Advertisement
Hore! Angka Stunting di Prambanan Turun
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Angka stunting atau tengkes di Kapanewon Prambanan Sleman disebutkan menurun pada 2022. Langkah ABCDE masih jadi salah satu strategi untuk terus menekan angka tengkes di Sleman.
Kepala Puskesmas Pariwisata Prambanan, Toto Suharto menyatakan angka stunting di Kapanewon Prambanan mengalami penurunan 2022. Toto mencatat Pada 2021 angka stunting di Prambanan tercatat di angka 6,4 persen, namun setahun berikutnya di tahun 2022 angka stunting turun menjadi 6,29 persen.
Advertisement
Tren penurunan ini diusahakan dapat terus terjadi, salah satunya dengan menggiatkan kegiatan sosialisasi. "Dengan semangat bersama kami akan terus upayakan dengan slogan Solid, Mumpuni, Akurat, Responsif dan Tangguh (SMART)," ujarnya.
Keberhasilan Puskesmas Pariwisata Prambanan dalam menekan angka stunting menurut Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama patut diapresiasi. Bahkan angkanya lebih rendah dari angka stunting di tingkat kabupaten.
Baca juga: Gambaran Tol Jogja Solo Ruas Purwomartani-Trihanggo, Sisi Selatan View Kota Jogja dan Utara Merapi
"Angka stunting di Prambanan yang berhasil turun hingga 6,29 persen patut diapresiasi. Bahkan lebih rendah dari jumlah di Kabupaten Sleman yang berada di angka 6,88 persen. Keberhasilan ini semoga bisa semakin menurun dan menjadi acuan bagi Kapanewon lain," ungkapnya.
Dilanjutkan Cahya, salah satu cara mudah untuk mengingat pencegahan stunting adalah dengan langkah ABCDE. Langkah tersebut dapat diimplementasikan oleh remaja putri sebelum menikah hingga pasca melahirkan.
"Perlu diingat ABCDE yakni Aktif minum tablet tambah darah, Bumil harus teratur memeriksakan kehamilannya, Cukup mengonsumsi protein hewani untuk bayi, Datang ke posyandu setiap bulan dan Eksklusif ASI enam bulan," tegasnya.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo yang hadir ke Puskesmas Pariwisata Prambanan untuk meresmikan Musala Ibnu Sina menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para kader kesehatan yang telah berupaya menekan angka stunting di Sleman. Ia menilai para kader memiliki peran penting dalam menyosialisasikan pencegahan stunting kepada masyarakat. Dengan komitmen bersama, Kustini yakin jumlah anak stunting di Sleman akan semakin menurun.
"Kaderlah yang dapat menggerakkan masyarakat secara langsung. Melalui pendekatan dan sosialisasi, masyarakat dapat lebih cepat memahami cara penanggulangan stunting," ungkapnya.
Kustini mengingatkan kembali anjuran usia pernikahan minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Harapannya dengan kesiapan dari segi usia, kesehatan fisik maupun psikis menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir angka stunting pada anak. "Pencegahan dapat dimulai dengan sosialisasi kepada para remaja ataupun calon pengantin. Sehingga mereka dapat memahami bagaimana mempersiapkan gizi yang tepat untuk calon bayi," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Sheila on 7 Bikin Konser di Medan, Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Sumut Ikut Subur
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Budayawan di Jogja Dilibatkan Pembuatan Maskot Pilkada 2024
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Muncul Aksi Unjuk Rasa di Kantor KPU DIY
- Danais Kembali Dikucurkan untuk Mendukung Program Becak Listrik di 2024
- Heroe Poerwadi Kumpulkan Berkas Pendaftaran Cawali ke DPD Golkar Kota Jogja
- Kereta Api Terlambat, Daops 6 Yogyakarta Minta Maaf
Advertisement
Advertisement