Advertisement
Berawal dari Iseng, Perempuan Jogja Ini Mampu Ekspor Gamis Syar'i ke Berbagai Negara

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Semangat wirausaha memang bisa muncul kapan saja, akan tetapi yang terpenting adalah memulai. Ada beberapa pelaku usaha yang sukses hanya berawal dari aktivitas menganggur alias iseng untuk berjualan.
Seperti yang dialami Lastri Megalanti seorang desainer yang kini menggeluti busana gamis syar’i dan berhasil mengekspor ke sejumlah negara. Ia menceritakan aktivitas berdagang dimulai dari iseng saat ia menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak.
Advertisement
“Saya memulai 2015, waktu itu suami kerja seringnya di luar kota, saya kan di rumah hanya ngurus anak, lalu iseng berjualan pakaian saya beli jual lagi, ternyata banyak yang berminat,” katanya saat ditemui di sela-sela pelaksanaan Seni Kriya Jogja 2022 belum lama ini.
BACA JUGA: Menyatu dengan Code, Pria Ini Bertekad Merawat Peradaban
Setelah proses berjualan berjalan lancar, ia kemudian memberanikan diri untuk memproduksi pakaian dan membuat brand sendiri. Akan tetapi bukan perkara mudah, banyak kendala yang dihadapi mulai sulitnya mencari orang yang tepat untuk produksi. Karena tidak memiliki basis pengetahuan desain yang cukup untuk membuat gamis syar’i. Sehingga pembuatan desain pun diawali dengan model sederhana namun ia berinovasi melalui motif. Selain itu produksi pun sempat ikut ke tempat orang lain.
“Kendalanya cukup banyak, seperti printing saat produksi awal-awal itu sering gagal, tetapi saya terus mencoba. Waktu itu mesin jahit seperti apa itu tidak tahu sama sekali, tetapi sama pelajari konveksi” katanya.
Ia sengaja memilih fokus pada produksi gamis syar’i dengan pertimbangan karena banyak yang menggunakan dengan jumlah populasi cukup tinggi. Beruntungnya saat itu model pakaian tersebut sedang trending tergolong baru. Selain itu belum banyak pelaku usaha yang memproduksi model baju ini pada medio 2015.
“Sehingga waktu itu langsung banyak diterima oleh konsumen melalui brand Megawarni Ori, sampai sekarang memiliki karyawan sekitar 80 orang,” katanya.
Bahkan saat ini produksi cenderung keteteran saking banyaknya permintaan dengan rata-rata yang terjual antara 300 sampai 500 potong pakaian gamis syar’i. Konsumen yang memesan dari Sabang sampai Merauke. Adapun dari luar negeri sudah ekspor ke beberapa negara, bahkan ia terpaksa menolak permintaan dari Afrika karena menginginkan dikirim 4.000 potong dalam sebulan. Setiap pekan membuat sekitar empat desain dengan menyesuai tren.
“Kalau luar negeri itu [ekspor ke] Qatar, Abu Dhabi, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong dan lain-lain. Dari Afrika kami menolak karena permintaan tinggi, padahal bordir itu manual jadi produksi lebih lama,” kata wanita berusia empat tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ini Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan agar Dapat Diskon Iuran 50 Persen
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Disnakertrans DIY Gelar Job Fair, Ada Ribuan Lowongan Kerja
- Produksi Padi Meningkat, Bantul Optimistis Swasembada Beras
- KAI Service Buka 250 Lowongan Kerja, dari Pramugari hingga Security
- Tabrak Truk di Jalan Ngawen Gunungkidul, Pemotor Meninggal Dunia
- Perolehan Emas Sleman Dalam Porda XVII Terpaut 14 Medali dengan Bantul
Advertisement
Advertisement