Advertisement

Sasana Hinggil Dwi Abad Menembus Zaman

Triyo Handoko
Rabu, 12 Oktober 2022 - 07:37 WIB
Sirojul Khafid
Sasana Hinggil Dwi Abad Menembus Zaman Suasana Sasana Hinggil yang berada di selatan Alun-alun Selatan, Jogja, Selasa (11/10/2022). - Harian Jogja/Triyo Handoko

Advertisement

Pertama kali dibangun oleh Sultan HB I, Sasana Hinggil bersalin fungsi menyesuaikan semangat zaman. Dari tempat untuk Raja Mataram menyaksikan prajuritnya berlatih hingga jadi tempat pertemuan rakyat dengan rajanya. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Triyo Handoko.

Bangunan di sisi Selatan seberang Alun-alun Selatan itu tampak megah. Ditopang tiang di setiap sisinya dan dikitari tembok putih di sekelilingnya, membuat bangunan tersebut tampak kokoh. Masing-masing sisi bagian bangunan tersebut ditopang oleh tiga tiang beton membuatnya makin kuat.

Advertisement

Bangunan tersebut adalah Sasana Hinggil. Teras yang berada di paling depan bagunan tersebut semi terbuka. Antara teras dan bagian dalam bangunan tersebut ada undakan tangga. Menandakan bagunan di dalam Sasana Hinggil lebih tinggi dari teras dan daerah di sekitarnya.

Pertama kali dibangun oleh Sultan HB I dengan nama SIti Hinggil Selatan, bangunan tersebut jadi penyeimbang Keraton di sisi selatan dan utara. Dimana di sisi utara terdapat juga Siti Hinggil Utara.

Jika Siti Hinggil Utara masih ada hingga sekarang dan fungsinya masih sama yaitu tempat Raja bertahta. Siti Hinggil Selatan bersalin rupa. Perombakan terjadi pada 1956 oleh Sultan HB IX. Saat itu nama Sasana Hinggil resmi digunakan untuk bangunan tersebut.

Salah satu perombakan yang dilakukan dengan meninggikan bangunan Sasana Hinggil. Peninggian dilakukan sekitar 1,5 meter. Terkait luas bangunan tercatat tak mengalami perubahan, di mana luasnya sekitar 500 meter persegi.

Perombakan yang terjadi juga menandai perubahan fungsinya. Dari tempat Raja Mataram menyaksikan latihan prajuritnya di Alun-alun Selatan jadi tempat yang biasanya digunakan Karaton untuk kegiatan yang melibatkan masyarakat luas.

Dari pentas seni budaya, seperti pagelaran wayang, tempat vaksinasi masal pada 2021 lalu, hingga jadi tempat dimana jenazah raja diletakan sebelum diberangkatkan ke Makam Raja-raja Imogiri.

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sanatha Dharma, Galih Adi Utomo, menyebut perubahan fungsi tersebut jadi bukti transisi zaman yang dilakukan dengan bijaksana. “Dulu sebelum Perang Jawa, Kerajaan Mataram memiliki prajurit militer resmi dan menggunakan Alun-alun Selatan untuk latihan, waktu itu namanya masih Siti Hinggil Selatan dan fungsinya untuk Raja mataram menyaksikan latihan prajuritnya,” jelasnya, Selasa (11/10/2022).

Namun sejak Perang Jawa terjadi dan Kerajaan Mataram kalah prajurit karaton ditiadakan. “Ketiadaan prajurit Karaton secara resmi itu membuat fungsi Siti Hinggil Selatan untuk Raja Mataram menyaksikan latihan prajuritnya jadi tak ada lagi,” kata Galih.

Galih menjelaskan sejak perombakan dan perubahan nama jadi Sasana Hinggil fungsinya mulai banyak digunakan untuk jadi ruang pertemuan antara rakyat dengan rajanya. “Sepertinya perubahan tersebut terjadi sebagai konsekuensi perubahan zaman,” ucap dia.

Meskipun bersalin fungsi, jelas Galih, nilai filosofis Sasana Hinggil masih terjaga hingga saat ini. “Sebagai cagar budaya penting dan saksi sejarah panjang, Sasana Hinggil masih memiliki filosofi yang terawat dan terjaga hingga kini,” terangnya.

Penjaga Keseimbangan Kosmologis

Galih yang juga pemerhati kajian Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut menilai Sasana Hinggil masih menyimpan nilai keseimbangan kosmologis. “Sasana Hinggil dibangun Sultan HB I itu dengan keseimbangan kosmologis untuk mengimbangi keberadaan Siti Hinggil Utara,” jelasnya, Selasa sore.

Nilai keseimbangan kosmologis Sasana Hinggil tersebut masih terwarisi hingga saat ini. “Meskipun fungsi dan namanya berubah, tapi nilai kosmologisnya masih bertahan selama dua abad ini,” ucapnya.

Kesimbangan kosmologis dalam pembangunan dan tata ruang Karaton Mataram, jelas Galih, masih kuat dan terjaga hingga saat ini. “Ini dibuktikan dengan usia Sasana hinggil yang juga sudah dua abad,” katanya.

Tata letak tersebut juga disusun  bukannya tanpa maksud tertentu. “Dalam konteks Sasana Hinggil meskipun ada perombakan, tapi tak mengubah tata letak yang ada sebelumnya,” ujarnya.

Tata letak tersebut berupa dua jalan di samping Sasana Hinggil yang masih tetap sama dengan pertama kali dibangun. “Dua jalan di masing-masing sisi Sasana Hinggil itu berbentuk seperti mengangkang, sebuah posisi aktivitas hubungan manusia untuk mempertahankan kehidupan,” jelas Galih dengan serius.

Filosofi tersebut dimaksudkan untuk terus mempertahankan kehidupan. “Tentu nilai filosofis tersebut sangat penting sebagai pedoman hidup masyarakat Jawa,” katanya.

Menembus Zaman

Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis (BPKSF) Jogja, Dwi Agung Hartanto, menjelaskan pemeliharaan Sasana Hinggil terus dilakukan. “Sasana Hinggil itu juga bagian penting dan vital di Karaton, yang mengelola juga pihak Karaton jadi pasti pemeliharaannya maksimal,” jelasnya, Selasa (11/10/2022).

Sebagai cagar budaya, Sasana Hinggil juga dilindungi dengan baik. “Sebagai bagian dari kawasan Sumbu Filosofi pasti nilai filosofisnya juga terus dijaga,” ujarnya.

Dwi Abad dalam nama Sasana Hinggil juga bagian dari terus dilestarikannya bangunan tersebut hingga sekarang. “Pemberian nama Dwi Abad itu kan juga untuk memperingati umur Jogja waktu itu yang memang sudah dua abad bangunan ini menemani pertumbuhan Jogja,” katanya.

Agung menyebut Sasana Hinggil telah melintasi zaman dan mempertahankan nilai filosofinya. “Bangunan itu tentu juga jadi saksi sejarah yang panjang dengan semangat nilainya yang selalu menyesuaikan konteks zamannya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Ada Kabel Semerawut, ORI DIY: Laporkan!

Ada Kabel Semerawut, ORI DIY: Laporkan!

Jogjapolitan | 46 minutes ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mobil Mewah Harvey Moeis Disita Kejagung, Kali Ini Ferrari dan Mercy

News
| Jum'at, 26 April 2024, 12:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement