Begini Curhat Pengemudi Jasa Perjalanan Wisata di Kulonprogo pada Masa PPKM

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO-- Sejumlah pengusaha rental mobil dan para sopir travel wisata di Kulonprogo mengeluhkan soal minimnya pendapatan selama pandemi Covid-19. Ditambah, pasca diberlakukannya PPKM berjenjang di wilayah DIY. Solusi yang dilakukan oleh pengusaha rental maupun sopir travel wisata dengan alih profesi dan menjual aset berharga.
Ketua Paguyuban Driver Kulonprogo, Sidik Pranowo, mengatakan selama pandemi Covid-19 terlebih pasca diberlakukannya PPKM berjenjang di wilayah kabupaten Kulonprogo oleh pemerintah pusat, pendapatan anggota paguyuban menurun tajam.
Advertisement
"Jika dalam kondisi normal para sopir travel bisa narik hingga 20 kali perjalanan, saat ini hanya bisa dihitung dengan jari. Kadang seminggu gak jalan. Kadang seminggu sekali. Gak mesti, kalau kemarin sebelum pandemi, masih normal, rata-rata dalam sebulan bisa sampai 20 kali," kata Sidik pada Jumat (10/9/2021).
Baca juga: Uji Coba Pembukaan Objek Wisata Taman Pintar Dialihkan ke Gembira Loka Zoo
Guna mencukupi kebutuhan sehari-hari serta memenuhi kewajiban cicilan di perbankan, tidak sedikit Anggo paguyuban yang memilih untuk beralih profesi. Seperti menjadi petani membuka usaha jasa cuci mobil maupun motor serta berdagang komoditas lainnya.
"Namun, tidak sedikit anggota yang harus menjual aset berharganya seperti unit kendaraan operasional kerja. Upaya tersebut dilakukan untuk bertahan di tengah penerapan PPKM berjenjang. Harapan kami setelah PPKM berjenjang di DIY turun level, aktivitas wisata bisa kembali normal sedia kala," ujar Sigit.
Salah satu anggota Paguyuban Driver Kulonprogo, Yoga Pratama Alamsyah, warga Kapanewon Panjatan, Kulonprogo, mengatakan saat ini dirinya sulit mendulang pundi-pundi rupiah. Terlebih, saat diberlakukannya PPKM berjenjang di wilayah DIY.
Baca juga: 10 Desa di Sleman Masih Masuk Zona Merah Corona
"Saat ini adalah masa-masa sulit bagi driver seperti saya. Sebelum pandemi alhamdulillah kita seminggu bisa full, minimal tiga kali lah. Kalau sekarang ini kita gak bisa memprediksi. Tarif satu kali narik itu berkisar antara Rp100.000 sampai dengan Rp150.000," kata Yoga.
Alhasil, demi menutupi kebutuhan sehari-hari, sejumlah pengemudi memutuskan untuk mencari penghasilan tambahan. Bahkan, sejumlah aset berharga terpaksa dijual.agar bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. "Sebenarnya kami gak mau jual (aset berharga) tapi ya mau bagaimana lagi karena keadaannya seperti ini," ujar Yoga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ke Malaysia Bertemu Mahatir Muhammad, Megawati Membahas IKN dan Hujan
Advertisement

Danau Toba Dikartu Kuning UNESCO, Sandiaga: Ini Jadi Alarm
Advertisement
Berita Populer
- Dorong Ekosistem Industri Kreatif, Ruang 412 dan Padukuhan Gandok Bikin Festival UMKM
- Kasus Mafia Tanah Kas Desa, Keberatan Lurah Caturtunggal Ditolak Hakim, Sidang Dilanjut
- Mahasiswa UMY Sulap Sirih Cina Jadi Sirup Herbal Kaya Manfaat
- Rayakan Hari Batik, Pemkot Gelar Pameran hingga Lomba
- Koleksi Atribut dan Peraga WJNC Sejak 2016 Dipamerkan di PDIN Jogja
Advertisement
Advertisement