Advertisement

Dalang Perempuan Ini asal DIY, Lebih Pilih Wayang ketimbang K-Pop

Lajeng Padmaratri
Senin, 31 Januari 2022 - 02:27 WIB
Arief Junianto
Dalang Perempuan Ini asal DIY, Lebih Pilih Wayang ketimbang K-Pop Astri saat tampil dalam rangka peringatan Hari Wayang Internasional di Balai Budaya Minomartani, Sleman. - Istimewa/Dok. pribadi

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Terlahir di keluarga seniman membuat Bernadetha Astri Putri Nugraheni menggemari seni dan budaya tradisional sejak kecil. Kini, remaja berusia 17 tahun ini pentas dari satu panggung ke panggung lain untuk mendalang.

Bagi kebanyakan remaja, terutama perempuan saat ini, mengidolakan selebritas dari Korea merupakan sebuah kelaziman. Mereka menonton serial televisinya, mengikuti grup idolanya, hingga mengetahui perkembangan pesohor Korea dari waktu ke waktu.

Advertisement

Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Astri. Perempuan yang kini tinggal di Depok, Sleman ini justru tak tahu sama sekali perkembangan K-Pop. Baginya, budaya Jawa lebih menarik, apalagi dunia pewayangan.

"Tokoh wayang yang menjadi cinta pertama saya itu Gatotkaca, soalnya dia superhero dan ganteng," ujar gadis yang biasa disapa Astri itu kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

Kali pertama Astri belajar mendalang sejak akhir 2015. Kala itu dia masih kelas VI sekolah dasar. Kini, dia sudah duduk di jenjang terakhir di sekolah menengah atas. Selama tujuh tahun, dia menggeluti dunia pedalangan dan menjadi dalang cilik putri.

"Dari dulu sering diajak bapak menonton wayang. Beberapa tahun lalu kan cari pergelaran wayang masih gampang ya di dekat sini, setiap minggu ada," kata dia.

Tak hanya diajak menonton wayang secara langsung, ketika bersantai di rumah pun tayangan yang ia tonton adalah pertunjukkan wayang. Kebiasaan itu membuatnya lama-kelamaan semakin tertarik dengan wayang secara visual.

"Bahkan ibu dulu pernah cerita, waktu aku kecil, misal dihadapkan pada boneka atau wayang, pasti yang kuambil itu wayang," kata dia.

Sering diajak menonton pertunjukkan wayang membuat Astri lama-kelamaan menggemari kebudayaan tradisional. Ketika kelas II sekolah dasar, dia pun memutuskan ikut ekstrakurikuler (ekskul) karawitan di sekolahnya. Padahal, ekskul itu baru boleh diikuti oleh siswa kelas IV.

Sekolahnya saat itu, SD Kanisius Sengkan, biasanya berlatih karawitan di sanggar milik pamannya, yaitu Sanggar Gita Langen Budaya yang tak jauh dari sekolah.

Beruntung, kondisi tersebut membuatnya bisa nimbrung belajar karawitan ke sanggar meski sebetulnya belum saatnya karena tidak sesuai jenjang.

Setelah berlatih karawitan hingga kelas VI, Astri dan teman-temannya pun mendapat kesempatan mengiringi wayang wahyu. Kala itu, dalangnya ialah Romo Handy. Sejak itu, dia kian tertarik pada wayang.

Dulunya, Astri mengira bahwa peran dalang hanya bisa dimainkan oleh orang dewasa. Akan tetapi pertemuannya dengan salah satu dalang cilik saat itu membuatnya menyadari bahwa dalang tidak hanya bisa dimainkan oleh orang dewasa.

"Waktu itu memang sudah suka wayang, tapi enggak kepikiran kalau ada dalang cilik. Bahkan dalang cilik yang waktu itu saya temui itu masih kelas II SMP. Dari situ saya semakin mantap buat belajar dan cari info les pedalangan," ungkapnya.

Guru pertamanya tatkala itu adalah Ki Parjaya. Kala itu ia belajar seni pedalangan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Seni dan Budaya. Di sana, rupanya banyak juga anak-anak yang belajar mendalang. Meski nyatanya yang perempuan hanya dia seorang.

Bangga

Selama belajar mendalang, Astri sadar bahwa eksistensi dalang perempuan di Jogja masih rendah. Apalagi, dalang perempuan yang masih remaja dan cilik.

"Ada kebanggaan tersendiri, apalagi menjadi dalang perempuan. Meskipun kadang ada rasa kurang percaya diri ketika dibandingkan secara skill dengan teman-teman yang belajar khusus di SMKI [sekarang SMKN 1 Kasihan] atau ISI [Institut Seni Indonesia Jogja], tentu sangat jauh," ujar siswa di SMAN 9 Jogja ini.

Meski begitu, dia pun mampu berprestasi dengan memenangkan Juara III Festival Dalang tingkat SMP pada 2018. Tahun lalu, dia juga mendapat kategori Juara Harapan I Festival Dalang Remaja di Gedung Kesenian Sleman pada 2021.

Tak hanya mendalang untuk keperluan perlombaan, Astri juga banyak terlibat dalam sejumlah pentas di berbagai festival dan kegiatan budaya di Jogja. Pada September 2021 lalu, dia berkolaborasi dengan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) dalam mementaskan lakon Sang Krincing Wesi di Sanggar Gita Langen Budaya.

Walau menggemarinya, tetapi Astri sadar bahwa belajar mendalang bukan hal mudah. Dia tak hanya harus lincah dalam membawakan wayang, namun juga memahami sastra Jawa lama, mempelajari tiap karakter wayang, hingga bisa menampilkan kekhasan dalam setiap pertunjukkan.

"Aku pernah sampai jeleh [bosan] di dunia dalang. Harus mengejar skill teman-teman jenjang di atas saya, saya capai. Karena belajar dalang itu banyak banget yang dipelajari, dari vokal, iringan, sampai nabuh. Tetapi karena dukungan orang tua, saya memutuskan lanjut lagi," kata anak bungsu dari dua bersaudara ini.

Saat ini, Astri berguru pada Ki Agus Hadi Sugito. Dia terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya di dunia seni pedalangan. Meski sering khawatir kalah skill dengan dalang cilik dan remaja lainnya, tetapi Astri berupaya menunjukkan ciri khas dalam setiap penampilan.

"Sekarang lagi belajar gimana menambah guyonan waktu pentas, interaksi dengan penonton. Menurutku mencari keunikan saat pentas itu perlu, supaya bisa naik ke permukaan dan orang-orang bisa tahu. Gimana caranya enggak cuma beda secara gender, tapi secara penampilan juga berbeda dan unik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement