Advertisement
Pesan Sultan HB X: Beranilah Belajar Budaya Orang Lain!

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pesan pentingnya belajar budaya orang lain dan diri sendiri. Dengan itu akan mendapatkan banyak hal positif tentang keberagaman manusia, agama dan suku bangsa.
Sultan HB X mengatakan setiap budaya ada yang memiliki nilai-nilai baik maupun yang kurang baik. Memadukannya menjadi lebih baik, dan menjadikan sebagai sintesis baru adalah cara yang bijak, ketimbang langsung apriori menolaknya. Filosofi yang baik tidak merasa inferior, tetapi juga tidak superior dengan budaya sendiri.
Advertisement
“Beranilah belajar dari budaya orang lain dan budaya sendiri. Kita bisa belajar banyak hal positif dari keberagaman manusia, agama, dan suku bangsa,” kata Sultan dalam sambutan pembukaan Kongres Kebudayaan Jawa III di Jogja, Senin (15/11/2022) malam.
HB X mengatakan budaya juga berfungsi binding power atau kekuatan mengikat, dalam hal ini pengikat bagi komunitas penganutnya sebagai identitas diri dan membangun solidaritas bersama. Budaya Jawa juga memiliki nilai-nilai etika dasar yang ditunjukkan dari sifat dan sikap rukun, hormat dan harmoni, serasi, selaras, seimbang, sekaligus permisif, dan bersifat relatif. Nilai-nilai itu memiliki konotasi yang bisa berdampak positif maupun negatif.
Baca juga: Anak Buah Menteri Johnny G. Plate Benarkan Menlu Rusia Lavrov Masuk RS
“Melihat etika dasar Jawa, kurang adanya greget dan dinamikanya itu, rasanya agak sulit kalau tidak mustahil, untuk menggali suatu mekanisme konsensus dan harmoni dari warisan tradisi yang dapat dijadikan landasan kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucap Sultan.
Raja Kraton Ngayogyakarta ini menambahkan budaya Jawa memang penuh bunga-bunga semerbak, banyak hal yang tersamar, antik, artistik dan estetis. Tak habis-habisnya jika orang mau membicarakan budaya Jawa, terutama aspek-aspek falsafah hidup Jawa. Selain itu tidak membosankan karena penuh makna dan banyak timbunan sejuta simbol filosofi yang merangsang keingintahuan.
Di era yang serba modern digital ini, lanjut Sultan, falsafah hidup Jawa jangan serta merta dianggap menjadi usang atau kadaluarsa. Sebaliknya, semua nilai tersebut harus direaktualisasi agar semakin ada kejelasan maknanya.
“Percikan-percikan falsafah hidup Jawa, yang menyelinap halus dalam karya sastra lama yang memuat ajaran dan petuah berharga, hendaknya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya direaktualisasi sesuai perubahan era globalisasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ada Fenomena Bulan Baru & Perigee, BMKG Waspada Potensi Banjir Rob, Cek Waktu & Lokasinya di Sini
Advertisement

Jumlah Peminat Tinggi, KAI Bakal Perbanyak Rangkaian Kereta Panoramic dan Luxury
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement