Advertisement

Disbud DIY Gelar Sayembara Penulisan Serat Tingkat Nasional, Ini Syaratnya

Media Digital
Jum'at, 03 Juni 2022 - 06:57 WIB
Arief Junianto
Disbud DIY Gelar Sayembara Penulisan Serat Tingkat Nasional, Ini Syaratnya Kasi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY Setya Amrih Prasaja (kanan) dan Koordinator Sayembara Penulisan Serat Tingkat Nasional Disbud DIY, Hayu Avang Darmawan saat ditemui di Disbud DIY, Kamis (2/6/2022). - Harian Jogja/Sunartono

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Tahun ini Dinas Kebudayaan DIY kembali menggelar Sayembara Penulisan Serat Tingkat Nasional. Dalam kompetisi ini para peserta tidak hanya bersaing dalam menuliskan aksara Jawa secara digital tetapi juga dalam membuat tembang macapat.

Koordinator Sayembara Penulisan Serat Tingkat Nasional Disbud DIY, Hayu Avang Darmawan menjelaskan sayembara penulisan serat ini berusaha membangun kembali seperti halnya zaman dahulu ada pujangga yang menuliskan babad suatu kerajaan, piwulang atau ajaran kebaikan ke masyarakat.

Advertisement

Disbud DIY mengambil istilah serat yang berisi ajaran kebaikan hingga kultur budaya di masyarakat. Contohnya yang terkini di tengah masyarakat bisa berkaitan dengan Covid-19 atau hal lain.

"Adapun tema besar dari sayembara serat ini adalah Keberagaman atau Unity in Diversity. Keberagaman menguatkan bangsa Indonesia," katanya Kamis (2/6/2022).

BACA JUGA: Banyak Muncul Kelompok Tani "Dadakan", Ini yang Dilakukan Pemkot Jogja

Para peserta harus menuliskan serat itu dengan gaya macapat seperti nenek moyang zaman dahulu. Akan tetapi tidak harus dibikin dengan metrum 11 jenis laiknya tembang macapat, melainkan bisa memilih salah satu.

Istimewanya, naskah macapat tersebut harus ditulis dengan aksara Jawa dan digital. Para peserta membuat serat itu minimal 50 halaman. "Jadi produknya ada seratnya, bermetrum macapat lalu ditulis dengan aksara Jawa, ini direvitalisasi era saat ini dengan harus digital. Karena wujudnya tembang macapat kalau satu halaman hanya sekitar tiga sampai lima bait," katanya.

Jenis serat dapat berupa serta babad berisi tentang sejarah atau sebuah gambaran perjalanan sejarah. Kemudian bisa berupa serat Wulang berisi tentang piwulang atau hal berkaitan dengan motivasi pembangunan karakter dan perilaku.

Tata tulis aksara Jawa bisa menggunakan aksara Jawa tradisional (Mardi Kawi atau sejalan) dan simplified (tjarakan Jawa 1917, Sriwedari 1922, KBJ 1996). Hasil karya harus murni buatan sendiri bukan tedhakan dari naskah lain.

Karya bisa dikirim ke www.kongresaksarajawa.id/sayembara paling lambat 31 Agustus 2022. Naskah diunggah dalam bentuk docx dan pdf dengan format penamaan file NAMA PESERTA_JUDUL.

BACA JUGA: Jogja Jadi Tuan Rumah Puncak Ajang Balap Sepeda Il Festino Indonesia

"Untuk kriteria penilaian kesesuaian dengan tema [40%], estetika bahasa [30%] dan ketepatan penulisan [30%]. Akan dipilih lima karya terbaik, mereka akan mendapatkan piala, piagam dan uang pembinaan," ucap dia.

Dia mengatakan karya yang masuk lalu diseleksi dan dipilih 10 karya untuk dipertanggungjawabkan di hadapan juri melalui proses wawancara. Kemudian juri memilih lima peserta terbaik dari hasil penilaian melalui sejumlah tahapan tersebut.

Pada sayembara yang sama tahun lalu tercatat ada sebanyak 61 peserta yang ikut. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Pendaftarnya pun beragam mulai dari mahasiswa, tokoh budayawan hingga setingkat dosen atau master dengan rentang usia antara 20 hingga 40 tahun.

Kolaborasi
Kasi Bahasa dan Sastra Disbud DIY, Setya Amrih Prasaja menambahkan untuk Sayembara Penulisan Serat tahun ini boleh dikerjakan tiga orang atau menjadi hasil karya kolaborasi lebih dari satu orang.

Pasalnya, zaman dahulu serat tersebut ada yang bertugas mengkonsep, menulis dan membacakan atau menjelaskan ke masyarakat tentang isi dari serta macapat tersebut."Sehingga dalam sayembara ini panitia memperbolehkan satu karya dibikin maksimal tiga orang," katanya.

Amrih menilai respons kalangan milenial terhadap aksara Jawa sejauh ini sebenarnya sudah baik. Berdasarkan survei yang dilakukan Disbud DIY pada 2021, penggunaan aksara Jawa di ranah digital, hasilnya usia 15-25 tahun paling mendominasi menggunakan aksara di ranah digital mencapai 74%.

Menurutnya cara untuk membuat anak muda tertarik dengan aksara Jawa adalah dengan memberikan panggung seluas-luasnya dan kemudahan dalam berekspresi beraksara Jawa di ranah digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pembangunan Jalan Sumbu Kebangsaan IKN Capai 80 Persen

News
| Sabtu, 27 April 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement