Advertisement
Warga Pakuncen Kelola Sampah Organik dengan Biopori
Warga membuat lubang resapan biopori di Kalurahan Pakuncen, Kemantren Wirobrajan. - Istimewa.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Warga Kalurahan Pakuncen, Kemantren Wirobrajan, Kota Jogja mengelola sampah organik melalui lubang resapan biopori bersamaan dengan gerakan zero sampah anorganik yang diusung Pemkot Jogja.
Ketua Bank Sampah Mugi Resik RW 12 Pakuncen, Wirobrajan Feriyanti menjelaskan mayoritas masyarakat RW 12 memiliki usaha kuliner, sehingga menghasilkan banyak sampah organik. Dari permasalahan tersebut, masyarakat mulai mengelola sampah organik menggunakan lubang resapan biopori.
Advertisement
“Saat ini permasalahan sampah organik bisa sedikit teratasi, terutama untuk UMKM kuliner penghasil sampah olahan makanan,” ucapnya.
BACA JUGA : Tahun Depan, Setiap Kelurahan di Jogja Dapat Rp15 Juta
Masyarakat RW 12 memiliki sentra kuliner Kampung Singosaren. Saat ini sentra kuliner tersebut pun menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Beberapa kuliner yang dipasarkan yaitu dimsum, angkringan, bakso dan nasi goreng. Dengan komoditas yang diperdagangkan berupa kuliner, maka sampah organik banyak dihasilkan masyarakat oleh karena dilakukan pengelolaan melalui lubang biopori.
Saat ini ada 40 lubang resapan biopori di wilayahnya. Dari lubang tersebut, masyarakat mengelola sampah organik secara komunal. “Kapasitas lubang sekitar 5 kg per bulan berjalan, artinya setelah panen lubang akan diisi sampah organik dan dipanen kembali bulan depan,” ucapnya.
Feriyanti menilai dengan pengelolaan sampah organik melalui lubang resapan biopori dapat berjalan dengan efektif. “Lubang resapan biopori sangat efektif untuk mengatasi sampah organik, dan dalam waktu singkat hasil olahannya dapat dipanen hasilnya berupa kompos,” ucapnya.
Dengan pengolahan yang mudah dilakukan, hasil yang didapat dalam waktu yang relatif singkat, dan hasil pupuk olahan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan, sehingga Feriyanti menilai program tersebut dapat berhasil mengatasi permasalahan sampah organik di masyarakat.
BACA JUGA : Berlaku Mulai Hari Ini! Warga Jogja Dilarang Buang Sampah
Dia menyampaikan pupuk yang dihasilkan pun dapat dimanfaatkan oleh kelompok wanita tani di wilayahnya. Sehingga melalui program tersebut selain dapat mengurangi sampah organik, dapat pula memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat.
“Dan hasil panen biopori sangat membantu para petani tanaman buah dalam pot, sehingga menekan biaya pembelian pupuk kompos dan media tanam,” imbuhnya.
Meski begitu, Feriyanti mengatakan kendala dalam pengolahan sampah tersebut yang masih dihadapi masyarakat berupa pipa biopori yang masih terlalu pendek, sehingga kapasitas atau daya tampungnya belum maksimal.
“Diharapkan pembuatan lubang biopori bisa ditambah melalui swadaya ataupun pemerintah atau CSR agar dapat menampung sampah organik skala besar dan kontinyu,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Trump Klaim 95 Persen Rencana Damai Rusia-Ukraina Telah Disepakati
Advertisement
Inggris Terbitkan Travel Warning Terbaru, Indonesia Masuk Daftar
Advertisement
Berita Populer
- Ribuan Hektare Sawah di Kulonprogo Terendam Banjir, Ini Langkah Dinas
- Wisatawan Keluhkan Tarif Sewa Gazebo Pantai Drini Rp50.000 Per 2 Jam
- Polresta Sleman Tegaskan Tak Ada Izin Kembang Api Tahun Baru 2026
- Mayat Perempuan Tanpa Identitas Ditemukan di Sungai Bedoyo Kulonprogo
- Polisi Buru Pencuri Mobil Grandmax di Wirobrajan, Aksi Terekam CCTV
Advertisement
Advertisement



