Advertisement
Begini Jurus Pemkab Gunungkidul Mengatasi Lonjakan Kasus Leptospirosis
Advertisement
Harianjgoja.com, GUNUNGKIDUL– Dinas Kesehatan Gunungkidul berkomitmen untuk menanggulangi penyebaran leptospirosis. Salah satunya akan memaksimalkan Satuan Tugas (Satgas) One Health yang bertugas menangani masalah penyakit zoonosis.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, Satgas One Health sudah dibentuk sejak 2018 lalu. Tugas tim ini untuk menangani masalah penyakit zoonosin, salah satunya pencegahan penyebaran dan penanggulangan leptospirosis.
Advertisement
Hingga sekarang, keberadaan satgas masih ditingkat kabupaten. Namun, rencananya diperluas hingga kapanewon. “Sekarang masih proses pembentukan satgas kapanewon,” katanya, Minggu (19/6/2022).
Menurut dia, dengan adanya Satgas One Health di tingkat kapanewon, maka upaya penanggulangan leptospirosis bisa lebih fokus dan hasilnya dapat lebih optimal. Terlebih lagi, saat sekarang ada tren kenaikan kasus leptospirosis di Gunungkidul.
“Biar bisa fokus dalam penanangan, maka akan dibentuk di kapanewon. Nantinya, tidak hanya menangani leptospirosis, tapi juga menyasar penyakit yang ditularkan hewan ke manusia lainnya,” ujar Dewi.
BACA JUGA: Kronologi Meninggalnya 2 Suporter Persib di Laga Melawan Persebaya
Selain membentuk satgas One Health, dinas kesehatan juga terus melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya leptospirosis. Penyuluhan dilakukan untuk memberikan pemahaman terkait dengan penyakit serta cara penanggulangan.
“Paling penting terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta makan makanan bergizi. Jangan lupa rutin berolahraga untuk menjaga kondisi tubuh,” katanya.
Dewi menambahkan, area pertanian mendapat catatan khusus karena banyak petani yang terjangkit penyakit ini. Oleh karenanya, ia meminta pada saat bekerja menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu both, sarung tangan dan lain sebagainya. “Jangan lupa untuk mencuci tangan setelah beraktivitas,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, kasus leptospirosis di Gunungkidul mengalami peningkatan. Hingga pertengahan Juni ada 22 kasus, empat warga dinyatakan meninggal dunia.
Jumlah ini lebih banyak ketimbang kejadian di 2021 dengan 17 kasus dan empat oraang meninggal dunia karena leptospirosis. “Selama masih hujan, maka potensi penularan masih ada. Jadi, masyarakat diminta hati-hati,” kata Dewi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Rentetan Gempa Bawean Terus Menurun, BMKG Catat Gempa Susulan Mencapai 333 Kali
- BRI Bagikan Paket Sembako dan Santunan bagi Anak Yatim di Jogja
- Polda DIY Siapkan Antisipasi Lalu Lintas Selama Libur Lebaran 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jogja, Kamis 28 Maret 2024
- Jadwal KRL Jogja Solo Kamis 28 Maret 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Advertisement