Advertisement

Promo November

Percaya Setiap Anak Punya Potensi, Pria Ini Perjuangkan Pendidikan Tanpa Batas

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 24 September 2022 - 06:47 WIB
Arief Junianto
Percaya Setiap Anak Punya Potensi, Pria Ini Perjuangkan Pendidikan Tanpa Batas Guntur Ginanjar. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL - Peduli terhadap pendidikan generasi muda, Guntur Ginanjar merintis rumah belajar bersama organisasinya yaitu Persatuan Generasi Didik Cinta Ilmu (PGDCI). Dia menyasar anak-anak yang berasal dari latar belakang keluarga tidak mampu dan yatim piatu di daerah pelosok di DIY. 

Pemuda berusia 31 tahun itu sudah memiliki keresahan mengenai dunia pendidikan sejak lama. Menurutnya, sistem pendidikan di Indonesia masih belum merata.

Advertisement

Di daerah pelosok, khususnya, masih banyak anak-anak yang berpotensi besar untuk jadi generasi muda yang hebat tetapi terbatas dalam memperoleh pendidikan.

Meski secara intelektualitas setara, anak-anak di penjuru desa menurutnya masih kekurangan fasilitas dalam belajar. Hal itu membuat mereka banyak yang tidak percaya diri untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.

"Bagi kami, anak-anak di pelosok desa itu luar biasa, mereka punya potensi. Hanya saja, mereka perlu diarahkan karena seringnya mudah takut dan tida percaya diri. Kami bentengi diri dan ketakutan mereka lewat rumah belajar," ujar Guntur kepada Harianjogja.com di sekretariat organisasi di Pundong, Bantul, Senin (19/9/2022).

BACA JUGA: Bantul Gelar Pilur Serentak, Kandidat Harus Menerima Apa pun Hasilnya

Di Pundong, berdiri bangunan yang menjadi kantor sekretariat sekaligus rumah belajar bagi anak-anak yang tinggal di sekitar sana.

Jika seluruh anak berkumpul, Guntur menyebut ada sekitar 93 anak dari usia taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama yang setiap harinya berkumpul di sana untuk belajar bersama di rumah belajar kedua belas yang ia dirikan di Pundong.

Setiap harinya, anak-anak akan didampingi sukarelawan dan mentor untuk belajar, mulai dari mengerjakan tugas dari sekolah maupun membahas materi yang lain. Seluruh kegiatan itu diberikan PGDCI untuk anak-anak secara gratis.

Sudah sejak 2017 Guntur merintis gerakan ini. Latar belakang keluarganya yang agamis dan nasionalis, diakuinya menjadi alasan kenapa dia kini memiliki tekad besar untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat. "Pesan dari bapak saya, bahwa orang yang mampu menghidupkan dirinya sendiri maka ia mampu menghidupkan orang lain," kata Guntur.

Sejak itu, pemuda asal Karawang, Jawa Barat ini memutuskan untuk merealisasikan niatnya dengan merintis organisasi sosial yang akhirnya dinamai PGDCI.

Dia yang tadinya bekerja sebagai konsultan pendidikan di Jakarta akhirnya hijrah ke Jogja untuk memulai organisasi tersebut.

Berkat bantuan dari sejumlah sahabatnya, Guntur pun mendirikan rumah belajar pertama di Sewon, Bantul. Dia mengajak anak-anak di sekitar wilayah tersebut untuk mau belajar di rumah belajar yang ia sediakan gratis. "Awalnya teman kami ingin fokus ke anak-anak yang muslim, karena kami mayoritas muslim. Tetapi saya bilang kalau pendidikan itu harus buat semuanya, buat semua umat, kami enggak mau membedakan agama," kata dia.

Meluas

Selain di Bantul, rumah belajar tersebut kini juga ia dirikan di Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul.

Hingga kini, total sudah ada 12 rumah belajar yang berdiri. Keseluruhannya itu dikelola ratusan pengurus untuk mendampingi 1.000 lebih siswa. "Sekarang kami sedang menyiapkan rumah belajar ke-13 di Nglipar, Gunungkidul. Setelah itu pengin terus meluas ke daerah lain di luar DIY," kata dia.

Dia mengakui, jaringan kebaikan dari PGDCI semakin meluas. Keberhasilannya mendirikan belasan rumah belajar ini pun memicu teman-temannya di berbagai daerah lain untuk turut serta membantu. “Sudah ada beberapa kawan yang ingin mewakafkan tanahnya di luar Jogja agar dijadikan rumah belajar,” kata Guntur.

Guntur saat menyerahkan donasi sepatu./Istimewa-PGDCI

Namun, Guntur tak mau terburu-buru. Selama empat tahun ini, ia masih berupaya memperbaiki manajemen di PGDCI agar program rumah belajar bisa berlangsung dengan baik dan memberikan kemanfaatan bagi ribuan siswanya.

Selain didampingi untuk belajar materi akademik, anak-anak itu juga difasilitasi untuk menambah keterampilan seperti belajar memasak dan membuat prakarya pada sesi Jumat Kreasi. Mereka juga dibantu jika membutuhkan peralatan belajar hingga membeli seragam sekolah.

Guntur memastikan jika ada kebutuhan semacam itu, ia berupaya membantu. Dananya berasal dari iuran anggota organisasi dan infak dari masyarakat.

Selama ini, dia menyebar kotak-kotak infak di berbagai tempat di Jogja barangkali ada yang mau membantu kegiatan mereka, sebab organisasi ini tidak memiliki donatur tetap. "Kami juga nggak bekerja sama dengan partai [politik] manapun. Pernah suatu kali didekati satu tokoh dari partai tertentu, tetapi kami menolak. Kami enggak mau jika gerakan ini untuk berpolitik, karena kami yakin masih banyak orang yang mau membantu secara sukarela," ujarnya.

Dia juga bersyukur hingga saat ini tidak pernah ada warga yang menolak pendirian rumah belajar. Bahkan, banyak warga yang mendukung. "Ya satu dua saja ada yang meremehkan soal metode pelajaran, kadang dikira anak-anaknya kok malah dibiarkan berisik, main-main. Tapi kami terus berupaya memberikan pendidikan dengan banyak cara bagi anak-anak," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran

News
| Jum'at, 22 November 2024, 10:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement