Advertisement
Perkembangan Terbaru Merapi: Potensi Awan Panas 5 Km, Intensitas Kegempaan Meningkat Tajam
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Gunung Merapi meluncurkan guguran material sejauh 3 kilometer (km) pada November. Intensitas kegempaan pada bulan lalu meningkat lima kali lipat dibandingkan dengan Oktober. Potensi awan panas sejauh 5 km.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan luncuran guguran material Gunung Merapi teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan, Magelang, dengan jarak maksimal sejauh tiga kilometer di sektor barat ke arah hulu Kali Sat pada 8 November pukul 12.57 WIB.
Advertisement
BACA JUGA: Kepala Dinas Sosial Kota Jogja Meninggal Dunia karena Covid-19, Pemkot Berduka
“Cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut. Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah hingga sedang,” ujar Hanik melalui keterangan tertulisnya pada Senin (30/11/2020).
Analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor tenggara pada November menunjukkan perubahan morfologi sekitar puncak, yaitu runtuhnya sebagian kubah Lava 1954.
“Berdasarkan analisis foto drone pada 16 November 2020, teramati adanya perubahan morfologi dinding kawah akibat runtuhnya lava lama, terutama Lava 1997 (selatan), Lava 1998, Lava 1888 (barat) dan Lava 1954 (utara), selain itu belum teramati kubah lava baru," ungkapnya.
BACA JUGA: Kasus Covid-19 di Kota Jogja Naik Tajam, Ini Penyebabnya
Pada November, tercatat 1.069 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 9.201 kali gempa fase banyak (MP), 29 kali gempa low frequency (LF), 1.687 kali gempa guguran (RF), 1.783 kali gempa embusan (DG) dan 39 kali gempa tektonik (TT). Intensitas kegempaan pada November dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober yang lalu.
BPPTKG menyimpulkan terdapat peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi berupa aktivitas kegempaan internal yang mencapai 400 kali per hari, laju deformasi mencapai 11 cm per hari, konsentrasi gas CO2 yang meningkat menjadi 675 ppm, serta perubahan morfologi puncak akibat intensifnya aktivitas guguran. Data pemantauan ini menunjukkan proses desakan magma menuju permukaan.
“Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer,” ujar Hanik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Kamis 25 April 2024, Tiket Rp50 Ribu
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Kamis 25 April 2024
- DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
- Jadwal Kereta Bandara YIA Kamis 25 April 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Advertisement