Cegah Penyakit Menular Seksual, CIMSA Dorong Pendidikan Seksual Komprehensif
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA), organisasi mahasiswa kedokteran Indonesia, mendorong terbentuknya Pendidikan Seksual Komprehensif bagi masyarakat Indonesia.
President CIMSA 2022/2023, Tasya Nabiila Edlin mengatakan pendidikan seksual memiliki peranan penting di dalam membekali anak muda agar tetap produktif dan terjaga dari HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Selain itu juga untuk mencegah kehamilan tidak diharapkan, gender-based violence (GBV), serta ketidaksetaraan gender.
Advertisement
"Pendidikan seksual tidak diberikan dan dipersiapkan dalam suatu mata pelajaran khusus. Materi pendidikan seksual komprehensif yang diberikan juga perlu disesuaikan dengan usia penerimanya," ucapnya dalam sebuah konferensi pers melalui Zoom meeting, Jumat (17/2/2023).
Menurutnya jika seorang remaja memiliki tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi tinggi, perilaku seksual pra-nikah mereka kemungkinan akan lebih rendah. Sekitar 15 persen remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun telah melakukan hubungan seksual diluar nikah.
Sebesar dua persen remaja perempuan dan delapan persen adalah remaja laki-laki usia 15-24 tahun mengaku telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Dengan 11 persen diantaranya mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Sementara, kasus aborsi di Indonesia dalam satu tahun mencapai 2,3 juta, 20 persen diantaranya dilakukan oleh para remaja.
"CIMSA mendukung segala upaya pelaksanaan dan kurikulum pendidikan seksual komprehensif oleh seluruh laporan masyarakat," ucapnya.
Dia menyampaikan, perilaku seksual yang bebas dipengaruhi banyak faktor. Seperti faktor lingkungan, budaya, agama, psikologis, dan ekonomi. Melalui Pendidikan Seksual Komprehensif akan mendorong remaja menjadi kritis dan lebih matang di dalam mengambil keputusan dalam berperilaku.
Community of Practice Officer Siklus Indonesia, Putri Khatulistiwa mengatakan isu kesehatan reproduksi ini adalah isu yang terus menerus di dalam siklus kehidupan. Karena anak baru remaja tidak hanya bertambah dalam hitungan tahun, namun setiap hari akan anak remaja baru.
Tantangan pertama mendorong pendidikan seksual komprehensif adalah masih dianggap tabu. Banyak mitos yang dikaitkan dengan kesehatan reproduksi.
Kedua adalah tantangan kebijakan negara. Seperti apa regulasinya, kesiapan tenaga pendidik, sarana prasarana. Pendidikan seksual komprehensif juga harus memperhatikan akses layanan seperti layanan konsultasi.
"Misalnya saat terjadi kasus, perlindungan rumah aman seperti apa. Sampai kepada anak muda mendapatkan haknya dan mendapatkan akses layanan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
- Pemkot Berkomitmen Selesaikan Sampah dari Hulu sampai Hilir
- Dorong Pilkada Lebih Fair dan Bermartabat, PDIP Kulonprogo Bentuk Satgas OTT Politik Uang
- Hujan Deras, Dapur di Rumah Warga Kasihan Bantul Roboh Timpa Penghuni
- Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Gunungkidul Segera Tetapkan Status Siaga
Advertisement
Advertisement