Advertisement

Wisata Pelan, Alternatif Menyusuri Sudut Cantik Jogja ala Alon Mlampah

Sirojul Khafid
Sabtu, 18 Maret 2023 - 09:17 WIB
Arief Junianto
Wisata Pelan, Alternatif Menyusuri Sudut Cantik Jogja ala Alon Mlampah Alon Mlampah dan peserta turnya berfoto di depan Pabrik Taru Martani. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Di tengah tren berwisata yang serba cepat: datang, foto, dan pulang, Alon Mlampah mencoba mengenalkan pola lain: wisata pelan. Dengan berjalan perlahan, akan banyak cerita dan kisah yang kemudian berkembang.

Peserta tur Kampung Kauman sudah berkumpul pukul 08.00 WIB di Utara Masjid Gede Kauman Jogja. Sekitar 25 orang memulai perjalannya ke Gedung Ndalem Pengulon.

Advertisement

Salah satu pemuka agama menjelaskan sejarah Gedung Ndalem Pengulon. Beberapa belas menit kemudian, perjalanan berlanjut ke Rumah Batik Handel, tempat bekas produksi batik.

Setelah melihat beberapa peninggalan jejak proses produksi batik, peserta berkunjung ke langgar Ar-Rasyad dan musala Aisyiah.

Sebagai salah satu pusat Muhammadiyah di Jogja, Kauman memang memiliki sejarah panjang perkembangan Islam, termasuk cerita di beberapa musala atau bangunan lainnya.

Setibanya di Langgar Nduwur yang area sekitarnya memiliki pemandangan bagus, peserta berfoto bersama.

Tur ini merupakan inisiasi komunitas Alon Mlampah. Peserta memang dibatasi lantaran perjalanan memasuki gang, perkampungan, sampai pinggiran sungai. Sehingga dengan jumlah maksimal 25 orang, masih cukup kondusif dalam mengarahkan perjalanan.

Munadi Amrillah dan Kartikya Ishlah memulai Alon Mlampah sejak Juli 2022. Semua berawal dari kesenangan yang serupa, suka jalan-jalan.

Kartikya warga asli Jogja yang tinggal di dalam benteng, dekat Kraton Jogja. Dia juga lulusan arsitektur yang memiliki minat pada bangunan bersejarah. Sementara Munadi merupakan lulusan pariwisata dan berasal dari Sukabumi.

“Kartikya sering mengajak saya berjalan di sekitar Kraton, permukiman, Pasar Ngasem dengan segala ceritanya. Kayaknya seru misal ajak temen-teman yang lain juga,” kata Munadi, Selasa (14/3/2023).

BACA JUGA: Potensi Wilayah Jogja Dimaksimalkan untuk Event Wisata

Pembentukan komunitas Alon Mlampah juga sebagai cara agar mereka bisa masuk ke tempat seperti Pabrik Madukismo, PT Taru Martani, sampai Pabrik Tagel Kunci.

Akses ini susah apabila hanya individu, tetapi akan lebih mudah apabila dalam bentuk komunitas.

Fokus utamanya tetap tentang sejarah serta cerita-cerita kecil yang sebenarnya bisa bermakna besar.

Dalam perjalanan di Kauman misalnya, ada beberapa tegel yang unik. Dalam cerita panjangnya, awal ada tegel di Jogja, semuanya impor.

Kemudian lahirlah Tegel Kunci yang menjadi pabrik tagel pertama di Jogja. Rasa penasaran membawa Alon Mlampah berkunjung ke Tegel Kunci pada kemudian hari. Semua cerita jadi bisa terhubung.  

“Secara bahasa, Alon Mlampah itu artinya berjalan pelan-pelan. Penginnya jalan [saat berwisata] pelan-jalan aja, sekarang kayaknya segala sesuatunya serba cepat, datang ke tempat wisata cepat. Fokus utama tidak mengetahui orang atau sejarah sekitarnya, tapi lebih banyak mencari tempat instragamable aja,” kata pria berusia 29 tahun tersebut.

Justru dengan berjalan perlahan, banyak cerita tentang bangunan yang bisa terkulik. Pertemuan dengan warga juga menambah cerita yang kadang tidak terduga, kisah yang tak terwadahi di buku-buku sejarah.

Alon Mlampah menggelar tur di Tamansari./Istimewa

Seperti tur di Kauman itu pula, mereka banyak bertemu warga yang terbuka berbagi cerita. Termasuk saat perjalanan berlanjut ke Langgar Dhuwur, yang di bawahnya ada minimuseum. Warga setempat menjelaskan lahirnya Muhammadiyah sampai tokoh-tokoh seperti KH Ahmad Dahlan, pendiri salah satu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia ini.

Selepas istirahat sejenak, perjalanan berlanjut mengunjungi makam KH Ahmad Dahlan dan istrinya di belakang Masjid Gede. Tur terakhir berkeliling Masjid Gede yang memang pekat dengan sejarah sejak pendiriannya. 

Survei

Agar tidak ada potensi masalah, sebelum memilih destinasi, Munadi dan Kartikya akan survei beberapa kali. Survei ini terkait titik pemberhentian, sejarah terkait, serta izin pada warga sekitar. Apabila terdapat kelompok wisata serupa di kampung tujuan, maka memungkinkan untuk kolaboarasi dan sejenisnya.

“Dalam proses survei juga sudah banyak cerita, pernah ketemu bapak-bapak mantan tentara yang banyak ngobrol. Dia juga bisa nyanyi Bahasa Jepang,” kata Munadi

Dalam sebulan, Alon Mlampah setidaknya menggelar dua kali jalan-jalan. Ada jenis jalan-jalan yang bayar seikhlasnya, ada yang dengan biaya tertentu.

Biaya tertentu ini diterapkan saat tur memasuki kawasan yang memang harus membayar. Biaya ini juga untuk konsumsi yang kebanyakan menggunakan produk usaha kecil menengah milik warga setempat.

BACA JUGA: Komunitas Ini Tebarkan Cinta Literasi ke Pelosok Negeri

Sejauh ini, antusias anak muda cukup tinggi. Pernah dalam mencari peserta sebanyak 25 orang, saat pendaftaran dibuka jam 07.00 WIB, kuota sudah full dalam waktu 30 menit atau pukul 07.30 WIB.

Padahal komunitas sejenis Alon Mlampah cukup banyak. Ada yang sekali berangkat bisa membersamai sampai ratusan orang. “Sepertinya anak muda sudah mulai [menyukai jenis wisata] ke arah situ,” katanya.

Tidak banyak kendala yang ada di lapangan. Umumnya peserta sudah paham tata krama di permukiman seperti tidak memetik bunga sembarangan atau berbicara terlalu keras. Mereka sudah sadar. Warga yang tempatnya dikunjungi juga senang akan kedatangan para anak muda ini. Mereka banyak cerita tentang asal-usul bangunan atau pengalaman mereka.

“Semua tempat yang kami minta izin untuk dikunjungi, semua mengizinkan. Responnya sangat baik, bahkan mereka sangat antusias,” kata Munadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

1.119 WNI Berhasil Dipulangkan ke Tanah Air dari Zona Konflik hingga Bencana Alam

News
| Sabtu, 27 April 2024, 04:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement