Advertisement

Sosialisasi Sumbu Filosofi Lewat Upacara Adat Merti Panggung Krapyak

Media Digital
Minggu, 31 Juli 2022 - 19:47 WIB
Jumali
Sosialisasi Sumbu Filosofi Lewat Upacara Adat Merti Panggung Krapyak Suasana upacara adat merti Panggung Krapyak sebagai bentuk sosialisasi kawasan Sumbu Filosofi kepada masyarakat sekitar pada Minggu (31/7/2022). - Harian Jogja/ Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA — Pemerintah Kalurahan Panggungharjo menyelenggarakan upacara adat merti Panggung Krapyak sebagai bentuk sosialisasi kawasan Sumbu Filosofi kepada masyarakat sekitar, Minggu (31/7/2022).

Upacara yang diselenggarakan untuk pertama kalinya itu disambut antusias oleh masyarakat sekitar dan merupakan bagian dari Festival Panggung Krapyak 2022.

Advertisement

Penyelenggaraan upacara adat merti Panggung Krapyak merupakan salah satu bagian dalam upaya pengajuan Sumbu Filosofi menjadi warisan budaya dunia. Masyarakat di seputaran kawasan itu diharapkan mengenal potensi wilayah dan keistimewaan Jogja yang saat ini tengah diproses oleh Unesco.

Upacara adat merti Panggung Krapyak dimulai dengan kirab Dumadining Jalma oleh rombongan bregada, pamong desa dan warga setempat dengan membawa 10 jenis ubarampe. Ubarampe ini memiliki makna perjalan manusia mulai dari kandungan bulan pertama hingga kesembilan dan proses lahir ke dunia. Prosesi dimulai dari sisi selatan Panggung Krapyak melewati Jalan KH Ali Maksum ke arah utara.

Sesampainya di Panggung Krapyak, dilaksanakan upacara Ubeng Nawa yakni proses mengelilingi Panggung Krapyak untuk kemudian meletakkan ubarampe yang dibawa. Perwakilan lurah meletakkan ubarampe secara simbolis di keempat sisi Panggung Krapyak. Putaran pertama sisi utara, keempat sisi timur, ketujuh sisi selatan dan putaran kesembilan sisi barat. Tiap putaran menandakan usia kandungan manusia sebelum lahir ke dunia.

Setelahnya adalah upacara Pranama Gedhong yang ditandai dengan perwakikan lurah menuju panggung utama untuk penyerahan ubarampe kembang setaman dan kemudian menuju pintu barat Panggung Krapyak dengan membawa uba rampe Kembang Setaman untuk diletakkan di tengah Panggung Krapyak.

Ketua Panitia Festival Panggung Krapyak sekaligus Dukuh Krapyak Kulon, Siwi Januarto menjelaskan, upacara adat merti Panggung Krapyak merupakan yang pertama kali diselenggarakan. Dalam penetapannya, prosesi itu telah melewati kajian dan juga koordinasi dengan sejumlah pihak baik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun tokoh masyarakat setempat.

"Ini merupakan cara baru kami dalam menyosialisasikan makna dan arti Sumbu Filosofi. Biasanya diadakan di gedung atau pertemuan ini kita ubah menjadi suatu kegiatan budaya di masyarakat," ujarnya.

Informasi dihimpun, Panggung Krapyak didirikan sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan HB I. Bangunannya menyerupai kubus dengan ukuran luas 17,6 m x 15 m dan tinggi 10 m. Panggung Krapyak merupakan bagian awal dari tiga susunan sumbu filosofis (Panggung Krapyak - Kraton Yogyakarta - Tugu Pal Putih) yang menggambarkan Sangkan Paraning Dumadi atau asal manusia dan kemana manusia kembali.

"Upacara ini kita konsep sesuai dengan makna Panggung Krapyak yakni proses awal lahirnya manusia, jadi kita konsep seperti ibu mengandung dengan sejumlah ubarampe yang diarak dari selatan dan sampai di Panggung Krapyak kemudian memutar dengan tradisi Jawa," jelas Siwi.

Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho menyebut, upacara adat merti Panggung Krapyak yang dilaksanakan oleh Panggungharjo merupakan peristiwa baru dalam upaya pengenalan Sumbu Filosofi. Ia berharap agar kegiatan semacam itu dipertahankan dan menjadi tradisi tahunan di kawasan setempat.

Terlebih, Kelurahan Panggungharjo merupakan salah satu desa yang ditetapkan sebagai desa mandiri budaya yang menurut Aris mempunyai kewajiban untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat lewat Dana Keistimewaan (Danais) yang diperoleh. "Kami harapkan memang desa sebagai salah satu unsur pemerintah terbawah bisa mempergunakan danais untuk investasi dan kegiatan untuk mengurangi pengangguran, kemiskinan maupun pemberdayaan masyarakat," ucap dia.

Pengejewantahannya bisa dilakukan dengan sejumlah program. Sebab ada ratusan atribut di sepanjang kawasan Sumbu Filosofi yang bisa digunakan pemerintah desa sebagai pengungkit kegiatan ekonomi masyarakat. Aris menekankan, jangan sampai program-program yang berkaitan dengan keistimewaan Jogja berlangsung tanpa menimbulkan efek yang memberikan sumbangan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.

"Total ada 179 atribut di sepanjang Sumbu Filosofi dan ini bisa kita pergunakan dengan maksimal. Harapannya memang kegiatan semacam ini bisa jadi pengungkit ekonomi yang tidak sekedar euforia budaya," kata Aris.

Ketua Badan Musyawarah Kalurahan Panggungharjo, Ari Suryanto menyampaikan, upacara adat merti Panggung Krapyak juga dimeriahkan dengan sejumlah lomba. Aneka perlombaan juga disesuaikan dengan tema besar yakni Festival Panggung Krapyak sebagai upaya dalam mengenalkan makna Sumbu Filosofi kepada masyarakat luas.

"Dukungan dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat ini agar mereka yang berada di seputaran area Sumbu Filosofi Panggung Krapyak bisa mendapat sosialisasi yang masif agar masyarakat benar-benar paham dan tahu," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja
Jual Miras, Toko di Berbah Ditutup

Jual Miras, Toko di Berbah Ditutup

Jogjapolitan | 6 hours ago

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Konflik Israel di Gaza, China Serukan Gencatan Senjata

News
| Selasa, 16 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement