelayan yang berada di darat harus bersiap nelayan yang mendarat karena harus menyiapkan es batu dan tempat penyimpanan," kata Anung.

Kendala utama yang selama ini dihadapi nelayan yakni kurangnya ketersediaan es batu. Anung menuturkan untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan para nelayan di Nampu sangat bergantung pada ketersediaan es batu. Namun lantaran tak ada es batu balok, nelayan hanya mengandalkan es plastik dengan jumlah yang sangat minim.

"Es plastik sangat mahal, uang Rp200.000 hanya bisa untuk membeli es sekali pakai, jadi tidak ada sisa. Kalau es balok dengan harga yang sama bisa memperoleh es cukup banyak," ujarnya.

Keluhan yang sama juga disampaikan nelayan lainnya, Sugiana, 42. Menurutnya, es balok yang biasa digunakan para nelayan kualitasnya sangat bagus ketimbang es plastik. “Dinginnya stabil dan mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama, sehingga kualitas hasil tangkapan yang dibekukan tidak rusak dan kualitasnya terjaga sampai di tangan konsumen," ujarnya.

Akses untuk mendapatkan es balok diakuinya cukup jauh yakni di wilayah Pantai Baron atau Pantai Sadeng. Para nelayan harus rela membeli es balok yang belum tentu kebagian dari nelayan lainnya. Menurut dia, ketersediaan es balok di dua wilayah tersebut juga belum mencukupi untuk seluruh nelayan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

ASN Akan Dipindah ke Ibu Kota Nusantara Secara Bertahap hingga 2029, Ini Prioritasnya

News
| Jum'at, 19 April 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement