Advertisement
Kendalikan Inflasi, 3 Kios Milik Pemkot Jogja di 3 Pasar Jadi Acuan Harga

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemkot Jogja memiliki tiga kios Segoro Amarta di tiga pasar yang dikelolanya untuk mengendalikan inflasi di wilayahnya. Tiga pasar yang memiliki kios Segoro Amarta antara lain Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Prawirotaman.
Pengendalian inflasi yang dilakukan tiga kios itu dengan menjadi acuan harga bahan pangan di pasar-pasar tersebut. Sehingga, tujuan kehadiran tiga kios Segoro Amarta ini bukan untuk meraup untung apalagi bersaing dengan pedagang pasar lain.
Advertisement
Tiga kios Segoro Amarta ini dikelola oleh Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Jogja. Disdag menjalankan tiga kios Segoro Amarta ini bekerja sama dengan pihak swasta sebagai penyetok bahan pangan yang dijajakan di kios-kios tersebut.
BACA JUGA : Antisipasi Inflasi, DIY Usul Tambahan 500 Ton Beras untuk Operasi Pasar
Kepada Bidang Ketersediaan, Pengawasan, dan Pengendalian Disdag Jogja Sri Riswanti menjelaskan tiga kios Segoro Amarta tersebut menjaga kestabilan harga bahan pangan di wilayahnya. “Fungisnya kan jadi acuan harga, baik bagi pedagang maupun pembeli, lewat fungsi acuan harga ini maka kestabilan harga akan tercapai karena ada patokannya. Sehingga kalau ada yang menaikan harga, maka pembeli akan memilih beli bahan pangan di kios ini,” paparnya, Jumat (18/8/2023).
Selain mengendalikan inflasi, jelas Riswanti, kios Segoro Amarta juga menjalankan fungsi pengawasan harga bahan pangan. ““Kios Segoro Amarta menjadi titik pantau baik itu dalam hal referensi harga juga sebagai titik pelaksanaan operasi pasar,” katanya.
Operasi pasar lewat kios Segoro Amarta, lanjut Riswanti, bagian dari penjalanan fungsi pengendalian harga. “Jadi fungsi kios ini sangat strategis dalam pengendalian inflasi karena multi fungsi dan mampu secara akurat memantau hingga mengendalikan harga,” terangnya.
BACA JUGA : Bantul Ikut Topang Pasokan Pangan Jogja
Mengingat fungsi kios Segoro Amarta tersebut, menurut Riswanti, penilain keberhasilannya tidak diukur dari jumlah penjualan hingga keuntunganya. “Kalau kios ramai banyak konsumen untuk kebutuhan pribadi menjadi kecurigaan apakah di pasar terjadi kelangkaan yang mengakibatkan ketersediaan sedikit atau ada permainan dari distributor sehingga membuat harga naik. Ketika kios sepi pun menjadi atensi kami untuk melihat apakah kondisi pasar sedang stabil atau justru perekonomian sedang lesu,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Jenazah Diplomat RI yang Meninggal Ditembak di Peru Segera Dipulangkan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Amanat 5 September 1945, Warga Bantul Disuguhkan Pertunjukan Wayang Republik
- Libur Maulid Nabi, KAI Layani 766.240 Penjualan Tiket
- Libur Panjang Akhir Pekan, Litto Jogja Diserbu Wisatawan
- Dua Truk dan Satu Motor Terlibat Kecelakaan di Jalan Prambanan-Piyungan
- Jelang Konferda, DPD PDIP DIY Gelar Penjaringan Usulan Calon Ketua
Advertisement
Advertisement