Advertisement
Epidemiolog UGM Sebut PPKM Tak Efektif Kendalikan Covid-19, Ini Sebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Tingginya kasus aktif Covid-19 menunjukkan virus Corona di Indonesia belum bisa dikendalikan. Pemberlakuan Pembatasan kegiaatan Masyarakat (PPKM) yang telah berjalan dua pekan dinilai belum berjalan maksimal dalam mengerem penambahan kasus covid-19.
Pakar epidemiologi UGM, Riris Andono Ahmad, menjelaskan total kasus positif di Indonesia yang melebihi 1 juta perlu direspons pemerintah dengan kebijakan yang lebih serius.
Advertisement
BACA JUGA: Merapi Berpotensi Erupsi Eksplosif, Ini Pernyataan BPPTKG
Saat ini kata dia, kurva pandemi di Indonesia sedang menanjak tinggi. Kurva ini sempat melandai, tetapi ketika mobilitas penduduk mulai dilonggarkan, tingkat penularan pun terus meningkat hingga kini kapasitas rumah sakit tidak lagi mampu menampung semua pasien.
Dalam kondisi seperti ini, pengendalian pandemi memerlukan kebijakan yang tegas terutama dalam pembatasan mobilitas. Ketika penularan sudah begitu masif, penerapan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak tidak lagi cukup.
Pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan hingga pukul 19.00 WIB menurutnya tidak bermanfaat jika jumlah orang yang mengunjungi tempat tersebut tidak berkurang secara signifikan. “Yang lebih penting bukan durasinya diperpendek sedikit, tapi lebih pada seberapa banyak orang per satuan waktu yang ada di tempat tersebut,” katanya.
Jumlah kasus yang justru meningkat selama penerapan PPKM menunjukkan kebijakan ini tidak efektif. Kebijakan yang tidak dilakukan secara maksimal bahkan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat.
BACA JUGA: 2 Tahun Menanti, Ratusan PPPK Bantul Akhirnya Dapat SK & Hak Seperti PNS
Guna memperoleh hasil yang diharapkan, diperlukan kebijakan yang mampu menurunkan mobilitas secara masif, setidaknya hingga mencapai 70%. Saat sebagian besar populasi tidak melakukan pergerakan di luar rumah selama dua pekan, maka mereka yang telah tertular dapat sembuh di tempat tinggalnya sendirinya dan tidak sempat menularkan virus kepada orang lain.
“Mereka yang tinggal serumah mungkin bisa tertular, tapi penularannya akan berhenti di rumah tersebut. Baru setelah itu digencarkan lagi test and treat untuk mencari mereka yang masih memiliki kemungkinan menularkan setelah dua pekan,” ujar dia.
Keseriusan pemerintah harus ditunjukkan tidak hanya dalam merancang kebijakan tetapi juga dalam implementasinya. Meski kebijakan seperti PSBB atau PPKM terus diperpanjang tapi tanpa keseriusan dalam implementasinya, maka tujuan pengendalian tidak dapat tercapai.
“Mungkin akan menuai respon negatif dari masyarakat. Namun langkah ini sudah dilakukan di sejumlah negara dan terbukti membuat negara-negara tersebut mampu melewati gelombang pertama pandemi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Kisah Sukses Umbul Pelem Klaten, dari Ladang Cenil sampai Jadi Wisata Favorit
- Kemenhub Tambah Kuota Mudik Gratis dengan Bus untuk 10.000 Orang, Yuk Daftar!
- Sosok Irfan Jauhari, Winger Lincah Persis Solo yang Sumbang Emas SEA Games 2023
- TPID Boyolali Cek Harga dan Stok Kebutuhan Pokok Jelang Lebaran, Ini Hasilnya
Berita Pilihan
Advertisement
Batas Jabatan Kian Dekati Ujungnya, Jokowi Berambisi Tambah Saham di PT Freeport
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Harga Tiket KA Bandara YIA Hanya Rp20.000, Berikut Cara Memesannya
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024
- Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja
Advertisement
Advertisement