Komunitas Ini Terbentuk demi Impian demi Munculnya Kampus Ramah Kucing
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Bagi komunitas yang satu ini, jika kampus menjadi pembentuk manusia beradab, maka interaksi mereka terhadap hewan, termasuk kucing merupakan salah satu manifestasinya.
Barang bawaan Sigit Bagas Prabowo, Benitto Mushollin, dan Grace Halim saat berangkat ke kampus seringkali berubah-ubah. Bisa saja hari ini mereka membawa laptop, tetapi belum tentu esok harinya.
Advertisement
Jika hari ini mereka membawa buku materi ini, besok mungkin materi itu. Namun, ada satu barang yang sering mereka prioritaskan untuk dibawa setiap hari, entah apapun jenis mata kuliahnya. Barang itu adalah pakan kucing.
Bukan semata karena mereka bertiga tergabung dalam Komunitas Kucing UGM. Pada dasarnya, mereka memang senang bermain dan memberi makan kucing. Halim misalnya. Dia sering melintas di jalan dekat Balairung UGM.
Ada satu kucing yang salah satu kakinya lebih pendek. Kucing itu sering berada di situ. Pegawai sekitar menyediakan mangkuk dan memberinya makan. Namun, saat pegawai libur, mangkuk itu seringkali kosong.
Saat Halim melintas, dia menyempatkan diri untuk mengisi mangkuk itu. “Satpam bilang suruh ngasih makan yang banyak, biar kucingnya enggak ngacak-acak sampah. Kalau berantakan, satpam juga yang bersihin sampahnya,” kata Halim saat ditemui di Fakultas Geografi UGM, Minggu (4/12/2022).
BACA JUGA: Erina Gelar Prosesi Siraman, Warga Nobar di Gedung Serbaguna
Kepedulian pada kucing ini sudah Halim dan anggota Komunitas Kucing UGM lakukan sejak 2017.
Kala itu masih berupa perkumpulan sesama pecinta kucing biasa. Di sela-sela kuliah, mereka berkumpul dan berinteraksi dengan kucing. Namun, semakin lama berkembang, anggota “geng kucing” semakin bertambah.
Selang dua tahun berikutnya, dibentuklah kepengurusan Komunitas Kucing UGM yang hingga kini sudah beranggotakan 146 orang ini,
Anggota komunitas itu terdiri dari berbagai divisi, mulai dari rescue, sterilisasi, pengobatan, penelitian pengembangan sampai kewirausahaan.
Anggota yang berasal dari berbagai fakultas juga membuat keahlian masing-masing bisa diimplementasikan dalam mengurus kucing.
“Kami berharap terwujudnya UGM sebagai kampus ramah kucing, semua keluarga besar UGM ramah kucing, seperti ngasih makan sampai melapor apabila ada kucing yang sakit,” kata Sigit yang merupakan Pemimpin Umum Komunitas Kucing UGM.
Tidak hanya sebatas ramah terhadap kucing, komunitas ini juga berupaya mencegah ledakan populasi kucing dengan berbagai cara, termasuk penstrerilan atau tindakan medis pengangkatan organ reproduksi agar kucing tersebut tidak bisa menghasilkan keturunan.
Secara berkala, ada pendataan kucing di seluruh wilayah UGM beserta kondisinya. Penemuan ini menjadi dasar dalam penanganan selanjutnya.
Apabila perlu disteril, Komunitas Kucing UGM akan bekerja sama dengan klinik atau selter yang bisa membiayainya.
Sementara untuk donasi, selain untuk pensterilan, juga digunakan untuk membeli pakan kucing dan lainnya. “Kami juga mengupayakan edukasi melalui medsos yang memiliki kekuatan dan keterjangkauan besar dan cepat,” kata Sigit, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM.
Beda Karakter
Kucing yang berada di fakultas-fakultas sosial-humaniora UGM punya kecenderungan sering berpindah. Sehingga memang susah untuk mencari kucing tertentu berada di jam-jam khusus. Sementara kucing di fakultas seperti MIPA cenderung lebih senang menetap di suatu tempat.
Apakah kecenderungan karakter kucing mengikuti umumnya mahasiswa di fakultas tersebut? Saat mahasiswa sosial sering bersosialisasi di banyak tempat, mungkin kucingnya juga terpengaruh. Sementara mahasiswa MIPA yang sering beraktivitas di laboratorium membuat kucingnya juga sering menetap.
Meski tentu ini masih perlu penelitian lebih lanjut, tetapi setidaknya kecenderungan itu yang dilihat oleh Sigit, Benitto, dan Halim.
“Kucing di Fakultas MIPA juga cenderung lebih gemuk, mungkin karena udah disteril. Sama ada mangkuk makan yang rutin diisi, kucing di MIPA lebih sehat,” kata Benitto yang merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Aktuaria.
“Kalau kucing di Fakultas Ilmu Budaya, meski itu satu kucing, tetapi panggilan dari mahasiswa di setiap prodi berbeda. Ada kucing yang dipanggil Magrib di satu prodi, di prodi lain dipanggil Blacky,” kata Halim, mahasiswi Program Studi Antropologi.
Tidak jarang kucing-kucing ini menjadi ikon setiap prodi atau fakultas. Bahkan beberapa kucing sampai memiliki akun Instagram pribadi.
Salah satunya @ibnukucinggeo dari Fakultas Geografi yang sudah memiliki follower sebanyak 7.417 akun.
Tentunya bukan Ibnu si kucing yang rutin mengunggah gambar swafotonya. Ada pihak lain yang mengelola. “Semoga UGM jadi pionir komunitas sejenis untuk yang lainnya,” kata Sigit.
Tentang komunitas
Nama komunitas:
Kucing UGM
Tahun berdiri:
2017
Instagram:
kucingugm
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Natal dan Tahun Baru, Potensi Pergerakan Orang Diprediksi Mencapai 110,67 Juta Jiwa
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
- KPU Sleman Memprediksi Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS Rampung Maksimal Jam 5 Sore
- Indeks Masih Jomplang, Penguatan Literasi Keuangan Sasar Mahasiswa UGM
- Undangan Memilih Pilkada Gunungkidul Didistribusikan ke 612.421 Warga
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
Advertisement
Advertisement