Advertisement

Jadi Oleh-oleh, Batik Kian Diminati Wisatawan di Jogja

Newswire
Sabtu, 24 Februari 2024 - 14:07 WIB
Sunartono
Jadi Oleh-oleh, Batik Kian Diminati Wisatawan di Jogja Aktivitas membatik untuk anak sebagai salah satu edukasi. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Batik kini menjadi salah satu oleh-oleh wisatawan di Jogja selain makanan. Meski bermunculan gerai batik namun pembelinya pun terus berdatangan khususnya untuk segmen wisatawan. Oleh karena itu para pelaku usaha membidik segmen wisatawan sebagai ceruk pemasaran batik di Jogja.

Meski produsen banyak namun peminat batik terus meningkat, karena setiap wisatawan yang datang sebagian besar tidak hanya membeli satu potong saja akan tetapi menjadikannya sebagai oleh-oleh. Oleh karena itu produsen yang dari awalnya bergerak di retail kemudian bergeser ke segmen untuk wisatawan karena peminat yang tinggi. Banyak biro perjalanan yang sudah mengajukan diri akan masuk dengan membawa banyak wisatawan.

Advertisement

"Karena permintaan kalangan pariwisata jauh lebih banyak dibandingkan retailnya, kemungkinan orang Jogj retailnya sudah sering lihat batik terus, sedangkan pariwisata datang ke Jogja kalau tidak membawa oleh-oleh makanan ya pasti membawa oleh-olehnya batik. Sekarang saja sudah banyak biro perjalanan yang mau datang," kata Pemilik Benang Ratu Maria Eunike Santoso di sela-sela pembukaan toko di Jogja, Sabtu (24/2/2024).

BACA JUGA : Mobil Listrik Anyar Hyundai Ioniq 5 Motif Batik Diluncurkan, Sudah Bisa Inden!

Karena segmen wisatawan, harga pun telah ditentukan sesuai dengan skala pabrik dan tidak perlu tawar menawar. Hal ini untuk mencegah agar wisatawan tidak terkena harga nuthuk dan bisa mendapatkan harga yang tepat sesuai dengan kualitasnya.

“Beli dengan harga murah itu tidak harus selalu tempatnya tidak nyaman, tetapi tempatnya nyaman harga murah sehingga cocok untuk wisatawan. Ada lima sensory activity di kami, pengunjung bisa menggunakan lima panca indra untuk merasakan keindahan dan keagungan batik Indonesia melaui penglihatan, pendengaran, perasa, peraba dan penciuman,” katanya.

Selain menyediakan batik yang dijual, ia juga memiliki komitmen untuk memberikan edukasi terkait batik sesuai dengan arahan Dinas Pendidikan. Oleh karena itu disediakan pula bagi pengunjung untuk mencoba aktivitas membatik tulis secara langsung, membuat gerabah hingga membikin teknik pewarnaan pakaian tie dye.

“Kami ingin mengedukasi pengunjung salah satunya dengan adanya instalasi visual kisah legenda Candi Prambanan melalui Roro Jonggrang. Kami tidak hanya menjual batik saja namun memberikan sisi edukasi histori. Kami sengaja menghadirkan cerita rakyat, cerita lokal,” kata Christian Sinudarsono.

Sampah kain batik sisa diproduksi pun tidak dibuang begitu saja. Hal ini sebagai komitmen dalam menjaga keberlanjutan dan mengurangi sampah sejalan dengan batik telah diakui UNESCO. Perca kain yang dalam dua pekan mencapai satu pikap lebih kemudian diolah menjadi berbagai souvenir yang bisa dijual kembali.

BACA JUGA : Gelaran Jogja Batik Carnival 2023 di Tebing Breksi Semakin Memukau

“Kami memiliki komitmen zero waste, semua limbah diolah dengan melibatkan UMKM, penjahitnya juga dari UMKM, 80 persen produksi semua dikerjakan UMKM, sehingga harganya relatif murah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dituding Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam, Ini Klarifikasi Kemenkop-UKM

News
| Sabtu, 27 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement