Advertisement

Kepala BKKBN: Kunci Penurunan Angka Stunting di Tangan Remaja

Media Digital
Selasa, 27 Februari 2024 - 19:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Kepala BKKBN: Kunci Penurunan Angka Stunting di Tangan Remaja Seminar Nasional Kolaborasi PKBI dan BKKBN dengan topik materi Rencana Strategis Nasional dalam Pencegahan Stunting untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045, Sabtu (24/2 - 2024). Istimewa

Advertisement

JOGJA—Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto Wardoyo mengatakan remaja adalah penentu bonus demografi maupun stunting. Hal tersebut dikatakannya dałam Seminar Nasional Kolaborasi PKBI dan BKKBN dengan topik materi Rencana Strategis Nasional dalam Pencegahan Stunting untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045, Sabtu (24/2/2024).

Stunting ditentukan oleh adolescent (remaja). Karena yang hamil dan melahirkan anak-anak stunting adalah yang sekarang masih usia produktif. Sekali lagi, adolescent sebagai penentu kualitas SDM ke depan. Juga penentu bonus demografi," jelasnya.

Advertisement

Dokter Hasto mengatakan semua pihak harus mempunyai kesadaran bahwa sekarang bangsa ini sedang menyongsong tahun 2030, periode akhir SDGs. Sementara BKKBN dan PKBI tentu sangat terkait karena keduanya memiliki tugas mulia terkait SDM. Menurutnya ada beberapa tantangan di depan yang dihadapi bangsa ini dalam konteks pembangunan SDM. Pertama, bonus demografi, berkah atau bencana. Kedua, kualitas SDM yang baik. Ketiga, bagaimana keluarga harus berkualitas. Bahwa KB harus bisa mewujudkan keluarga berkualitas.

Dia menambahkan angka 14% untuk penurunan stunting yang diminta Presiden sebetulnya merepresentasikan bahwa bangsa ini harus bisa mewujudkan kualitas SDM sebaik-baiknya. Spiritnya presiden melampaui spirit WHO (Badan Kesehatan Dunia) terkait batas rekomendasi stunting global.

"WHO di bawah 20 persen. Tetapi Presiden punya semangat tinggi bersama kita untuk bisa melebihi target WHO, yakni stunting 14 persen di 2024," jelasnya.

Dalam hal ini tampak betapa strategisnya peran PKBI dan BKKBN. Karena fondasi utama pembangunan SDM ada pada keluarga. Tercapainya kemajuan bangsa bertumpu pada keluarga. Maka, bangsa ini harus mempunyai perhatian yang kuat terhadap program yang terkait dengan keluarga.

Kembali pada remanja sebagai kunci keberhasilan penurunan angka stunting, bisa dipahami dengan melihat angka kehamilan pada remaja. Dikutip dari Laporan Kependudukan Indonesisa 2023, Kehamilan dan kelahiran pada usia 15-19 tahun (ASFR 15-19) termasuk kategori hamil terlalu muda yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kematian ibu dan bayi. Selain itu, remaja yang berusia 15-19 tahun dari sisi psikologis dan fisiologis belum siap menjadi ibu, sehingga dapat meningkatkan risiko pengasuhan anak yang buruk yang meningkatkan risiko stunting dan gizi buruk pada balita. Melahirkan pada usia muda maka berarti rentang periode kehamilan akan panjang sehingga memicu tingginya fertilitas secara keseluruhan.

Penurunan ASFR 15-19 tahun tidak hanya dalam rangka penurunan angka kelahiran, tetapi lebih kepada peningkatan kualitas kesehatan reproduksi dan juga sebagai salah satu landasan pembangunan kualitas penduduk Indonesia. Untuk wilayah-wilayah dengan ASFR tinggi (di atas

50) harus secara agresif melakukan pendekatan-pendekatan program untuk menurunkan angka ini. Peningkatan kualitas pendidikan perempuan, membuka lapangan kerja perempuan serta pengentasan kemiskinan merupakan determinan dalam penurunan ASFR 15-19 tahun. Oleh karena itu diperlukan penguatan pada program-program yang dapat menurunkan ASFR 15-19 tahun sehingga sesuai dengan target-target pembangunan yang telah ditetapkan.

Secara umum, ASFR 15-19 tahun pada tahun 2022 telah menurun dibanding tahun 2010 untuk semua provinsi. Kisaran ASFR tahun 15-19 tahun 2010 dari 17 sampai 69 kelahiran per 1000 perempuan, sementara kisaran ASFR tahun 15-19 tahun 2022 dari 8 sampai 63 kelahiran per 1000

perempuan. Namun ada dua provinsi yang justru mengalami peningkatan ASFR 15-19 tahun yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat dari 45 kelahiran per 1000 perempuan tahun 2010 menjadi 47 kelahiran per 1000 perempuan. Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian semua pihak. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja
Mendampingi Anak untuk Merdeka Belajar

Mendampingi Anak untuk Merdeka Belajar

Jogjapolitan | 11 hours ago

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Fakta-fakta Seputar Korupsi SYL yang Terungkap di Persidangan, dari Beli Mobil, Kaca Mata hingga Bayar Biduan

News
| Kamis, 02 Mei 2024, 08:27 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement