Advertisement
UIN Sunan Kalijaga Anugerahkan Honoris Causa kepada Habib Chirzin
Habib Chirzin (kiri) menerima honoris causa dari UIN Sunan Kalijaga, Rabu (21/9/2022). - Ist Youtube UIN Sunan Kalijaga
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—UIN Sunan Kalijaga memberi gelar doktor Honoris Causa kepada Muhammad Habib Chirzin, Rabu (21/9/2022), atas dedikasinya dalam mengembangkan dan mengarusutamakan nilai-nilai perdamaian melalui kegiatan sosial di lapangan, seminar, workshop, dan diskusi-diskusi.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin, menjelaskan penulis buku Agama, Pembangunan dan Perdamaian (2022) itu tercatat telah presentasi keliling dunia dengan tema kedamaian. Tak kurang dari 92 presentasi yang berlangsung di puluhan kota di penjuru dunia pernah ia lakukan.
Advertisement
“Dosen kita yang professor pun belum tentu presentasi sebanyak itu dan meliputi kota-kota dunia seperti itu. Jadi anugerah ini sangat layak dan kita harus mengakui reputasi beliau yang melampui kita. Anugerah hanyalah pengakuan formal, reputasi sudah mendahului,” ujarnya.
Sejumlah jabatan nasional dan internasional pernah ia emban diantaranya International Study Days for Society Overcoming Domination, Paris; South East Asia Regional Institute for Community Education; Asian Cultural Forum; Komisi Penddiikan Hak Asasi Manusia dan Perdamaian; International Advisory Board Global Education; Asian Muslim Action Network; International Institute of Islamic Thought, Wellbeing and Research.
“Penganugerahan oleh kampus adalah upaya menghubungkan kampus dan luar kampus, dunia nyata di luar sana, agar kampus tidak menjadi Menara gading. Kampus harus jujur mengakui kelebihan dan temuan dari luar. Kampus harus jujur mengakui kelemahannnya dan mengakomodasi kemajuan dan kelebihan dari luar. Honoris causa menampung ini,” ungkapnya.
Dalam penganugrahan honorus kausa ini, Habib Chirzin menyampaikan pidato berjudul Wacana Baru Perdamaian Dan Perlunya Mengarusutamakan Keamanan Manusia. Dalam pidato ini ia mengemukakan bagaimana pemaknaan perdamaian yang telah berkembang saat ini.
“Pada masa lalu masyarakat berpikir perdamaian sebagai antithesis dari perang. Semenjak pertengahan tahun 90-an, banyak pakar penelitian dan studi perdamaian tidak puas dengan pola berpikir konvensional tersebut,” katanya.
BACA JUGA: Duh, Sepanjang Tahun Ini, 20 Orang di Gunungkidul Tewas Bunuh Diri
Lawan dari perdamaian bukan hanya perang, tetapi ketidakdamaian dalam pengertian yang luas, yakni kondisi kehidupan masyarakat yang menghalangi proses aktualisasi diri realisasi diri dan pembebasan diri insani secara penuh, berupa kemiskinan, ketidakadilan sosial, perusakan lingkungan hidup, pemerosotan nilai-nilai kemanusiaan, pelanggaran hak asasi dan lainnya.
Perguruan tinggi menurutnya memiliki peran penting dalam pengarusutamaan keamanan manusia, kebahagiaan manusia, dan etika global pasca pandemi Covid-19. “Dengan melakukan kajian permasalahan perdamaian, keamanan manusia, indeks kebahagiaan, dan etika global dalam hubungannya dengan masalah pembangunan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Jepang Naikkan Biaya Visa dan Pajak Turis untuk Atasi Overtourism
Advertisement
Berita Populer
- Tak Kenal Usia, 31 Santri Lansia Ponpes Sabilun Najah Diwisuda
- Akses Jembatan Bambu, Wisata Srikeminut Bantul Dibuka Lagi
- IGD Tetap 24 Jam, Ini Jadwal Lengkap RSPS Bantul Saat Libur Nataru
- Harian Jogja Rayakan Hari Ibu 2025 dengan Senam hingga UMKM
- Cegah Banjir, BPBD Gunungkidul Pasang EWS di Kali Oya
Advertisement
Advertisement




