Advertisement

DP3AP2KB Beberkan Penyebab Stunting di Kota Jogja

Alfi Annisa Karin
Minggu, 03 Desember 2023 - 18:07 WIB
Maya Herawati
DP3AP2KB Beberkan Penyebab Stunting di Kota Jogja Ilustrasi penanganan stunting. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA–Kabid Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KBPK) DP3AP2KB Kota Jogja Herristanti menuturkan ada beberapa penyebab stunting yang terjadi di Kota Jogja. Di antaranya adalah kurangnya pemenuhan makanan bergizi, praktik pola pengasuhan, dan faktor sosial dan ekonomi.

Ada juga faktor kurangnya akses sanitasi dan air bersih, terbatasnya layanan kesehatan, hingga kurangnya person serta ayah dalam pengasuhan. Beberapa faktor penyebab terjadinya stunting itu dia dapati dari hasil audit kasus stunting 2023 siklus kedua.

Advertisement

Menyasar pada enam kelurahan. Di antaranya adalah Kelurahan Panembahan, Kelurahan Patehan, dan Kelurahan Tahunan. Ada juga Kelurahan Mujamuju, Kelurahan Prenggan, dan Kelurahan Purbayan.

“Audit ini juga menyasar pada 12 ibu hamil, 9 anak usia di bawah dua tahun (baduta), 7 anak batita, dan dua calon pengantin,” ujarnya, Minggu (3/12/2023).

Sementara itu, berdasarkan determinan per-sasaran audit kasus stunting 2023, ada berbagai macam kasus penyebab stunting yang terjadi di 12 lokus. Beberapa di antaranya adalah kasus anemia, terpaparnya asap rokok, kekurangan energi kronis (KEK), kurangnya konsumsi gizi, dan beberapa temuan kasus lainnya. Herristanti menyebut DP3AP2KB akan turut menggandeng OPD lain untuk menindaklanjuti hasil temuan ini.

“Untuk saat ini memang perangkat daerah yang bekerja sama telah sesuai, namun tetap akan kita dorong untuk terus meningkatkan upaya-upaya pencegahan stunting,” katanya.

BACA JUGA: Duh, Beberapa Halte di Bantul Rusak dan Penuh Coretan

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekolog Eugenius Phyowai Ganap mengatakan upaya pencegahan menjadi hal penting dalam penanganan kasus stunting. Pada beberapa kasus stunting, lanjutnya, terdapat penyakit penyerta seperti anemia dan hipertensi. Untuk itu, perlu adanya pengetahuan sebagai upaya pencegahan. Seperti mengonsumsi tablet penambah darah, tidak hamil usia dini di bawah 20 tahun maupun lebih dari 35 tahun.

“Kami sarankan untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu, agar mengetahui kondisi tubuh kita. Atau jika ada penyakit bawaan, sudah terdeteksi sejak dini untuk meminimalkan risiko-risiko di kemudian hari,” katanya.

Phyo menambahkan kasus lain yang cukup banyak ditemui yaitu ibu hamil dengan kondisi kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia. Kondisi KEK dan anemia memiliki pengaruh terjadinya stunting pada anak. Lantaran anemia terjadi saat kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang bersirkulasi di tubuh berkurang.

“Anemia atau Hb konsepnya itu kayak jumlah unit mobil yang mengantarkan nutrisi dan darah ke seluruh tubuh. Sementara, kebutuhan ibu hamil meningkat karena dia harus menyuplai untuk janinnya yang berkembang di dalam kandungan dan menyuplai untuk dirinya sendiri serta menyuplai ke otaknya, Nah kalau unik mobil transport yang dipakai untuk mengantar nutrisi dan darah itu sedikit, otomatis suplai nutrisi dan oksigen yang di alirkan ke janinnya juga akan berkurang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Indonesia Masih Kekurangan Tenaga SDM Kesehatan

News
| Sabtu, 18 Mei 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement