Kiprah Tomo, Mewariskan Filosofi Keris ke Generasi Masa Kini
Advertisement
BANTUL—Dusun Banyusumurup, Kalurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, dulunya dikenal sebagai lokasi bermukimnya para empu atau ahli pembuat keris. Banyak nama-nama besar yang pernah dikenal masyarakat luas berasal dari area ini. Sampai sekarang wilayah ini pun kondang sebagai sentra penghasil kerajinan keris.
Perjalanan Banyusumurup sebagai pusat pembuatan keris di Jogja punya sejarah panjang. Keahlian membuat keris diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan warga sekitar. Lama kelamaan aktivitas pembuatan keris oleh warga pun menyebar dan merambah aksesoris pelengkapnya.
Advertisement
Seiring berjalannya waktu dusun itu kini hanya menyisakan satu empu. Adalah Sutomo yang sekarang meneruskan keahlian membuat keris dari ayah dan kakeknya. Kakeknya dulu yakni Empu Sosro Mengglo merupakan Abdi Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang juga seorang Empu.
Mbah Sosro Menggolo dikenal sebagai orang pertama yang jadi pembuat keris di Banyusumurup. Sementara, ayah Mbah Sosro Menggolo bernama Mbah Mangu juga seorang yang ahli membuat warangka atau sarung keris.
BACA JUGA: Sultan Minta Warga Waspada Kebakaran Lahan
Keahliannya pun diwariskan kepada putera pertamanya Empu Djiwo Dihardjo yang sudah menekuni keris sejak 1950 an. Dalam proses pembuatan sebuah keris, seorang Empu akan memperhatikan sejumlah hal salah satunya catatan tentang data diri berupa tanggal lahir si pemesan untuk kemudian dicocokkan dengan kalender tertentu.
Sutomo menjelaskan, sekarang di Banyusumurup mayoritas warga menekuni kerajinan aksesoris keris. Hanya segelintir yang bisa membuat keris termasuk dirinya. Keterampilan warga dalam membuat pelbagai kerajinan keris itu pun diajarkan secara turun temurun pula.
"Kalau keris itu kan bikinnya sendiri-sendiri ada yang spesialis membuat warongko, pendok, dan ukiran. Semakin lama semakin berkembang dan banyak warga sini yang jadi perajin aksesoris," ujarnya.
Aneka jenis keris dibuat di Banyusumurup dan sekitarnya. Warga dari tetangga di sekitarnya pun banyak yang jadi perajin keris. Satu keris kadang bisa dikerjakan oleh lima orang sesuai dengan keahlian masing-masing. Ada yang khusus mengerjakan bagian ukiran, pendok, warongko, gagang keris dan juga keris itu sendiri.
"Peminatnya cukup banyak sampai sekarang. Apalagi di Jogja kan ada aturan soal penggunaan baju adat setempat setiap Kamis Pahing bagi ASN dan sekolah, itu cukup membantu," imbuhnya.
Dulunya, kata Sutomo, pembuatan keris lazim menggunakan meteroit sebagai bahan baku. Sekarang sudah tidak lagi lantaran bahannya sulit diperoleh. Perajin sekarang sudah menggunakan bahan nikel dengan campuran baja dalam pembuatan keris. Ada juga yang menggunakan seng dan besi biasa untuk keris yang kualitasnya di bawah rata-rata.
"Di sini menerima pembuatan sesuai pesanan. Ada yang keris pamor beras wutah, blarak sineret, kenduru dan sebagainya. Tergantung modelnya untuk lama pembuatan. Antara dua minggu sampai dua bulan pengerjaan," kata dia. (BPKSF)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hiswana Migas DIY Dorong Pemilik 4 SPBU yang Ditutup agar Lakukan KSO untuk Kelancaran Distribusi BBM
- Difabel Merdeka Dukung Hasto-Wawan di Pilkada Kota Yogyakarta
- KPU Larang Pemanfaatan Lapangan Denggung, 2 Paslon Pilkada Sleman Urung Gelar Kampanye Akbar
- Dinkes DIY Peringati HKN sekaligus Kampanyekan Pencegahan Stunting lewat Fun Run 5K
- Tarik Uang Taruhan dari 10 Orang, Pemain Judi Online asal Bantul Ditangkap Polisi
Advertisement
Advertisement