Advertisement
AFC 2022 Hadir dengan 12 Cabang Seni untuk Membina Kesenian Anak
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menggelar pembinaan seni pada anak atau dikenal dengan Art For Children (AFC) 2022 setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Bagaimana persiapannya, berikut laporan wartawan Harian Jogja, Sunartono.
Suara aktivitas anak-anak berlatih seni akan kembali sering terdengar di setiap titik gedung TBY beberapa bulan ke depan. Anak perwakilan dari kabupaten dan kota ini akan mengikuti pembinaan melalui program Art For Children (AFC), TBY di bawah Dinas Kebudayaan DIY. Berbeda dengan sebelum pandemi, acara bisa diikuti dengan jumlah di atas 1.000 anak, kini pelaksanaan AFC harus mengikuti aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sehingga dibuka dengan peserta yang terbatas serta memperhatikan Instruksi Gubernur DIY terkait dengan PPKM
Advertisement
AFC 2022 ini akan diikuti 12 cabang seni yang memberikan ruang pembinaan seni pada anak sejak dini. Pembinaan ini akan mengedepankan unsur sifat dari pendidikan seni berupa multilingual, multidimensional dan multikultur. Anak-anak akan didampingi oleh instruktur seni yang berkompeten di bidang masing-masing
AFC menjadi ruang pengembangan kemampuan anak. Melalui aktivitas seni ini harapannya mampu memberikan pengalaman pada anak untuk mengekspresikan diri. Sekaligus membuka kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan di tengah keterbatasan ruang yang menjadikan anak sebagai subjek. Namun perlu dicatat, AFC tidak semata-mata mengejar agar anak memiliki keahlian seni, tetapi lebih pada upaya membangun karakter agar anak memiliki kecintaan terhadap seni budaya. Minimal mereka mengenal budaya lokal yang ada di Jogja dan mencintainya secara perlahan.
"Melalui AFC ini anak diberikan kesempatan untuk mengolah daya imajinasinya dalam berkesenian yang bersifat imitatif, eksploratif dan improvisasi," kata Kepala TBY, Diah Tutuko Suryandaru, Jumat (4/2).
Dalam proses pembinaan ini akan sangat memperhatikan sifat dari pendidikan seni budaya, yaitu multilingual, multidimensional, dan multikultural. Bersifat multilingual artinya pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif melalui beragam cara dan media, bahwa seni mampu mengembangkan potensi manusia. Melalui berbagai unsur, mulai dari gerak, bunyi, bahasa, rupa, dan berbagai perpaduannya.
Bersifat multidimensional atau pengembangan beragam kompetensi artinya meliputi konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Hal ini bisa ditempuh dengan memadukan unsur estetika, logika, dan kecerdasan kinestetik. Terakhir pendidikan seni budaya juga bersifat multikultural yang berarti menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara.
“Pendidikan seni budaya diberikan di sekolah karena keunikan, makna, dan manfaatnya terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni,” katanya.
Sejumlah cabang seni dalam AFC TBY kali ini antara lain Tari Klasik, Tari Kreasi Baru, Karawitan, Seni Rupa, Seni Kriya Batik, Seni Rupa 2D, Seni Rupa 3D, Vokal, Musik, Pantomim, Komedi Anak, Teater dan Sastra. Ke depan TBY mengupayakan bimbingan seni yang lain dengan memperhatikan regulasi yang ada. Adapun jumlah peserta yang mengikuti sesuai regulasi sebanyak 25 anak setiap cabang seni. Sehingga jumlah total dari 12 cabang seni tersebut adalah 300 anak dengan usia dari SD Kelas 4 sampai SMP Kelas 1.
“Ini berasal dari per kabupaten dan kota di DIY, kami tidak subjektif. Salah satunya melalui rekomendasi dari Dinas Kebudayaan kabupaten dan kota, untuk seleksi kami serahkan langsung ke pembimbing,” kata Kasi Penyajian dan Pengembangan Seni Budaya TBY Budi.
Kesempatan mengikuti AFC ini tergolong langka. Proses seleksi harus dilakukan di tengah keterbatasan kuota maksimal. Di sisi lain, peminat anak mengikuti AFC sangat tinggi. Pelaksanaan bimbingan digelar selama 20 kali pertemuan ditambah dua kali pertemuan yang digelar dalam bentuk pementasan di akhir pembinaan. Adapun pementasan dan memamerkan karya itu dilakukan di Anjungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan TBY. Pembinaan itu diupayakan selalu digelar di TBY agar mudah dipantau. Pementasan akhir sebagai evaluasi kemampuan anak dalam menyerap ilmu selama mengikuti pembinaan seni.
“Kami akan coba pamerkan untuk seni rupa karya anak tersebut dan pentaskan bahwa inilah produk TBY melalui pembinaan anak-anak dengan 20 kali pembinaan. Kami tidak mengharuskan anak yang mengikuti pembinaan ini harus menjadi pelaku seni, tetapi cenderung ke membangun karakter bagaimana mereka memiliki kecintaan, pemahaman terhadap seni,” katanya.
Menurutnya, minat anak di Jogja dalam mengikuti AFC sangat tinggi. Sebelum adanya pandemi mencapai ribuan anak. Namun, karena saat ini dalam masa PPKM, dilakukan pembatasan. Selain itu dalam proses latihan atau pembinaan dilakukan di TBY dengan prokes ketat.
“Pelaksanaan AFC berjalan sesuai dengan kebijakan regulasi yang ada,” kata Kasi Dokumentasi dan Informasi Seni Budaya TBY Anggoro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement