Advertisement
Rumah Orang-Orang Hebat di Jogja Bernama POTADS
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—POTADS yang menaungi orang tua yang memiliki anak down syndrome kini memiliki tempat tetap untuk berkegiatan. Banyak hal yang dilakukan untuk mengembangkan potensi anak-anak down syndrome di Jogja. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Sirojul Khafid.
Setelah beberapa tahun berpindah dari rumah ke rumah, kini Persatuan Orang Tua dengan Anak Down Syndrome (POTADS) punya tempat menetap.
Advertisement
BACA JUGA: Lahan Eks UPN Bakal Jadi Tempat Parkir Pengunjung Teras Malioboro
Rumah dengan dua lantai di Jalan Nyi Wiji Adhisoro atau di depan SD Rejowinangun 3 Kota Jogja itu, menjadi tempat berkumpul lembaga swadaya masyarakat yang menaungi 220 anggota dari wilayah DIY, Magelang, dan Klaten. Sebelum memiliki sekretariat yang tetap, mereka berkumpul dari satu rumah orang tua anggota, ke rumah lainnya.
Memberi perhatian khusus dalam membersamai orang tua dan anak-anaknya yang mengalami down syndrome (DS), POTADS menjadi ruang untuk saling menguatkan satu sama lain. Mendidik dan menumbuhkembangkan anak spesial ini perlu banyak kekuatan.
Jangankan orang awam, seorang dokter pernah mengatakan pada salah satu orang tua yang tergabung dalam POTADS. “Kalau down syndrome itu mau diterapi juga bakal tetep kaya gitu [enggak akan sembuh],” kata Ketua POTADS Jogja, Dwi Novita Sari, menirukan salah satu pernyataan dokter.
“Itu terjadi di daerah, mungkin tenaga kesehatannya kurang secara pengetahuan, sampai bisa terceletuk kalimat seperti itu,” katanya.
Hal-hal pesimistis semacam ini yang membuat orang tua merasa perlu adanya wadah untuk saling menguatkan. Keadaan anak DS berbeda-beda. Penanganannya juga berbeda-beda. Bahkan belum tentu satu orang tua yang memiliki anak DS bisa mendidik anak lain yang juga DS. Orang tua yang selalu bersama anak menjadi garda terdepan dalam membimbing.
Dengan bimbingan yang tepat, nyatanya salah satu anak DS dari POTADS bisa masuk kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Jogja. Mahasiswi bernama Salma itu lulus dari Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Jogja dan kini kuliah di Jurusan Dakwah dan Komunikasi.
BACA JUGA: 5 Desa Wisata di Lereng Merapi, Adem, Mainannya Edukatif
Tidak hanya memaksimalkan potensi anak, POTADS juga menjadi ruang mengadu permasalahan yang dialami anak DS. Dalam beberapa waktu ini, salah satu perhatian mereka adalah menangani kekerasan seksual yang menyasar anak DS.
“Saat ada pelecehan seksual larinya bisa ke kami. Pernah ada kejadian di DIY, jadi kami wadahi isu kekerasan seksual, kami jembatani agar bisa mendapat penanganan yang terbaik,” kata Novita, Rabu (2/2).
Membersamai dari lahir hingga dewasa anak dengan DS perlu perhatian yang ekstra. Sejak usia nol tahun, mereka perlu terapi rutin dua kali sepekan. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, berpengaruh pada agenda terapi ini.
Saat banyak rumah sakit penuh atau membatasi akses untuk mengurangi potensi penularan, terapi bagi anak DS juga terdampak. Terapi sempat mandek. Baru mulai ada lagi saat kasus Covid-19 menurun beberapa waktu lalu. Namun itu pun harus antre lantaran pendaftarnya bejibun.
POTADS akan bekerja sama dengan beberapa pihak agar bisa menghadirkan terapi di sekretariat mereka. Meski bisa dilakukan secara mandiri di rumah, perlu ilmu dan juga bimbingan agar tepat guna. “Nantinya terapi bisa dilakukan sendiri, tapi butuh tenaga ahli. Orang tua bisa mempelajari di sini dan dipraktikkan di rumah,” kata Novita.
Setelah lepas dari kategori anak balita dan masuk sekolah, POTADS tetap memberi pendampingan. Meski sudah mendapat pendidikan dari SLB atau sekolah inklusi, tetap saja belum ada yang fokus pada DS. Di sinilah Potads punya peran besar. Mereka bisa dan tahu cara membersamai anak DS dengan segala kebutuhannya.
“Selepas dari kegiatan sekolah, Potads memberikan pelatihan seperti tari, bermain kibor, jembe, angklung, dan lainnya. Semua kegiatan dilakukan di Sekretariat POTADS,” katanya.
Perhatian juga tidak berhenti saat anak-anak selesai menjalani sekolah. Ada pendampingan dan pemberian pengalaman bekerja. Akan ada usaha pembuatan kripik, sajadah, masker, sampai suvenir. Jogja sebagai kota wisata memungkinkan pemasaran produk anak-anak ini.
POTADS bahkan membuka jasa fotokopi. Sekretariat POTADS yang berada di antara sekolah dan perkantoran menjadi tempat yang strategis. Terlebih belum ada usaha fotokopi di daerah tersebut. Usaha ini dianggap masih memungkinkan bagi anak-anak DS. Meski tidak seperti pekerja profesional, mereka masih bisa menangani.
Membuka usaha sendiri sebagai solusi susahnya mencari pekerja, terlebih untuk anak berkebutuhan khusus. Sebenarnya sudah ada aturan untuk perusahaan minimal 1% dari seluruh karyawannya merupakan warga berkebutuhan khusus.
Menurut Sub Koordinator Seksi Penempatan Perluasan Kerja dan Transmigrasi, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Jogja, Sunarto, beberapa perusahaan sudah menerapkan, meski belum semuanya.
Salah satu perusahaan yang merekrut tenaga kerja dengan kebutuhan khusus yaitu PT. Kereta Api Indonesia (KAI). “PT. KAI adakan seleksi, kami bersimpati sekali, apresiasi pada perusahaan yang komitmen pada undang-undang tersebut. Meski difabel ada kekurangan, tapi tetap ada kelebihannya, sehingga bisa tersalurkan di perusahaan,” kata Sunarto.
Namun perekrutan masyarakat berkebutuhan khusus juga tetap memiliki standar tertentu. Sehingga adanya pelatihan yang mumpuni tetap penting. Keberadaan Potads bisa berdampak besar pada masa depan anak DS.
Sebelum tergabung dengan POTADS yang berpusat di Jakarta, POTADS Jogja bernama Asosiasi Down Syndrome Yogyakarta. Diawali oleh empat ibu-ibu yang sering berkumpul untuk saling bertukar dan berbagi informasi pada 2010, kini anggotanya sudah ratusan. POTADS Jakarta berdiri 2003, sementara POTADS Jogja berdiri satu dasawarsa kemudian.
BACA JUGA: Ancaman Badai Belum Pasti Berlalu dari Jogja Hingga Sepekan ke Depan
Menjelang Hari Down Syndrome Sedunia pada 21 Maret mendatang, POTADS Jogja akan memberikan pengalaman magang untuk anak-anak DS. Ada beberapa perusahaan yang mau bekerja sama dan mewadahi mereka, salah satunya rumah makan.
“Meskipun tidak bekerja seperti digaji dan memberikan profit pada perusahaan, yang penting DS punya pengalaman pernah kerja, itu akan terkenang terus bagi mereka. Nanti akan diberi sebuah penanda, ‘Hallo pembeli, hari ini ada anak down syndrome yang ingin berkontribusi’,” kata Novita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Rabu Biru Foundation dan InJourney Kolaborasi Sukseskan Pertanian Berkelanjutan dengan Teknologi Drone
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Solo Jogja Keberangkatan Hari Ini, Selasa 3 November 2024, dari Stasiun Palur hingga Tugu Jogja
- Jadwal KA Prameks Berangkat Hari Ini, Selasa 3 Desember 2024, dari Stasiun Tugu ke Kutoarjo
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo Pekan Ini, 3-8 Desember 2024, dari Stasiun Tugu Sampai Palur
- Jadwal KA Bandara YIA dan YIA Xpress Keberangkatan Selasa 3 Desember 2024
- Jadwal Layanan SIM Keliling di Gunungkidul Hari Ini, Selasa 3 Desember 2024, Cek Lokasi dan Waktunya!
Advertisement
Advertisement