Advertisement
Seniman Perlu Berolaborasi di Masa Pandemi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA – Dalam menghadapi pandemi Covid-19, seniman perlu berinovasi dan juga berkolaborasi. Hal ini disampaikan oleh vokalis band Metalic Ass, Denison Wicaksono dalam diskusi daring bertema Karya dan Inovasi Senima selama Pandemi Covid-19.Diskusi ini merupakan kolaborasi Harian Jogja dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional.
Inovasi bisa berupa pertunjukan atau konten yang dibuat secara daring. Masih belum memungkinkannya pertunjukan secara luring membuat seniman harus memutar otak agar tetap menyalurkan karyanya. Media digital menjadi salah satu ruang yang memungkinkan.
Advertisement
Selain ruang digital, kolaborasi juga bisa memudahkan seniman dalam memproduksi konten digital. Metalic Ass selama pandemi tetap berkarya dengan segala keterbatasannya.
“Ketika kami biasa bergerak dari seni pertunjukan ke dunia rekam, mau tidak mau harus kolaborasi. Untungnya ada beberapa kawan yang bisa membantu. Memanfaatkan jaringan dan temen-teman kami,” kata Denison, Selasa (7/9).
Menurut Denison, pada dasarnya seniman menyukai tantangan. Meskipun dalam menghadapi tantangan, salah satunya tantangan pandemi ini bisa berbeda-beda. Bagi yang sudah terbiasa berkecimpung di dunia indie, maka pengaruhnya tidak terlalu besar. Namun bagi yang menggantungkan seluruh hidupnya di seni, seperti penyanyi di kafe atau panggung, maka akan sangat terdampak.
Meski seniman dari berbagai jenis terdampak, namun ada kecenderungan seniman yang karyanya hanya bisa dinikmati dengan dua indra atau lebih, dampaknya bisa lebih besar.
Menurut seniman dan budayawan Bambang Paningron, seni seperti tari yang hanya bisa dinikmati dengan penglihatan dan pendengaran lebih terdampak daripada musik atau visual art. Musik dan visual art bisa dinikmati hanya dengan satu indra, baik itu pendengaran saja atau penglihatan saja.
“Teman-teman di seni pertunjukan lebih banyak bermasalah [akibat pandemi]. [Dalam membuat] konten juga perlu kreativitas tertentu, agar bagaimana bahasa visual bisa benar-benar dinikmati. Kini banyak muncul kolaborasi antara videografer dan teman-teman seni pertunjukan,” katanya.
Beralih karya di dunia digital juga bukan berarti tanpa tantangan. Keterbatasan dalam melihat monitor dan energi yang tidak sama seperti saat offline, juga menjadi permasalahan yang cukup mendasar. Sehingga perlu ada penyesuaian seiring dengan perkembangan situasi terkini.
Namun perpindahan seni dari yang biasanya offline menjadi online tidak mudah bagi semua seniman, termasuk dari sisi biaya. Salah satu peserta diskusi, Zuchri Saren Satrio berpendapat apabila dana dari kelurahan bisa membantu seniman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Sempat ke Ngawi, Penipu 2 Katering untuk Masjid Syeikh Zayed Solo Ditangkap
- Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, Satu Bocah Meninggal, Dua Selamat
- Rumah Sandra Dewi dan Harvey Moeis di Jakarta Barat Digeledah Kejaksaan Agung
- Panitia Pastikan Pemilihan Rektor UNS Solo Tidak Kisruh Seperti Sebelumnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Pencegahan Kecelakaan Laut di Pantai Selatan, BPBD DIY: Dilarang Mandi di Laut
- Perekrutan Badan Ad Hoc Pilkada DIY Dibuka Pekan Depan, Netralitas Jadi Tantangan
- Tidak Berizin, Satpol PP Jogja Menyegel Empat Reklame Papan Nama Toko
- Duh, Desentralisasi Sampah DIY Mundur Lagi Menjadi Mei 2024
- Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Advertisement