Advertisement
Pesan DKP Gunungkidul, Kalau Bosan Pelihara Ikan Predator Jangan Dibuang!

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul berharap agar masyarakat tidak membuang ikan predator ke sungai atau telaga. Hal ini sebagai antisipasi menjaga ekosistem lingkungan tetap terjaga.
Kepala DKP Gunungkidul, Krisna Berlian ada laporan beberapa telaga di Gunungkidul sudah dimasuki ikan invansif yang bukan endemik lokal. Ia berharap kepada masyarakat untuk tidak sembarangan melepas agar kondisi ekosistem di telaga maupun sungai tetap terjaga.
Advertisement
“Kalau sudah masuk ikan invansif maka sulit untuk menangkapnya lagi. Jadi, kami berharap tidak sembarangan melepas ke alam liar karena bisa mengganggu ekosistem yang ada,” kata Krisna kepada wartawan, Minggu (5/2/2023).
Dia menduga, pelepasan ini tidak lepas dari tren pemeliharaan ikan hias predator. Pada saat booming, ramai-ramai memeliharanya untuk hiasan.
Meski demikian, sambung Krisna, hobi ini ada yang tak bertahan lama karena pemilik mulai bosan kemudian membuangnya ke telaga atau alam liar lainnya. Ia berharap hal ini tak dilakukan karena dapat merusak lingkungan yang sudah ada.
Baca juga: Ini Jalan Provinsi DIY yang Rusak dan Akan Diperbaiki Tahun 2023
“Sifatnya invansif dan akan mengancam ikan endemik lokal. Jadi, kalau bosan jangan dibuang, tapi lebih baik diberikan ke orang yang mau memeliharanya,” katanya.
Menurut dia, ada upaya penebaran benih ikan di telaga. Krisna mengaku penebaran tidak dilakukan sembarangan. Selain memperhatikan ekosistem di telaga, juga mengacu aspek keekonomian agar bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
“Tahun lalu ada sekitar 400.000 benih yang ditebar di sejumlah telaga di Gunungkidul,” katanya.
Keberadaan ikan invansif diidentifikasi sudah berada di Telaga Jonge di Kalurahan Pacarejo, Semanu. Lurah Pacarejo, Suhadi mengatakan, sudah membuat larangan agar warga tidak sembarangan menabur benih ikan di Telaga Jonge.
Langkah ini dilakukan sebagai upaya menjaga kelesatarian di telaga. Diharapkan warga bisa mematuhinya agar keberadaan ikan predator tidak semakin mengancam ikan-ikan yang sudah ada.
“Bisa menaburnya, tapi harus dikoordinasikan terlebih dahulu. Selama ini penebaran banyak dilakukan oleh DKP Gunungkidul,” katanya.
Pendiri Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo mengatakan, ikan invansif seperti sapu-sapu sudah mulai berkembang di sejumlah telaga. Kondisi ini tak bisa dibiarkan karena akan mengancam keberadaan ikan lokal seperti wader, cakul, tawes dan lain sebagainya.
“Pasti ada yang melepas ke telaga sehingga berkembang biak sehingga bisa mengancam keberadaan ikan lainnya,” kata Edi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Dukono Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Letusan Tercatat 1,1 Km
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Sempat Alami Darurat Sampah, Kampung Suryoputran Jogja Sukses Olah Sampah Nyaris 1 Ton Per Bulan
- Ubah Sampah Menjadi Energi Alternatif, Solusi Bangun Indonesia dan dan Got Bag Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Pantai Teluk Awur Jepara
- Bamuskal hingga Panewu Akan Dilibatkan Tahapan Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah di Bantul
- DPRD DIY Apresiasi Realisasi APBD 2024, Dorong Optimalisasi Aset untuk Tambah PAD
- Porda XVII DIY 2025: Sleman Mulai Siapkan OPD Pendamping Cabor Demi Membidik Juara Umum
Advertisement
Advertisement