Advertisement
Sederet Fakta Seputar Jadah Tempe Mbah Carik, Sempat Terpuruk

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-Jadah tempe menjadi salah satu kuliner khas Jogja. Sebuah merek yaitu Jadah Tempe Mbah Carik, sukses menyita perhatian wisatawan, utamanya yang pelesiran ke area Kaliurang, Sleman, untuk membeli makanan itu sebagai buah tangan.
Mbah Sudimah Wiro Sartono atau Mbah Sudimah, adalah pewaris merek tersebut. Dunia perkulineran sungguh berduka karena pada Selasa (11/1/2022) petang kemarin, Mbah Sudimah yang juga bergelar Mbah Carik, menghembuskan nafas terakhirnya di usia 92 tahun.
Advertisement
Banyak kisah perjalanan yang sudah dialami bisnis kuliner keluarga ini. Berikut ini sederet fakta yang berhasil dirangkum Harianjogja.com dari berbagai sumber seputar bisnis Jadah Tempe Mbah Carik:
1. Berdiri 1950an
Jadah Tempe Mbah Carik merupakan kuliner keluarga yang berdiri sejak 1950an. Pendirinya adalah Sastro Dinomo, salah seorang carik di Kaliurang. Sepeninggal Sastro Dinomo, usaha ini diteruskan oleh mbah Sudimah Wiro Sartono yang juga bergelar Mbah Carik. Usaha ini terus berkembang hingga saat ini.
2.Diberi Nama Sultan
Konon, gelar Mbah Carik yang disematkan kepada Sastro Dinomo, diberikan oleh Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Jogja kala itu.
3. Terkenal Berkat Sultan
Jadah tempe awalnya adalah makanan orang desa. Namun makanan dari ketan dan tempe ini menjadi terkenal setelah Sri Sultan HB IX mencicipinya.
Baca juga: Sejarah Jadah Tempe Mbah Carik, Legenda Kuliner Jogja Kegemaran Sultan
Dilansir dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Sleman, Sri Sultan HB IX sangat menyukainya. Sultan sering mengutus pengawalnya untuk membeli jadah tempe ke Kaliurang.
4. Generasi Keempat
Kuliner melegenda Jadah Tempe Mbah Carik masih menjadi favorit masyarakat hingga kini. Meski termasuk kuliner tradisional, cucu Mbah Carik yang termasuk golongan milenial, tertarik untuk mengembangkan usaha neneknya itu.
Angga Kusuma Arybowo merupakan generasi keempat yang menjalankan bisnis kuliner keluarga ini. Ia lebih menyasar kalangan milenial untuk memasyarakatkan panganan legendaris itu.
5. Sempat Terpuruk saat Pandemi
Pandemi Covid-19 turut membanting usaha Jadah Tempe Mbah Carik. Sejak dulu, panganan gurih manis ini biasa dihidangkan di tempat sehingga Mbah Carik hanya mengandalkan penjualan secara offline yakni konsumen datang ke warung.
Namun ketika ada pandemi Covid-19 dan pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat, pengunjung sepi. Omzet penjualan anjlok. Sejumlah karyawan dirumahkan karena tidak ada lagi pemasukan.
6. Beralih ke Online
Angga, cucu Mbah Carik mulai putar otak agar dagangannya kembali laku. Ia kemudian menjalin jejaring dengan creative agency di Jogja. Angga mendaftarkan produk Jadah Tempe Mbah Carik sebagai mitra TUKONI, wadah bagi UMKM yang sedang berjuang menyelamatkan usaha dari pandemi. Misinya hanya ingin menyelamatkan karyawan dan tetap melestarikan panganan tradisional ini.
Dari TUKONI, jadah tempe bisa dijual kembali dengan cara lain, yakni online. Cara ini juga untuk mengobati rasa kangen pelanggan yang tidak bisa ke Jogja karena pandemi. Selain pemasukan menjadi bertambah, jualan melalui online juga menambah pelanggan Jadah Tempe Mbah Carik. Karyawan yang sempat dirumahkan akhirnya dipekerjakan kembali, bahkan merekrut tambahan karyawan lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Petugas Haji Diingatkan untuk Bekerja Penuh Cinta, Ikhlas dan Bijak Menggunakan Medsos
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Rekatkan Kekompakan, Ratusan Relawan di Bantul Ikuti Mancing Bersama
- Soal Sekolah Rakyat, Pemkab Bantul Tunggu Arahan Pemerintah Pusat
- Dapat Ancaman dari Debt Collector, Ini Layanan Aduan di Polres Gunungkidul
- Kegiatan Edrek Digelar di Festival Telaga Dondong Gunungkidul, Begini Tujuannya
- Wujudkan Sleman Dalane Padang, Pemkab Sleman Anggarkan Rp18,5 Miliar di Tahun Ini
Advertisement
Advertisement