Advertisement

Promo November

Perubahan Tugu Pal Putih Membuat Wisatawan Memahami Sejarah Jogja

Media Digital
Minggu, 18 September 2022 - 20:07 WIB
Jumali
Perubahan Tugu Pal Putih Membuat Wisatawan Memahami Sejarah Jogja Tugu Pal Putih - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA -- Sambil berdiri menunduk dan tangan kanannya menyangga dagu, Rizal Amril, 27, lekat memandang papan keterangan di Diorama Tugu Pal Putih. Sambil mencocokkan miniatur bentuk Tugu Pal Putih lama dengan yang berdiri di tengah Simpang Tugu, Rizal baru menyadari perbedaannya, Sabtu (17/9/2022).

“Sudah belasan kali ke sini ternyata baru tahu dulu Tugu Pal Putih ini bentuknya tidak sama seperti yang sekarang,” jelasnya, Sabtu sore. Rizal merupakan wisatawan asal Bandung, Jawa Barat.

Minatnya pada sejarah kerajaan-kerajaan nusantara membawanya sore itu ke Tugu Pal Putih. “Suka berkunjung ke tempat-tempat bersejarah khususnya cagar budaya, makanya kesini juga,” jelasnya.

Advertisement

Diorama Sumbu Filosofi yang berada di kawasan Tugu Pal Putih menjadi tujuan Rizal ke Jogja kali ini. “Diorama ini membantu untuk lebih memahami Sumbu Filosofi yang ada Jogja, karena langsung bisa dibayangkan letak masing-masing patokannya,” ujarnya.

Rizal sudah mengetahui bahwa Tugu Pal Putih mengalami perubahan bentuk pada 1889. Perubahan bentuk tersebut karena Tugu Golang Gilig yang dibangun Sultan HB I pada 1756 runtuh akibat gempa yang terjadi pada 1867. “Tapi sebelum lihat diorama Tugu Golang Gilig ini saya belum tahu bentuk awal tugu seperti apa,” katanya.

Nama Golong Gilig memiliki arti tidak bersudut dan beririsan berbentuk lingkaran yang tidak lancip dan tidak tumpul. Arsitektur Tugu Golang Gilig tersebut ingin menyampaikan nilai persatuan cipta, rasa, dan karsa.

Pembuatan Tugu Golang Gilig yang pertama kali diprakarsai oleh Sultan HB X tersebut untuk menegaskan filosofi Sangkan Paraning Dumadi dengan Sumbu Filosofi sebagai perwujudan tata wilayahnya.

Lantaran terdampak gempa dan rusak, Sultan HB VII yang kala itu bertahta membangun ulang tugu tersebut. Namanya jadi popular dengan Tugu Pal Putih karena pembangunan ulang dipimpin oleh YPF Van Brussel Opzichter lalu dinamai De Witte Paal yang dalam bahasa Indonesia artinya Tugu Pal Putih.

Pembangunan ulang tugu tersebut selesai pada 3 Oktober 1889. Meskipun dibangun ulang, makna filosofi yang dikandung tersebut tetap sama sebagai bagian dari Sumbu Filosofi.

Rizal mengaku terkagum-kagum oleh usaha Pemda DIY untuk menjaga dokumen-dokumen bersejarah dan merawat serta meneruskan informasi bersejarah tersebut. “Ini nanti paling langsung ke Museum Sonobudoyo untuk lihat arsitektur rekonstruksi bentuk tugu lama,” ujarnya.

Menjaga Fisik dan Makna

Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis (BPKSF) Agung Dwi Hartanto menyebut pelestarian Tugu Pal Putih dilakukan untuk menunjang keutuhan bangunan fisiknya juga makna yang dikandungnya. Agung mencontohkan prasasti di seluruh sisi mata angin di badan Tugu Pal Putih masih terjaga.

“Prasastinya itu kan yang bikin langsung Sultan HB VII dan masih dijaga di tugu sendiri karena ada informasi-informasi penting yang ada di prasasti itu, seperti siapa yang membangun ulangnya dan apa makna yang mau disampikannya,” jelas Agung, Jumat (16/9/2022).

Pelestarian prasasti tersebut, jelas Agung, adalah bukti perawatan fisik dan makna yang dilakukan untuk tetap menjaga Tugu Pal Putih. “Kalau perawatan fisik sudah banyak sekali dari penataan pedestrian, jalur kabel, sampai penjagaan di sekitar kawasan itu,” ujarnya.

Pelestarian fisik, lanjut Agung, dilakukan untuk menunjang perawatan makna dari Tugu Pal Putih. “Antara pelestarian fisik dan makna memang harus bersinergi tidak bisa terpisah satu sama lain,” katanya.

Agung menjelaskan pelestarian Tugu Pal Putih juga dilakukan oleh berbagai lembaga lintas sektor dari Pemkot Jogja hingga Pemda DIY. “Kalau yang pelestarian fisik banyak dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Jogja, kami di BPKSF kebanyakan yang pelestarian maknanya terutama edukasi ke masyarakat luas,” jelasnya.

Edukasi ke masyarakat luas, jelas Agung, rutin dilakukan untuk mengenalkan makna-makna filosofi Sumbu Filosofi termasuk Tugu Pal Putih. “Sasaran kami sekarang lebih ke anak muda agar lebih mendalami makna-makna Sumbu Filosofi, karena mereka generasi penerus pelestariannya,” ujarnya.

Sisi Teknologi

Kondisi dan suasana Tugu Pal Putih pada masa lalu dapat dinikmati dengan gampang untuk memudahkan membayangkan sejarah masa lalu di sekitar tugu. Berbekal kacamata virtual reality (VR) arsip-arsip sejarah seputar Tugu Pal Putih dapat ditampilkan secara personal pada pengguna.

“Ini usaha kami mendekatkan Sumbu Filosofi sebagai kekayaan bersama masyarakat DIY ke generasi muda, jika dengan teknologi saya kira mereka akan lebih berminat karena tiap generasi punya kecenderungan masing-masing,” jelas Agung.

Terakhir, kacamata VR untuk menyaksikan Tugu Pal Putih pada tempo dulu dapat digunakan saat Jogja World Heritage Week awal September lalu. “Nanti kita rencanakan ada kegiatan serupa lagi agar dapat menyasar lebih banyak generasi muda untuk bisa ikut andil melestarikan Tugu Pal Putih dan Sumbu Filosofi pada umumnya,” ujarnya.

Agung berharap Tugu Pal Putih tak hanya jadi ikon Jogja, tetapi bisa diresapi maknanya pada masyarakat DIY. “Karena makna Tugu Pal Putih itu dalam sekali yaitu, orientasi manusia dalam laku sembah dan aktivitas sehari-hari, dengan senantiasa mengingat kebesaran Tuhan sebagai dari mana manusia berasal, dan kemana manusia kembali,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya

News
| Jum'at, 22 November 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement