Tolak Jadi Tempat Pembuangan Sampah TPA Piyungan, Warga Karanggeneng Pasang Sejumlah Spanduk
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN -- Masyarakat Padukuhan Karanggeneng, Umbulharjo, Cangkringan menolak keberadaan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) yang bakal dibangun di sana setelah TPA Piyungan ditutup sejak 23 Juli lalu.
Warga Karanggeneng yang 30 persennya bekerja di sektor wisata khawatir keberadaan TPSS pengganti sementara TPA Piyungan akan berdampak pada aktivitas wisata yang berkembang di Karanggeneng, Umbulharjo.
Advertisement
BACA JUGA: TPA Piyungan Ditutup: Hotel dan Restoran Diminta Kelola Sampah
Sejumlah spanduk nampak bertengger di pintu masuk jalan menuju lokasi calon TPSS di Karanggeneng. Tulisannya beragam, intinya satu suara menolak pembangunan TPSS di Karanggeneng.
Salah satu warga Padukuhan Karanggeneng, Naryono menegaskan bahwa masyarakat menolak keberadaan TPSS di Karanggeneng. Penolakan warga ini disampaikan dalam sosialisasi pembangunan TPSS yang digelar pada Selasa (25/7/2023).
"Kemarin kita sudah diadakan sosialisasi, dari pihak-pihak terkait, dari pemerintah desa, dari pemerintah Kabupaten untuk berkaitan dengan TPSS. Untuk masyarakat memang dalam pertemuan itu dalam sosialisasi mayoritas menyatakan tidak setuju," terangnya pada Rabu (26/7/2023) saat kerja bakti pembukaan basecamp jip.
Bukan tanpa dasar, penolakan ini didasari sejumlah kekhawatiran warga soal dampak negatif keberadaan sampah di Karanggeneng. "Mungkin dari udaranya, mungkin dari binatang lalatnya yang di situ, tentunya ketakutan kami akan mengganggu aktivitas ekonomi, aktivitas masyarakat, kesehatan," ungkapnya.
Calon lokasi TPSS Cangkringan pengganti sementara TPA Piyungan, hanya berjarak 200 meter dari pemukiman warga. Sementara warga juga tidak tahu secara rinici luas dampak dari aktivitas sampah ini bisa sampai berapa meter atau bahkan berapa kilometer dari lokasi TPSS.
"Itu tuh dampaknya berapa meter, berapa kilo ini yang kami enggak tahu, yang jelas yang terdekat [rumah warga] adalah 200 meter," ungkapnya.
Naryono yang juga Ketua Pokdarwis Umbulharjo mengatakan ada sekitar 30% warga Karanggeneng yang hidupnya bertumpu pada sektor wisata. Sementara aktivitas penitipan sampah di Cangkringan ini dikhawatirkan akan berdampak pada sektor pariwisata.
"Dampak sampah ini kan tidak hanya kami di Karanggeneng, bisa nanti yang dilewati, apalagi dekat Pentingsari di situ desa wisata yang sudah internasional," ujarnya.
Padahal, Karanggeneng diproyeksikan sebagai Kampung Wisata Edukasi Permainan Anak. Nantinya kawasan tersebut kemungkinan akan dikembangkan dengan kampung cahaya. Di sana juga ada keberadaan Pasar Majapahit yang sempat berhenti karena pandemi juga nantinya akan dikembangkan berbagai dolanan anak.
"Untuk Pasar Majapahit ini sebelahnya. Ini kan kemarin baru dibersihkan karena itu sudah lama berhenti, kan lapak-lapaknya udah lapuk, dikonsep lagi terus ditata ulang," lanjutnya.
Sementara akses ke lokasi bakal TPSS saat ini hanya satu yang juga digunakan untuk akses warga. Di mana tepat di mulut gang digunakan untuk basecamp jip wisata, tak jauh dari situ tempat Pasar Majapahit berdiri baru setelahnya arah menuju bakal calon TPSS. Praktis aktivitas sampah akan melewati jalur yang sama dengan aktivitas wisata yang diproyeksikan warga.
"Apabila ini sudah menjadi kebijakan pemerintah, apalagi ini untuk penanggulangan kedaruratan, ini ya kami masyarakat enggak bisa suara apa-apa," tambahnya.
Menurut Naryono Jangan sampai mencari solusi dari suatu masalah tapi justru menimbulkan masalah baru.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman, Epiphana Kristiyani tak menampik bila seluruh warga dalam sosialisasi menolak keberadaan TPSS di Karanggeneng. Penolakan tersebut didasari aktivitas TPSS yang berbenturan dengan aktivitas pariwisata di sana.
"Semua warga tolak, iya [semua warga menolak], warga Umbulharjo. Mungkin benturannya dengan wisata ya mereka khawatir to kalau njuk wisatane berkembang, ada wisata kuliner ada apa tahu-tahu digunakan sebagai titipan [sampah]," ungkapnya.
Beberapa masyarakat yang bergelut di usaha kuliner takut tidak laku karena terkena image makanannya berasal dari lokasi dekat TPSS yang menjadi tempat sementara sampah TPA Piyungan.
"Sebagain besar karena berkaitan dengan kegiatan mereka ada yang punya restoran, ada yang usaha makanan kecil, lalu mereka takut imagenya kalau engga laku, masak ini katering, kateringnya dari ini, itu kan tempat penitipan sampah, mesti bau sampah. Takutnya benturannya dengan wisata," tambahnya.
Menanggapi penolakan ini, Epi tengah berupaya mencari lokasi lain yang memungkinkan dijadikan tempat penitipan sampah sementara TPA Piyungan. "Kita sekarang berupaya tempat lain yang bisa kita titipi," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Jumat 22 November 2024: Di Kantor Kelurahan Godean
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 22 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Advertisement