Advertisement

Muncul Dua Kubah Lava di Gunung Merapi, Pertama Kalinya dalam Sejarah

Lugas Subarkah
Minggu, 07 Februari 2021 - 07:57 WIB
Nina Atmasari
Muncul Dua Kubah Lava di Gunung Merapi, Pertama Kalinya dalam Sejarah Gunung Merapi difoto dari kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DIY, Rabu (18/11/2020). - ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan muncul kubah lava baru di Gunung Merapi yang berada di tengah kawah. Munculnya dua kubah lava dalam satu erupsi yang sama baru pertama kali terjadi dalam sejarah Gunung Merapi.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, menuturkan kubah lava kedua ini mulai teramati sejak Kamis (4/2/2021) lalu, yang lokasinya di timur-tenggara, ke arah bukaan kawah yakni Kali Gendol. Kubah lava ini terlihat masih memiliki volume kecil dan pertumbuhan yang sangat lambat.

Advertisement

Meski demikian pengukuran volume dan kecepatan tumbuh belum bisa dilakukan lantaran pengamatan menggunakan drone masih terhalang kabut. “Kami coba ambil drone hari ini tapi gagal karena tertutup kabut. Namun assessment bahayanya belum signifikan dalam artian masih belum terlalu besar,” ujarnya, Jumat (5/2/2021).

Baca juga: Satpol PP DIY Temukan Ribuan Pelanggaran Selama PTKM

Ia menjelaskan terbentuknya dua kubah lava ini disebabkan berdasarkan data hypocentre, aktivitas Gunung Merapi saat ini membentuk sebuah dike atau cekungan dalam. “Sejak Desember ada pelebaran hypocentre. Dari hypocentre ini ujung sebelah kiri keluar menembus lava 1997. Ujung kanan menembus kubah lava yang di tengah. Masih satu area, tapi titik lemahnya ada di dua ujung, kanan dan kiri,” katanya.

Karena bukaan kubah lava kedua ini berada di kali Gendol, maka potensi bahayanya pun ada di situ. Namun karena volume dan pertumbuhan masih kecil, maka jika terjadi awan panas tidak akan mencapai permukiman warga sehingga rekomendasi bahayanya pun masih sama, yakni 5 km dari puncak.

Pihaknya akan tetap melakukan assessment penilaian bahaya pada masing-masing kubah lava, berapa volume dan pertumbuhannya, sehingga jarak jangkau jika terjadi awan panas dapat diperkirakan. Meski terbagi dalam dua kubah lava, menurutnya tidak bisa dikatakan potensi bahaya guguran berkurang, sehingga harus tetap harus dipantau perkembangannya.

Baca juga: Banjir Semarang, Petugas PLN Fokus Pulihkan Gangguan

Adapun kubah lava pertama yakni yang berada di sisi selatan-barat daya, pada Kamis (4/2/2021) tercatat volumenya sebesar 117.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 13.000 meter kubik per hari. Pasca erupsi besar pada 27 januari lalu, aktivitas guguran lava dan awan panas relatif berkurang.

Pada laporan mingguan 29 januari-4 Februari, BPPTKG mencatat hanya terjadi satu kali awan panas dengan jarak luncur 600 meter, amplitude 25 mm dan durasi 100 detik. Pada kegempaan, terjadi satu gempa awan panas guguran (AP), 31 gempa Fase Banyak (MP), 574 gempa Guguran (RF), 14 gempa Hembusan (DG) dan delapan gempa Tektonik (TT).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, mengatakan karena meski muncul dua kubah lava, masing-masing potensi bahayanya masih kecil, sehingga tidak mengubah rekomendasi daerah ancaman.

“Artinya permukiman yang di luar 5 km itu masih aman. Tapi ini kan sebenarnya persoalan psikologis dan sosial. Diharapkan BPBD kabupaten bisa mengkondisikan itu, apabila ada kekhawatiran kemudian dievakuasi. Tapi rekomendasi masih tetap,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas

News
| Rabu, 30 Oktober 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Ramah Vegan

Wisata
| Minggu, 27 Oktober 2024, 08:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement