Advertisement

FPRB: Normalisasi Sungai Diperlukan untuk Antisipasi Banjir

Catur Dwi Janati
Selasa, 09 November 2021 - 14:37 WIB
Sunartono
FPRB: Normalisasi Sungai Diperlukan untuk Antisipasi Banjir Ilustrasi banjir. - Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL--Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah rawan di Kabulaten Bantul. Normalisasi sungai dinilai perlu dilakukan untuk mengatasi pendangkalan dan mengurangi potensi banjir.

Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bantul, Waljito menyampaikan masih ada sejumlah titik yang rawan bencana banjir dan tanah longsor. Titik tersebut menyebar di berbagai wilayah di Kabupaten Bantul.

Advertisement

BACA JUGA : Ini Foto-foto Udara usai Banjir Bandang Kota Batu

"Ada beberapa tirik rawan bencana. Kalau banjir, di wilayah Sewon ada di bantaran Sungai Winongo. Kemudian di sisi barat ada Sungai bedog, ada Sungai Progo dan sebagainya," kata Waljito pada Selasa (9/11/2021).

Waljito juga menambahkan bahwa wilayah yang paling sering terjadi kerawanan di sisi timur yang perlu diwaspadai ada di Kali Celeng. "Kemudian rawan longsornya di sana juga banyak. Seperti di daerah Dlingo, kemudian Imogiri. Kalau di sisi barat adalah daerah Pajangan," ungkapnya.

Masih banyaknya titik-titik rawan bencana hidrometeorologi di Bantul segera diantisipasi dengan penguatan kapasitas relawan. "Titik-titik rawan yang sering terjadi seperti itu maka kita akan penguatan kapasitas relawan di masing-masing desa yang dari evaluasi kita sangat terdampak terkait bencana," tambahnya.

Selain penyiapan relawan Waljito juga menyoroti persoalan sampah yang kerap menghambat aliran sungai. Dia mengimbau setidaknya di selokan-selokan atau sungai yang tidak terlalu besar dilakukan kerja bakti pembersihan saluran oleh warga.

Waljito juga telah menyarankan adanya normalisasi sungai untuk mengantisipasi banjir. "Sudah lama ini, kalau kali itu sudah perlu dinormalisasi karena residunya naik sudah dangkal, maka lakukan itu," tegasnya.

"Jangan sampai mendekati masa-masa bencana baru dilakukan normalisasi. Seharusnya jauh-jauh hari sebelumnya. Itu langkah kita untuk mendesak pemerintah karena kita juga salah satu mitra sinergi dan mitra kritis," tambahnya.

BACA JUGA : BNPB Ungkap Penyebab Banjir Bandang Kota Batu

Setidaknya PPRB mencatat ada beberapa titik sungai yang seharusnya menjalani normalisasi. "Sebenarnya malah justru bantatan-bantaran sungai yang tiddak begitu besar," ujarnya.

"Seperti Winongo sebagian yang sebelah utara. Kemudian sungai-sungai kecil seperti sungai Tanjung Kiri, Kali Celeng yang agak ke utara itu. Itu perlu adanya normalisasi, rekayasa kali sehingga tidak akan meluap," katanya.

Kendati normalissi nantinya akan dilakukan, menurut Waljito edukasi kepada masyarakat penting untuk menjaga sungai. Beberapa kali pun sungai dinormalisasi bila perilaku masyarakat tidak berubah akan sulit menjaga sungai. "Menjaga sungai dari tumpukan sampah yang berasal dari amsyarakat sendiri. Sehingga sungai itu nanti berfungsi sebagai mana mestinya," ujarnya.

Banjir luapan air sungai juga menjadi bencana bagi para petani. Sebelumnya Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul, Imawan Eko Handriyanto mewaspadai luapan air dari sungai yang bisa menenggelamkan lahan pertanian warga.

"Memang ada beberapa titik rawan yang perlu kita cermati, terutama daerah selatan," tandasnya. Daerah selatan ada muara dari sungai-sungai dan itu yang cukup rawan di daerah Kretek dan Sanden. Ini perlu kita pantau terus," terangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting

News
| Kamis, 25 April 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement