Advertisement
Kasus Leptospirosis Melandai, Warga Diminta Tetap Waspada
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan Gunungkidul mengklaim kasus leptospirosis mulai menurun penyebarannya. Meski demikian, warga masyarakat diimbau tetap mewaspadai potensi penyebaran penyakit ini.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, kasus leptospirosis hampir mirip dengan penyebaran DBD. Pasalnya, penyakit ini menular paling banyak pada saat musim penghujan.
Advertisement
Menurut dia, total hingga Minggu pertama April di Gunungkidul ada 29 warga yang terjangkit lepstospirosis. Adapun dua orang dinyatakan meninggal dunia karena penyakit yang banyak disebabkan oleh air kencing tikus ini.
BACA JUGA : Dua Warga Gunungkidul Meninggal Dunia Akibat
Berdasarkan kasus yang ada, Bulan Maret menjadi puncak penyebaran leptopspriosis karena ada 25 kasus dalam satu bulan. Adapun empat kasus lainnya terjadi rentang waktu antara Januari dan Februari.
“Untuk saat ini belum ada tambahan kasus lagi,” kata Dewi, Minggu (9/4/2023).
Meski ada kencenderungan melandai penularannya, tapi penyebaran Leptospirosis tetap harus diwaspadai. Terlebih lagi, capaian kasus saat sekarang sudah hampir menyamai jumlah penyebaran di 2022 lalu dengan 31 kasus.
“Untuk penyebaran kasusnya paling banyak di Zona Utara Gunungkidul seperti di Kapanewon Gedangsari dan Nglipar,” katanya.
Leptospirosis berkaitan erat dengan kebersihan lingkungan. Oleh karenanya, ia meminta kepada masyarakat untuk terus menjalani pola hidup bersih dan sehat serta rajin berolahraga.
BACA JUGA : Gunungkidul Pastikan Leptotek Tersedia di Semua
Selain itu, juga terus menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang persembunyian tikus yang sering kali menjadi penyebab penularan penyakit ini. “Kalau lingkungan bersih maka kemunculan tikus bisa ditekan sehingga potensi penularan juga bisa berkurang,” katanya.
Dewi menambahkan, potensi penularan tidak hanya berada di lingkungan rumah, tapi juga berada di area persawahan. Ia meminta kepada petani saat beraktivitas memakai alat pelindung diri seperti sepatu boot, sarung tangan hingga baju lengan panjang.
“Untuk pencegahan kami juga akan mengoptimalkan peran dari Satgas One Health yang ada di setiap kapanewon,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul, Ari Siswanto mengatakan, kasus leptospirosis tetap harus menjadi perhatian serius Pemkab Gunungkidul. Upaya pencegahan butuh dimaksimalkan sehingga jumlah kasusnya tidak terus bertambah.
“Harus gerak cepat. Apalagi sudah ada korban jiwa. Jangan sampai kasusnya terus bertambah,” katanya.
BACA JUGA : Gawat, Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Melonjak!
Menurut dia, sosialisasi pencegahan harus digalakkan karena penyebaran penyakit ini juga berkaitan dengan kebersihan lingkungan. “Semoga dengan aksi nyata dalam pencegahan membuat penyebaran bisa terkendalikan,” katanya.
Berdasarkan data enam tahun terakhir pada 2017 leptospirosis tercatat 64 kasus dengan 16 kematian, 2018 ada 16 kasus satu kematian, 2019 sebanyak sembilan kasus ada dua kematian, 2020 tercatat enam kasus dengan satu kematian, 2021 dilaporkan 17 kasus dengan empat kematian, 2022 sebanyak 31 kasus, empat kematian dan 2023 hingga April tercatat 29 kasus dengan dua kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Rekomendasi Tempat Wisata Paling Populer di Thailand, Cek Daftarnya
Advertisement
Berita Populer
- BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca, Hujan Lebat Diperkirakan Terjadi di Gunungkidul dan Sleman Siang Ini
- Guru Penganiaya Siswa SLB di Gunungkidul Dibebastugaskan Sementara, Sanksi Tegas Menanti
- Digelar Tiga Kali, Debat Calon Kepala Daerah Gunungkidul Akan Membahas Ekonomi hingga Pendidikan
- 87 Orang Meninggal Dunia karena Kecelakaan di Bantul Sepanjang April-September 2024
- Belasan Rumah di Gunungkidul Rusak Diterjang Hujan Angin
Advertisement
Advertisement