Catatan Ekonomi DIY 2021: Berat Beban Tulang Punggung Perekonomian
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pandemi memukul telak perekonomian di hampir seluruh daerah di Tanah Air, tak terkecuali dengan DIY. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian di DIY, tak luput dari terpaan badai itu.
Tulang punggung perekonomian di DIY adalah pariwisata dan UMKM. Selain sebagai indikator pertumbuhan ekonomi, kedua hal tersebut juga tak bisa dilepaskan satu dan yang lainnya.
Advertisement
Parahnya, selama pandemi, kedua sektor itu bisa dibilang lumpuh. Sejak 2020, kedua sektor itu menjadi spot paling terdampak adanya pandemi. Begitu pula yang terjadi hingga semester I/2021.
Berdasarkan data BPS DIY, perekonomian DIY yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I/2021 mencapai Rp 37,23 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 26,94 triliun.
Memang, jika dibandingkan dengan triwulan I/2020 perekonomian DIY di triwulan I/2021 tumbuh sebesar 6,14% (yoy) berlawanan arah dibanding periode yang sama di 2020, kontraksi sebesar 0,31%. Sementara bila dibanding triwulan IV/2020 perekonomian DIY tumbuh sebesar 0,86 %. Begitu pula dengan tingkat hunian kamar terus menurun.
Tak dimungkiri, dampak pandemi Covid-19 menjadi pukulan berat bagi UMKM di DIY. Itulah sebabnya, guna memulihkan sektor ekonomi tersebut Pemda DIY menilai sektor UMKM harus segera bangkit karena sektor ini membawa hajat hidup masyarakat luas.
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengatakan berdasarkan data Bank Indonesia (BI), lebih dari 55% konsumen pun mengaku sulit mengakses produk UMKM sehingga menurunkan omzet.
Sebanyak 44% UMKM bahkan sampai harus melakukan PHK dengan sebagian karyawannya. Itulah sebabnya, Pemda DIY menilai upaya pemulihan ekonomi harus diawali dari UMKM. Apalagi jika ingin Go Global, UMKM sudah tidak bisa lagi hanya bertumbuh di lapak fisik, tetapi bisa membuka toko daring atau bergabung di platform digital (lokapasar).
Dengan begitu, mutlak adanya para pelaku UMKM tersebut melek teknologi, terutama yang terkait dengan teknologi digital.
Tak dimungkiri, persoalan digitalisasi turut menjadi biang tiarapnya UMKM saat pandemi. Ketika masyarakat dipaksa untuk di rumah saja agar tidak memperparah penularan Covid-19, maka mau tak mau, aktivitas banyak dilakukan secara daring.
Padahal, sebelumnya, para pelaku UMKM banyak mengandalkan aktivitas tatap muka, baik melalui toko, workshop, galeri, maupun metode luring lainnya.
Saat penggunaan Internet menjadi sebuah keniscayaan, hanya para pelaku UMKM yang sudah melek teknologi digital saja yang bisa bertahan. Selebihnya, mereka hanya menunggu waktu untuk tiarap, mati suri, bahkan merugi dan akhirnya menyerah.
Berdasarkan data yang diutarakan oleh DPRD DIY, setidaknya ada 90% persen lebih pelaku UMKM yang belum memanfaatkan komputer. Bahkan, 80% di antaranya tidak akrab dengan Internet.
Sebut saja misalnya, produsen mi lethek di Bantul yang sangat legendaris dan banyak peminatnya, hingga saat ini masih menggunakan cara tradisional sehingga hasil produksinya terbatas dan tidak memiliki pengeringan akibatnya terkendala saat musim hujan.
Terkait dengan hal itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Srie Nurkyatsiwi mengatakan melalui bisnis yang akuntabel, pelaku UMKM akan mendapatkan berbagai keuntungan, seperti halnya kemudahan akses pendanaan dari lembaga keuangan.
Selain itu, digitalisasi juga akan memudahkan pelaku UMKM dalam mengenalkan produk, menaikkan omzet, hingga membantu mencatat dan membuat laporan keuangan.
Kebangkitan Ekspor
Memasuki kuartal III dan IV/2021, kasus Covid-19 mulai melandai seiring dengan semakin gencarnya pemerintah melakukan vaksinasi Covid-19. Hal itu juga menjadi angin segar bagi perekonomian DIY, termasuk UMKM sebagai salah satu motor penggeraknya.
Salah satu indikator yang bisa menjadi tolok ukur adalah meningkatnya kinerja ekspor di DIY, di mana sebagian besar didukung oleh kontribusi sektor UMKM.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi DIY pada kuartal II/2021 yang mencapai 11,81% dipengaruhi oleh naiknya ekspor. Pada periode tersebut, ekspor DIY tercatat naik 53,03%.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa para pelaku UMKM di DIY berperan penting dalam peningkatan ekspor. Dilihat dari produk utama ekspor yang berupa pakaian jadi, perabotan dan barang dari kulit, serta rajutan, terlihat secara implisit bahwa UMKM menjadi kontributor utama ekspor di Yogyakarta.
Di DIY, UMKM menguasai 98,4% dari total unit usaha, dan menyerap hingga 79% tenaga kerja. “Peningkatan kapasitas UMKM dengan produk bernilai ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi DIY, dan lebih jauh lagi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya saat membuka acara Grebeg UMKM DIY Road to Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2021 yang digelar oleh Bank Indonesia DIY, Kamis (16/9/2021).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal dan Lokasi Bus SIM Keliling Kota Jogja Jumat 22 November 2024
- Prakiraan Cuaca BMKG Jumat 22 November 2024: DIY Hujan Ringan Siang hingga Malam
- Jadwal Pemadaman Jumat 22 November 2024: Giliran Depok dan Pasar Godean
- Jadwal Terbaru KA Bandara YIA Xpress Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Bantul di Akhir Pekan Bulan November 2024
Advertisement
Advertisement