Advertisement
4 Telaga di Gunungkidul Mulai Dipenuhi Ikan Predator
Advertisement
Harianjogja.com, Gunungkidul – Komunitas Resan Gunungkidul mencatat sejumlah telaga di Gunungkidul mengalami kerusakan ekosistem karena keberadaan ikan invasif atau predator. Diharapkan kepada masyarakat untuk tidak melepasliarkan ikan dengan sembarangan karena dapat mengancam keberadaan ikan endemik lokal.
Pendiri Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo mengatakan, ikan invasif seperti sapu-sapu sudah mulai berkembang di sejumlah telaga. Kondisi ini tak bisa dibiarkan karena akan mengancam keberadaan ikan lokal seperti wader, cakul, tawes dan lain sebagainya.
Advertisement
“Pasti ada yang melepas ke telaga sehingga berkembang biak. Sapu-sapu merupakan ikan predator yang memakan ikan lainnya,” kata Edi kepada wartawan, Jumat (23/9/2022).
Menurut dia, jika terus dibiarkan maka ikan endemik lokal akan punah karena serangan ikan predator. Meski demikian, Edi tidak tahu menahu bagaimana menghilangkannya karena sapu-sapu tetap bisa hidup di sungai dengan kadar limbah yang tinggi.
Baca juga: Kawasan Girijati Gunungkidul Terbuka Untuk Investor
“Jadi ikan ini bisa hidup di air dengan polusi yang tinggi sehingga susah mati. Sedangkan dari sisi perkembangan juga cepat,” katanya.
Ia mengungkapkan, ikan-ikan predator ini mulai ditemukan di sejumlah telaga. Edi mencatat ikan invasif ini ditemukan di Telaga Ngomang di Kalurahan Planjan; Telaga Winong di Kalurahan Kepek; Telaga Bacak di Kalurahan Monggol di Kapanewon Saptosari. Sedangkan satunya merupakan Telaga Bromo di Kalurahan Karangasem, Paliyan.
“Sebenarnya banyak ikan invasif yang masuk, tapi sapu-sapu menjadi perhatian karena ikannya juga tidak bisa dikonsumsi,” katanya.
Dia berharap kepada masyarakat untuk tidak gampang melepasliarkan ikan-ikan ke telaga maupun sungai. Pasalnya, sekarang masih ngetren pemeliharaan ikan predator semisal channa, auranti, tomang dan lain sebagainya.
“Banyak yang jual maupun yang membeli. Kalau mau memelihara boleh, tapi kalau sudah bosan jangan dilepaskan sungai atau telaga karena berbahaya terhadap ekosistem yang ada,” katanya.
Salah seorang warga di Kalurahan Monggol, Saptosari, Taufik Nur Suratman mengaku senang memancing di Telaga Bacak dan sering mendapatkan ikan jenis sapu-sapu. Ia tidak menampik dari sisi sensasi tarikan, sapu-sapu memberikan perlawanan yang membuat senang pemancing.
Hanya saja, sambung dia, pada saat memperoleh ikan ini kebingungan maup diapakan karena kulitnya keras sehingga tak bisa dikonsumsi. “Sekarang sudah banyak karena saat mancing banyak yang mendapatkan ikan jenis ini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hakim Konstitusi Arief Hidayat Tak Terbukti Melanggar Kode Etik
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Penyelundupan Pil Koplo di Lapas Jogja Digagalkan, Kemenkumham DIY
- Rentetan Gempa Bawean Terus Menurun, BMKG Catat Gempa Susulan Mencapai 333 Kali
- BRI Bagikan Paket Sembako dan Santunan bagi Anak Yatim di Jogja
- Polda DIY Siapkan Antisipasi Lalu Lintas Selama Libur Lebaran 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jogja, Kamis 28 Maret 2024
Advertisement
Advertisement