Advertisement
UIN Sunan Kalijaga Anugerahkan Honoris Causa kepada Habib Chirzin

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—UIN Sunan Kalijaga memberi gelar doktor Honoris Causa kepada Muhammad Habib Chirzin, Rabu (21/9/2022), atas dedikasinya dalam mengembangkan dan mengarusutamakan nilai-nilai perdamaian melalui kegiatan sosial di lapangan, seminar, workshop, dan diskusi-diskusi.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin, menjelaskan penulis buku Agama, Pembangunan dan Perdamaian (2022) itu tercatat telah presentasi keliling dunia dengan tema kedamaian. Tak kurang dari 92 presentasi yang berlangsung di puluhan kota di penjuru dunia pernah ia lakukan.
Advertisement
“Dosen kita yang professor pun belum tentu presentasi sebanyak itu dan meliputi kota-kota dunia seperti itu. Jadi anugerah ini sangat layak dan kita harus mengakui reputasi beliau yang melampui kita. Anugerah hanyalah pengakuan formal, reputasi sudah mendahului,” ujarnya.
Sejumlah jabatan nasional dan internasional pernah ia emban diantaranya International Study Days for Society Overcoming Domination, Paris; South East Asia Regional Institute for Community Education; Asian Cultural Forum; Komisi Penddiikan Hak Asasi Manusia dan Perdamaian; International Advisory Board Global Education; Asian Muslim Action Network; International Institute of Islamic Thought, Wellbeing and Research.
“Penganugerahan oleh kampus adalah upaya menghubungkan kampus dan luar kampus, dunia nyata di luar sana, agar kampus tidak menjadi Menara gading. Kampus harus jujur mengakui kelebihan dan temuan dari luar. Kampus harus jujur mengakui kelemahannnya dan mengakomodasi kemajuan dan kelebihan dari luar. Honoris causa menampung ini,” ungkapnya.
Dalam penganugrahan honorus kausa ini, Habib Chirzin menyampaikan pidato berjudul Wacana Baru Perdamaian Dan Perlunya Mengarusutamakan Keamanan Manusia. Dalam pidato ini ia mengemukakan bagaimana pemaknaan perdamaian yang telah berkembang saat ini.
“Pada masa lalu masyarakat berpikir perdamaian sebagai antithesis dari perang. Semenjak pertengahan tahun 90-an, banyak pakar penelitian dan studi perdamaian tidak puas dengan pola berpikir konvensional tersebut,” katanya.
BACA JUGA: Duh, Sepanjang Tahun Ini, 20 Orang di Gunungkidul Tewas Bunuh Diri
Lawan dari perdamaian bukan hanya perang, tetapi ketidakdamaian dalam pengertian yang luas, yakni kondisi kehidupan masyarakat yang menghalangi proses aktualisasi diri realisasi diri dan pembebasan diri insani secara penuh, berupa kemiskinan, ketidakadilan sosial, perusakan lingkungan hidup, pemerosotan nilai-nilai kemanusiaan, pelanggaran hak asasi dan lainnya.
Perguruan tinggi menurutnya memiliki peran penting dalam pengarusutamaan keamanan manusia, kebahagiaan manusia, dan etika global pasca pandemi Covid-19. “Dengan melakukan kajian permasalahan perdamaian, keamanan manusia, indeks kebahagiaan, dan etika global dalam hubungannya dengan masalah pembangunan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Bambang Sukmonohadi, Ayah Mertua Puan Maharani Meninggal Dunia
Advertisement

Siap-siap Gobyos! Ini Rekomendasi Warung Oseng Mercon di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Cerita Penikmat Bakmi Jawa Pak Pele Kaget saat Dikunjungi Jokowi
- Sekda Jogja: Masjid Punya Kekuatan dalam Pemberdayakan Umat
- Jokowi Resmikan Jembatan Kretek 2 Bantul, JJLS Banten ke Banyuwangi Rampung Tahun Ini
- Putusan Kasasi Klitih Gedongkuning Dibocorkan, Keluarga Terdakwa Kaget Tak Terima
- Ditanya soal Tanah Tutupan Jepang Terdampak JJLS, Ini Jawaban Presiden
Advertisement
Advertisement