Advertisement

ITDA Optimalkan Peran Generasi Z di Bidang Kedirgantaraan

Catur Dwi Janati
Jum'at, 25 Februari 2022 - 16:47 WIB
Bhekti Suryani
ITDA Optimalkan Peran Generasi Z di Bidang Kedirgantaraan Suasana Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan 2022 yang dilakukan melalui zoom meeting pada Kamis (24/2 - 2022)/Ist

Advertisement

BANTUL - Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto (ITDA) menggelar Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan 2022 secara daring. Mengusung tema Peran Generasi Z dalam Dunia Kedirgantaraan, Senatik 2022 kali ini diikuti peserta dari berbagai kalangan mulai akademisi hingga praktisi.

"Mengapa kami memilih tema itu, kami merasakan dengan adanya pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir ini, generasi muda kita yang lahir antara tahun 1996 sampai 2010, yang merupakan generasi mahasiawa kami sampai yang kira-kira baru lulus itu terpengenaruh dengan adanya pandemi tersebut," tutur Rektor ITDA, Marsda TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. T. Ken Darmastono, M.Sc pada Kamis (24/2/2022).

Advertisement

Ken menyampaikan sebelumnya Senatik pernah dilakukan oleh ITDA saat kampus masih berbentuk sekolah tinggi. Lalu setelah kampus berubah bentuk menjadi  institut, ITDA kembali mengadakan seminar nasional ini yang juga merupakan pengingat bahwa kampus sudah satu tahun berubah bentuk menjadi ITDA.

Menghadirkan narasumber ahli seperti Prof. Dr. Ir. Bambang Kismono Hadi, Capt. Novyanto Widadi, S.A.P., M.M. dan Petrus Tedjo Hapsoro, Ken berharap para narasumber dapat membagikan pengetahuan terkini khususnya di bidang kedirgantaraan kepada para peserta seminar. "Dengan memohon bantuan dari narasumber kami harap generasi muda kita tersebut mendapatkan masukan bagaimana kerena dapat berperan di dalam dunia perdirgantataan walaupun kita sedang dilanda pandemi Covid-19," ujarnya.

Narasumber pertama, Prof. Dr. Ir. Bambang Kismono Hadi menyampaikan paparan struktur pesawat terbang, terutama soal struktur komposit. "Struktur komposit yang akan menjadi struktur penting di masa depan di lingkungan teknik penerbangan," terangnya.

Bambang menjelaskan beberapa perkembangan struktur komposit di masa depan dan tantangannya bagi generasi Z. Bahan komposit merupakan bahan yang terdiri dari dua atau lebih yang dicampur secara makroskopis, bahan utama pembentuk komposit penguat (serat) dan pengikat (matriks).

"Artinya bukan paduan, teman-teman tahu baja biasa ada paduannya antara steel, karbon dan unsur lain kadang-kadang dicampur mangan agar terjadi paduan, kalau ini tidak. Makroskopis itu bahan-bahannya masih kita lihat," tandasnya.

Dijelaskan Bambang, struktur yang optimum dan efisien hanya bisa dibuat dengan bahan komposit. Struktur komposit paling banyak serat gelas (kaca) dan serat karbon. Nilai pasar struktur komposit di sektor kedirgantaraan di tahun 2015 mencapai 11 miliar dolar AS dengan pertumbuhan per tahun 9,2 persen. Sektor kedirgantaraan hanya mencakup 17 persen dari total penggunaan bahan komposit di dunia.

Lebih lanjut Bambang menambahkan bila bahan komposit mempunyai peluang besar untuk diguanakan secara besar-besaran  dalam struktur pesawat terbang. Struktur tersebut terus menerus dikembangkan agar struktur komposit dapat terus bersaing dengan struktur metal. Ditambahkan Bambang, melihat peluang potensi yang ada PTDI perlu menyambut peluang ini.

Narasumber lainnya Capt. Novyanto Widadi, S.A.P., M.M. menjelaskan konsep pengoperasian UAV, serta perkembangan kecerdasan artifisialnya dalam mendukung smart mobility. UAV yang lebih dikenal dengan drone, menurut Novyanto memiliki banyak peluang. Kendati demikian Novyanto menilai perlu adanya pengujian untuk setiap misi drone kargo dengan menggandeng setiap peluang usaha.

Pengujian drone kargo dan usaha lain menurut Novyanto akan lebih cocok dan cepat terealisasi dilakukan di wilayah 3T terlebih dahulu. "Pengembangan payung hukum semua peluang usaha yang terjadi dapat dilakukan paralel dengan pengujian misi drone kargo," tandasnya.

Sementara itu narasumber lainnya Petrus Tedjo Hapsoro menyampaikan materinya seputar menyiapkan SDM kompeten dan berdaya saing. Menurutnya budaya kerja industri, hang meliputi kebiasaan yang mana peraturan harus dikenalkan, dipahami dan diajarkan secara berulamg-ulang sampai dirasakan manfaaatnya sehingga akan menjadi kebiasaan.

Mentalitas dasar juga dibahas Petrus dalam budaya kerja industri. Dijelaskan Petrus mentalitas dasar merupakan hal yang mendasari cara berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari yang didukung oleh sikap dan perbuatan yang positif. "Penataan tempat kerja dikondisikan melalui prinsip Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R). Perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan kebersihan di tempat kerja," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement