Advertisement
Rotan di Hutan Wonosadi Dibiarkan Tumbuh Liar
Advertisement
Harianjogja.com, NGAWEN–Masyarakat di sekitar Hutan Wonosadi di Kalurahan Beji, Ngawen, Gunungkidul terus berupaya menjaga kelestarian di kawasan hutan. Bentuk komitmen tersebut dapaat dilihat adanya kebijakan menembang atau mengambil kayu atau pepohonan dari hutan seluas sekitar 25 hektare ini.
Tokoh masyarakat di kawasan Hutan Wonosadi, Sariyo mengatakan, masyarakat masih memegang teguh kearifan lokal yang berlangsung secara turun temurun untuk menjaga kelestarian hutan. Komitmen ini selain sebagai menjaga kawasan hutan tidak rusak, juga sebagai upaya menjaga cadangan air bagi masyarakat sekitar.
Advertisement
BACA JUGA : Puluhan Hektare Lahan Rusak, Ratusan Monyet di Hutan
“Hutan juga sebagai penyimpan cadangan air. Jadi harus terus dilestarikan, kami bersyukur masyarakat masih memegang teguh komitmen ini,” katanya Kamis (10/9/2020).
Menurut dia, hingga sekarang kawasan Hutan Wonosadi masih tetap lestari. Warga pun tidak ada berani yang menebang atau mengambil kayu dari dalam hutan. Sariyo menuturkan, ada keperecanaay bahwa kayu dari Wonosadi tidak akan tahan lama saat dipergunakan, salah satunya membangun rumah.
“Pohon-pohonnya dibiarkan menjulang. Kalau ada yang roboh juga dibiarkan dan tidak ada yang mau mengambil, karena kepercayaan yang telah berlangsung secara turun temurun ini,” katanya.
Untuk koleksi, Sariyo mengakui banyak jenis pohon yang masuk kategori langka. Adapun usia juga sudah mencapai ratusan tahun. Ia mencotonhkan, salah satu tanaman di hutan ini adalah rotan.
BACA JUGA : Perkuat Pariwisata di Era Baru, Gunungkidul Gelar Program
Menurut dia, dari sisi manfaat rotan memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena saat disulap menjadi barang kerajinan memiliki harga yang mahal. Hanya saja, warga tidak memanfaatkan tanaman tersebut dan dibiarkan tumbuh secara liar.
“Banyak rotannya dengan panjang 30 meter lebih dibiarkan bergelantungan dan menjadi koleksi di Hutan Wonosadi,” katanya.
Hal senada diungkapkan oleh, Sunardi, salah seorang warga di Kalurahan Kampung. Menurut dia, warga terus menjaga kelestarian hutan agar bisa dinikmati oleh anak cucu mendatang.
BACA JUGA : Pelajaran Berharga dari Wonosadi
“Dengan tetap menjaga kelestarian, warga bisa merasakan manfaatnya karena berfungsi sebagai penyimpan cadangan air,” katanya.
Meski demikian, ia mengungkapkan adanya satu masalah, yakni keberadaan monyet ekor panjang yang merusak area tanaman milik warga.
“Serangan monyet ini yang harus diperhatikan karena merugikan petani. Harapannya ada solusi agar serangan tidak semakin meluas,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Naik 10%, Volume Kendaraan Diprediksi sampai 9 Juta di Solo saat Lebaran 2024
- Berbagi Kebahagiaan, Tuntas Subagyo Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Sukoharjo
- Kabar Gembira Persis Solo, Irfan Jauhari Merumput Lagi setelah Absen Semusim
- Menang Pilpres, 9 Parpol Koalisi Indonesia Maju di Klaten Bertemu Bahas Pilkada
Berita Pilihan
Advertisement
Anggaran Pupuk Bersubsidi Sentuh Rp54 Triliun, Mentan: Awasi Distribusinya
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Harga Tiket KA Bandara YIA Hanya Rp20.000, Berikut Cara Memesannya
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024
- Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja
Advertisement
Advertisement