Dari Bisnis Batik, Pengusaha Ini Kini Fokus ke Pemberdayaan Masyarakat
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Erwin Yuniati, pemilik Bahana Batik, memulai bisnisnya semata untuk ekonomi pada 2010. Lambat laun tak hanya ekonomi yang jadi tujuannya, tetapi juga pemberdayaan masyarakat.
Erwin menjelaskan awal mula terjun ke bisnis batik karena bisnisnya di bidang kuliner tidak berkembang. “Mungkin sekitar setahun setelah penetapan batik sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO, saya mantap terjun ke bisnis batik,” jelasnya, Selasa (4/10/2022).
Advertisement
Erwin menyebut banyak tantangan untuk memulai mengambangkan bisnis batiknya. “Karena jaringan juga belum banyak, apa-apa serba terbatas tapi tetap selalu diusahakan,” ucapnya.
Tantangan terbesar, lanjut Erwin, dalam tahap awal bisnisnya dalam kolaborasi.
“Karena enggak mungkin semuanya saya kerjakan sendiri, saya harus bisa melebarkan jaringan, entah dari pasar pemasarannya sampai dari pembatiknya yang produksi,” ujar Erwin.
Riset jadi langkah awal Erwin untuk dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak. Target Erwin dalam riset tersebut adalah bisa menjangkau pembatik untuk memperbanyak produksinya. “Saya baca-baca ternyata padukuhan tetangga tempat saya tinggal itu punya sejarah panjang pembatik, dulu banyak pembatik di sana dan hasil batiknya dikirim ke Keraton,” jelasnya.
Mengetahui hal tersebut, Erwin langsung mencari pembatik di Kembangsongo, Kalurahan Trimulyo, Kapanewon Jetis, Bantul. “Kalau saya tinggalnya di Blawong II, ternyata di Kembangsongo itu masih ada 12 pembatik langsunglah saya ajak bermitra,” ucapnya.
Seiring waktu, tak hanya di Kembangsongo, Erwin juga turut mengajak warga padukuhannya untuk membatik. “Warga di Blawong II ini tak ada dasar pembatik sama sekali, malah terkenalnya sebagai penggali sumur, tapi saya pelan-pelan mendekati kelompok ibu-ibunya saya ajari cara membatik,” jelasnya.
Pada 2015, Erwin mampu mengajak puluhan ibu-ibu di padukuhannya untuk jadi pembatik. “Mereka juga saya buatkan kelompok usaha bersama juga, jadi agar kolaborasinya lebih enak,” terangnya.
Kemitraan tersebut meningkatkan perekonomian para ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok usaha bersama. “Omzet kelompok rata-rata Rp30 juta per bulan, kalau dibagi per anggota sangat lumayan memberikan tambahan pendapatan,” ujar Erwin.
Kini Erwin tak hanya memberdayakan pembatik di Kalurahan Trimulyo. “Saya juga ada mitra di Lendah, Kulonprogo; Pandak, Bantul; sama di Gunungkidul,” jabarnya.
BACA JUGA: Jelajah Kuliner: Resep Leluhur Kopi Pit, Merawat Warisan dan Pengunci Kenangan
Selain produksi batik, Erwin juga sudah merambah ke fashion batik. “Saya berharap batik ini bisa jadi komoditi yang selain terus dilestarikan juga memberdayakan masyarakat,” jelasnya.
Dukungan dan bantuan pemerintah, lanjut Erwin, juga sudah maksimal diberikan ke pembatik. “Ini kan sangat rugi, eman-eman kalau tidak diterima masyarakat luas makanya saya juga ikut sebar luaskan supaya semuanya juga dapat memanfaatkan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Jumat 22 November 2024: Di Kantor Kelurahan Godean
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 22 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal dan Tarif Tiket Bus Damri Titik Nol Malioboro Jogja ke Pantai Baron Gunungkidul Jumat 22 November 2024
Advertisement
Advertisement