Advertisement
Kasus DBD di Bantul Menurun, Pemberantasan Nyamuk Jalan Terus

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul memastikan jika angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya pada 2021 menurun. Kendati demikian, Dinkes tetap meminta warga untuk terus waspada dan memasimalkan pemberatasan sarang nyamuk serta berbagai upaya mencegah terjadinya DBD.
Advertisement
"Sejauh ini laporan kasus DBD tidak sebanyak dua tahun lalu. Dan tak setinggi 2018," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Sri Wahyu Joko Santoso, Selasa (3/8/2021).
BACA JUGA : Dalam Sebulan, DBD di Bantul Bertambah 310 Kasus
Kendati demikian, pria yang akrab dipanggil Oki ini enggan merinci terkait jumlah kasus DBD pada 2021, namun ia memprediksi ada penurunan angka kasus dua penyakit tersebut.
Padahal, pada 2020, Dinkes Bantul mencatat ada sebanyak 1.137 kasus DBD. Dari jumlah tersebut, 4 orang dinyatakan meninggal karena DBD. Empat orang itu terdiri dari Kecamatan Sewon dengan 2 orang, 1 orang dari Banguntapan dan 1 dari Kasihan.
Sementara pada 2019, ada 1.323 kasus DBD di Bantul, dengan 4 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Sementara tahun 2018 ada 182 kasus tanpa kematian. Sedangkan 2017, ada 538 kasus dengan 2 kematian. Pada 2016 ada jumlah kasus DBD sebanyak 2.442 dengan angka kematian 4 orang.
Lebih lanjut Oki mengungkapkan, kendati ada tren penurunan kasus DBD, pihaknya berharap warga untuk memasifkan pemberantasan sarang nyamuk yakni melalui 3 M, menguras tempat-tempat yang menjadi perindukan nyamuk. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. Dan, memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
“Untuk fogging harap dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Jika tidak penting jangan dilakukan. Di era pandemi inj lebih baik memaksimalkan pemberantasan sarang nyamuk dan perilaku hidup bersih dan sehat,” katanya.
BACA JUGA : Dikategorikan Daerah dengan Kasus DBD Tinggi, Ini Data
Selain DBD, Oki mengungkapkan, pihaknya juga masih terus mengantisipasi perkembangan leptospirosis di wilayahnya. Sebab, meski angkanya cukup rendah, yakni 80 kasus dengan satu kematian, namun persoalan leptospirosis tidak boleh dianggap remeh.
“Sama seperti DBD, Leptospirosis juga harus terus kami waspadai. Jangan sampai mengalami peningkatan. Untuk itu kami kampanyekan terus upaya pencegahannya," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Korupsi Pencairan Kredit BPR Kudus, KPK Sita Rp12,8 Milia dan Tanah
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kuasa Hukum Ungkap Kerumitan Jual Beli Tanah dalam Kasus Mbah Tupon
- Perubahan Taktik Ansyari Lubis Bawa PSS Sleman Comeback Atas Persiba
- Kopdes Merah Putih Terkendala Modal dan Keanggotaan
- Pemindahan TPR Pansela Tunggu Pembukaan Jembatan Pandansimo
- Kecelakaan Motor vs Dump Truck di Jalan Magelang, 1 Tewas
Advertisement
Advertisement