Advertisement

Pakar UGM: Setiap Orang Perlu Punya Tanggung Jawab Sosial dalam Sikapi Corona

Lajeng Padmaratri
Kamis, 09 April 2020 - 06:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Pakar UGM: Setiap Orang Perlu Punya Tanggung Jawab Sosial dalam Sikapi Corona Warga beraktivitas mengenakan masker. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN - Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Ova Emilia mengatakan setiap orang harus punya tanggung jawab sosial yang tinggi dalam menyikapi virus Corona penyebab Covid-19.

Guru besar UGM ini menyebut jika tanggung jawab itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang lain. "Itu salah satu konsep yang disebut dengan social responsibility, artinya rasa bertanggung jawab sosial bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain. Kalau misal dia tinggal dengan lansia, mestinya social responsibility-nya ketika dia merasa nggak sakit, tapi sadar bahwa yang tua bisa sakit," kata Ova kepada Harian Jogja, pada Rabu (8/4/2020).

Advertisement

Hal ini diperlukan karena mayoritas pasien yang terinfeksi Covid-19 berusia di atas 50 tahun yang artinya hampir lanjut usia dan lansia di atas 60 tahun. Diperlukan kesadaran tak hanya dari lansia itu sendiri, namun juga orang lain yang tinggal bersamanya untuk bisa mencegah penularan.

Ketika disinggung apakah diperlukan proteksi khusus lansia, ia mengatakan tidak perlu karena pencegahan virusnya sama saja.

"Sebetulnya kalau pencegahannya sama saja, namun kalau lansia atau lebih dari 50 tahun ke atas mestinya harus tahu diri daripada yang lain. Bukan hanya dirinya sendiri, tapi juga orang di sekitarnya. Orang yang tinggal dengan lansia harusnya kan lebih menjaga," tegasnya.

Selain itu, daerah dengan aglomerasi perkotaan juga menunjukkan data tinggi terkait Covid-19. Sebut saja Kecamatan Depok, Sleman yang memiliki tiga pasien positif, 14 PDP, dan 158 ODP berdasarkan data Dinkes DIY pada Selasa (7/4/2020) kemarin. Ova menerangkan jika daerah aglomerasi perkotaan biasanya ditinggali oleh orang dengan mobilitas tinggi.

"Yang positif itu kan yang punya mobilitas tinggi. Makanya edukasinya kan stay at home atau kurangi mobilitas," tegas Ova.

Menurutnya, di daerah yang terpencil dan mobilitas warganya kurang, akan lebih kecil kemungkinan warga yang terkena virus. "Jadi memang tempat yang banyak lalu lalang dan jadi tempat persinggahan," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement