Terbaru! Ada Layanan Pengangkut Sampah dengan Aplikasi Online di Jogja
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Belum banyak perusahaan rintisan (start up) terutama di DIY yang mengkhususkan di bidang pengelolaan sampah. Pasti Angkut, start up baru mencoba untuk menawarkan solusi mengatasi sampah di Bumi Mataram.
Resmi beroperasi pada Oktober 2022, usia Pasti Angkut memang seumur jagung. Sebagai perusahaan rintisan yang baru, kepercayaan klien adalah hal yang sangat mutlak. Meski belum genap setahun beroperasi di Jogja, Pasti Angkut sudah memiliki ribuan pelanggan rumah tangga yang bergabung.
Advertisement
Pasti Angkut merupakan start up yang bergerak di bidang urusan persampahan. Secara rutin mereka mengambil sampah milik pelanggan. Selain membantu penanganan sampah rumah tangga di Bumi Mataram, sistem retribusi dalam Pasti Angkut yang ditetapkan per kilogram berat sampah. Tujuannya, agar memberikan edukasi tentang pemilahan dan penanganan sampah kepada warga.
BACA JUGA : Mulai 2023, Depo Sampah di Kota Jogja Lebih Selektif Terima
CFO Pasti Angkut, Salva Yurivan Saragih, menjelaskan Pasti Angkut hadir karena selama ini retribusi pengolahan sampah kurang proporsional. Sampah banyak atau sedikit dipukul rata tarifnya. Sementara lewat aplikasi yang ia kembangkan melalui timbangan dengan harga Rp1.000 per kilogram.
Tarif tersebut akan dibagi untuk jasa pengangkut, pengolah sampah dan jasa aplikasi. Dengan tarif retribusi tersebut harapannya pelanggan membayar sesuai sampah yang ditimbang.
Dengan terdaftar di aplikasi, Salva memastikan sampah pasti diangkut, walau pun kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan ditutup sehingga tidak ada pengaruhnya. Karena sampah yang diambil akan diolah di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas) Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Saat ini usahanya bekerja sama dengan Kupas yang merupakan BUMKal Panggungharjo karena tempat pengolahan sampah tersebut daya tampungnya masih tinggi, dari 30 ton kapasitas per hari baru bisa mengolah sampah sekitar 6,5 ton.
BACA JUGA : Masalah Sampah Tak Kunjung Usai, Masyarakat Perlu
Salva Saragih menambahkan awalnya, Pasti Angkut muncul berkaitan dengan unit bisnis lainnya yang ia bangun, yakni jasa security dan cleaning service. Barulah pada 2022, lahir Pasti Angkut. Menurut Salva, akan lebih baik jika sampah rumah tangga terpilah sebelum disetor ke TPST Piyungan. Dengan begitu, volume sampah tidak bakal berlebihan yang berujung ke TPST. Dari sinilah, Salva memutar otak.
Demi membiasakan kliennya memilah sampah, dia pun memberanikan ciri menawarkan insentif. "Kalau memilah sampah, untuk organik [sisa makanan] maka gratis pengambilan sampah. Untuk sampah residu seperti popok, kain, dan kardus akan ditimbang, dan yang masuk kategori sampah rosok, akan dibeli. Kalau tidak mau memilah, maka ongkos angkut sampahnya bisa lebih mahal," ujar dia kepada Harianjogja.com, Senin (3/4/2023).
Lewat aplikasi yang dikembangkannya nanti melalui timbangan dengan harga Rp1.000 per kilogram. Tarif tersebut akan dibagi untuk jasa pengangkut, pengolah sampah dan jasa aplikasi. Dengan tarif retribusi tersebut harapannya pelanggan membayar sesuai sampah yang ditimbang.
Permasalahan sampah di DIY coba ia atasi dengan mengelola secara komprehensif. Mulai dari hulu, tengah hingga hilir. "Bisnis kami soal sampah ini ada solusi yang dibagi tiga, baik di hulu, hilir dan di tengah-tengah. Pendekatan hulu [masyarakat] yang tidak mau memilah sampah dan konsumsi yang ugal-ugalan, tarif flat. Ini jadi masalah," kata dia.
Sebagai pemimpin di perusahaan, dibutuhkan keberanian untuk memulai sesuatu hal yang baru yang, yakni mengubah perilaku klien, dalam hal ini adalah masyarakat (pelanggan). Baginya, seorang pemimpin itu harus berani memutuskan untuk mengubah perilaku pelanggan dalam konteks sampah. Seorang pemimpin juga harus berani menghadapi risiko dan mencari peluang bisnis yang masih bisa digali. Awalnya, kata Salva, tidak mudah mengubah perilaku masyarakat karena tidak sedikit yang menolak.
Maka, dia tidak segan memberikan contoh kepada karyawan untuk terjun langsung ke lapangan dan melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat. Selain memberikan contoh kepada tim, Salva juga setiap pagi membuka ruang untuk mereview kegiatan yang dilakukan para tim. Setiap ada masalah yang muncul, ruang tersebut menjadi tempat bagi tim untuk mencari solusi persoalan di lapangan.
BACA JUGA : Sampah TPST Piyungan Berkurang 35 Ton, Hasil Kebijakan
"Karena memang ada tekanan yang diterima tim di masyarakat soal penanganan sampah ini. Misalnya sampah yang dibuang harus dibungkus plastik dulu, terkadang ada penolakan di masyarakat sehingga membutuhkan solusi segera," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Siswa SD Warga Indonesia di Kairo Mesir Sambut Kedatangan Presiden Prabowo
Advertisement
Waterboom Jogja Rayakan Ulang Tahun ke-9, Ada Wahana Baru dan Promo Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Diskominfo Bantul Borong Empat Penghargaan Sepanjang Tahun Ini
- Pemudik Berkendara sampai Malam, Menteri PU Harap Jalur Fungsional Tol Jogja-Solo Buka 24 Jam
- Cuaca Ekstrem Melanda Sleman, Begini Mitigasi Kebencanaan di Sektor Pertanian
- RSUD Panembahan Senopati Siapkan Layanan Selama Libur Akhir Tahun
- Diskominfo Bantul Akan Tambah Wifi dan CCTV Publik Tahun Depan
Advertisement
Advertisement