Advertisement
Pakar UGM Sarankan Uji Swab di Lokasi Tujuan Bagi Pelaku Perjalanan

Advertisement
Harianjogja.com, DEPOK--Kasus positif Covid-19 terus bertambah di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Selain pengetatan protokol kesehatan antara lain penggunaan masker dengan benar, cuci tangan, serta menjaga jarak, Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) juga menyarankan supaya dilakukan tes swab bagi pelaku perjalanan setiba di lokasi tujuan.
Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Bayu Satria Wiratama mengungkapkan pihaknya tidak masalah terkait penghapusan kebijakan uji rapid maupun swab sebelum melakukan perjalanan. Ia justru menyarankan pemeriksaan dilakukan ketat di pintu masuk daerah yang dituju.
Advertisement
BACA JUGA : Uji Swab Massal di Kulonprogo Telah Mencapai 3.000 Orang
"Pencabutan swab dan rapid saat naik transportasi umum, tidak masalah. Sebab kalau tesnya dilakukan 14 hari sebelum berangkat itu tidak juga tidak ada efeknya, tidak berguna, cuma buang-buang uang saja," kata Bayu pada Minggu (27/9/2020).
Ia menyarankan penghapusan kebijakan itu kemudian diubah dengan sistem pengawasan yang lebih ketat di tempat tujuan. Bagi pelaku perjalanan yang sudah tiba di suatu daerah, maka harus melakukan isolasi mandiri dulu sebelum beraktivitas di daerah tujuan. Sebab, ada potensi pendatang tersebut baru terinfeksi selama melakukan perjalanan, sehingga perlu diobservasi selama 14 hari terlebih dahulu.
Kendati demikian, Bayu menyayangkan sikap pemerintah yang seolah lepas tangan setelah mencabut kebijakan tersebut. "Dicabut tidak apa-apa, tapi diganti dengan sistem lain yang lebih bagus. Sampai saat ini tidak ada keputusan seperti itu, pemerintah hanya mencabut dan menyerahkan ke daerah untuk pengawasan. Seharusnya diarahkan harus bagaimana," urainya.
BACA JUGA : HARIAN JOGJA HARI INI: Lab di DIY Kewalahan Uji Swab
Menurutnya, jika ingin menekan lonjakan kasus dengan segera, maka pemerintah perlu memperbanyak lokasi isolasi mandiri yang terpusat yang ditujukan bagi pelaku perjalanan. "Sediakan tempat karantina mandiri, sehingga pendatang bisa langsung datang kesana yang terpusat. Itu bisa lebih bagus kalau memang ingin menekan [lonjakan kasus] dengan segera," ujarnya.
Hal serupa disampaikan Kepala Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM, Riris Andono Ahmad. Menurutnya jika ingin fokus pada diagnosis sumber penularan, maka begitu pelaku perjalanan tiba di suatu daerah, harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. "Setelah itu dia tidak akan punya potensi menularkan," ujarnya.
BACA JUGA : Laboratorium Uji Swab Covid-19 Kelebihan Beban, Sampel
Jika ingin tetap menerapkan uji swab pada saat tiba di lokasi yang dituju, Riris menyatakan lebih tepat jika pendatang tersebut menjalani isolasi dulu selama lima hari untuk kemudian diuji swab. "Sebab kalau tertular di perjalanan, begitu tiba langsung diswab tidak akan positif, karena belum masuk periode infeksiusnya," kata pria yang biasa disapa Doni ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Investigasi Kebocoran Soal ASPD, Guru SMPN 10 Jogja Tidak Terbukti Membocorkan Soal
- Jogja Food & Beverage Expo, Ajang Pebisnis Makanan Minuman Suguhkan Tren dan Inovasi
- Dua TPR Menuju Pantai Bakal Dipindah, Pemkab Gunungkidul Sediakan Rp2 Miliar untuk Pembebasan Lahan
- Disdikpora DIY Paparkan Cara Guru di Jogja Bocorkan Soal ASPD
- Polisi Periksa 12 Orang Terkait Dugaan Kasus Mafia Tanah yang Menimpa Mbah Tupon
Advertisement