Advertisement
Tim PKM Universitas Sanata Dharma Implementasikan Hasil Penelitian Sistem Kompresi Uap

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Tim pengabdian kepada masyarakat (PKM) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta mengimplementasikan hasil penelitian sistem kompresi uap. Tim yang diketuai Purwadi dengan anggota Rusdi Sambada, Iswanjono, Budi Sugiharto, Yosef Agung Cahyanta, dan Wibowo Kusbandono berhasil membangun mesin pengering berbasis kompresi uap di industri mebel CV. Nuansa Kayu Bekas, Sragen, Jawa Tengah, dan industri blok pupuk PT Wira Cahya Pratama, Klaten, Jawa Tengah. Pendanaan kegiatan diberikan melalui bantuan pendanaan program penelitian kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan pengabdian masyarakat berbasis hasil penelitian perguruan tinggi swasta (PTS) Kemendikbud. Kedua perusahaan ini membangun kerja sama dengan tim pengabdian USD untuk membuat ruangan pengering.
Ketua tim pengabdian, Purwadi mengatakan sistem yang dibangun mempunyai prinsip pengeringan yang berbeda dengan pengeringan yang biasa digunakan di industri. Prinsip pengeringan yang dibangun yakni menurunkan kelembapan udara dengan mengalirkan udara melewati evaporator. “Udara yang melewati evaporator akan mengembun sehingga kelembapan udara turun,” katanya seperti dalam rilis yang diterima Harian Jogja, Minggu (26/12/2021).
Advertisement
Air hasil pengembunan ditampung dalam bak penampung air. Udara kering dari evaporator kemudian dialirkan ke kondensor sehingga udara menjadi panas. Udara yang kering dan panas kemudian dialirkan ke dalam produk yang dikeringkan seperti kayu, blok pupuk atau produk industri lainnya.
“Kami mempunyai dua sistem pengering, yang lama menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu dan yang baru menggunakan sistem kompresi uap. Pada mesin berbahan bakar kayu, ruangan menjadi sangat panas, lembab, dan kayu sering pecah. Sedangkan dengan sistem yang baru, ruangan lebih bersih, udara tidak terlalu panas, dan hasil pengeringan lebih cepat. Untuk waktu pengeringan, sistem bahan bakar kayu membutuhkan waktu 12 sampai 22 hari, sedangkan dengan sistem baru hanya sekitar 3 hari,” kata Modrik didampingi Edi Kuncoro, dan Hari Suprapto, ketiganya karyawan CV. Nuansa Kayu Bekas
Krisnoto Agoeng dari PT Wira Cahya Pratama, Klaten, mengatakan perusahaannya memproduksi blok pupuk. Selama ini upaya pengeringan menjadi kendala. “Dulu kami mengeringkan dengan panas Matahari tetapi sering terkendala cuaca, sehingga pupuk tidak bisa kering maksimal. Demikian juga pengeringan dengan gas, hasilnya tak maksimal. Kami kemudian berkonsultasi dengan tim USD dengan sistem AC atau dengan sistem kelembapan. Ternyata keringnya dapat sesuai yang kami harapkan dan lebih cepat,” katanya.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jogja Heroes Leage, Tempatnya Siapapun Beraksi bak Superhero
- Ke Solo Cukup Rp8.000, Ini Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini
- Pria Ini Ubah Stigma Negatif Kampung dengan Markisa
- Resmi Tinggalkan Balai Kota, Terima Kasih Haryadi Suyuti-Heroe Poerwadi
- Tembus 7 Juta Penonton, KKN di Desa Penari Laris di Malaysia dan Singapura
Advertisement