Advertisement

Kirab Trunajaya Mengawali Peringatan 35 Tahun Kenaikan Takhta Sri Sultan HB X

Media Digital
Kamis, 07 Maret 2024 - 19:37 WIB
Maya Herawati
Kirab Trunajaya Mengawali Peringatan 35 Tahun Kenaikan Takhta Sri Sultan HB X

Advertisement

JOGJA—Setiap 7 Maret diperingati sebagai Hari Ulang Tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didampingi sang permaisuri GKR Hemas.

Pada tahun ini, bertepatan dengan 35 tahun bertakhta, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat (Kraton Jogja) bersama Dinas Kebudayaan DIY menggelar serangkaian agenda untuk memperingati Tingalan Jumenengan Dalem (Peringatan Kenaikan Takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas) yang diawali dengan Kirab Trunajaya. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Yosef Leon. 

Advertisement

Iring-iringan prajurit bergada, penari Beksan Trunajaya berkuda dan puluhan desa budaya di DIY memenuhi sepanjang Jalan Malioboro merayakan Tingalan Jumenengan Dalem pada Kamis (7/3/2024) sore. Rute kirab mengambil titik awal dari depan gedung DPRD DIY dan berakhir di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Yogyakarta. Kerumunan massa menyemut antusias menyaksikan agenda budaya ini. 

Penari Beksan Trunajaya yang pada tanggal 8 Maret besok tampil dalam pembukaan pameran Abhimantrana, salah satu rangkaian agenda Tingalan Jumenengan Dalem, ikut pula berpawai. Serangkaian seremoni yang dipimpin oleh KPH Notonegoro sebagai manggala yudha prajurit Keraton Yogyakarta mengawali kirab budaya itu. 

Beksan Trunajaya merupakan istilah yang merujuk pada tiga beksan (tarian) Yasan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono I meliputi Beksan Lawung Alit, Beksan Lawung Ageng, dan Beksan Sekar Medura. Ketiganya merupakan tarian sentral yang menjadi cikal bakal beragam tari putra gaya Jogja.

Selama 80 tahunan terakhir, karya tersebut belum pernah dipentaskan secara utuh, terakhir menurut catatan arsip ditampilkan secara penuh pada 1938 silam era HB VIII. Tarian tersebut rencananya akan ditampilkan secara utuh pada Jumat 8 Maret besok. Para penarinya ikut serta dalam pelaksanaan kirab dengan menggunakan busana yang sama seperti yang akan dipakai pentas besok.

Penghageng Kawedanan Hageng Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat KPH Notonegoro mengatakan, sebelum pentas merupakan hal yang biasa bagi para penari Trunajaya untuk ikut serta dalam kirab. Kirab ini juga menjadi yang pertama kalinya digelar setelah pandemi Covid-19 sekaligus menjelang peringatan hari jadi DIY. 

BACA JUGA: Anggaran Habis Terpangkas, DPUPRKP Gunungkidul Hanya Tambal Jalan Jelang Lebaran

"Karya ini dari HB I yang bercerita tentang inspirasi pertarungan watangan, sebuah olahraga prajurit, tapi ketika disaksikan terlihat sekali bagaimana beksan ini menggugah semangat keberanian prajurit terutama pada waktu melawan penjajah," ujarnya. 

Sedikit bercerita tentang beksan Trunajaya, karya ini terinspirasi dari perlombaan watangan, yakni latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak yang biasa dilakukan oleh Abdi Dalem Prajurit pada masa lalu. Perlombaan ini dilakukan tiap hari Sabtu atau sering disebut Seton, menggunakan lawung sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan dan diadakan di Alun-alun Utara dengan menggunakan Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Laut dan Gendhing Monggang. 

Selain faktor perlombaan watangan, Beksan Trunajaya dilakukan oleh Bregada Nyutra, bregada terpanjang yang ada di Kraton Jogja. Bregada tersebut dibagi menjadi beberapa seksi, yakni Tambak Boyo, Waning Boyo, Waning Pati, Sumoatmojo dan Trunajaya. Masing-masing seksi tersebut memiliki dan menggunakan senjata yang berbeda-beda. Secara khusus, permainan watangan dimainkan dengan seksi prajurit paling akhir, yakni Trunajaya yang menggunakan senjata lawung.

Beksan Trunajaya terdiri dari Lawung Alit, Lawung Ageng, dan Sekar Medura. Peran penari pada Lawung Ageng dan Lawung Alit hampir sama dan menggunakan lawung, yang terdiri dari Botoh, Lurah, Jajar, Ploncon dan Salaotho. Hanya yang membedakan pada adanya adegan seperti layaknya taruhan pada Lawung Alit. Sedangkan Sekar Medura merupakan puncak dari Beksan Trunajaya, yang dimana menggambarkan pesta setelah latihan dan perlombaan watangan. 

"Gerakan-gerakan Beksan Trunajaya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan," kata Kanjeng Noto. 

Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni Khunda Kabudayan DIY Yuliani Eni Rahayu mengatakan, pihaknya berharap agenda ini bisa dilaksanakan setiap tahun pada 7 Maret. Selain bisa menambah agenda budaya juga bisa menyemarakkan atraksi wisatawan sekaligus rangkaian peringatan hari jadi DIY. 

"Harapannya ini dirutinkan setiap 7 Maret maka bisa jadi agenda wisata dan menambah agenda budaya sekaligus semarak hari jadi DIY," kata Eni. 

Kirab Trunajaya selain diikuti oleh para penari juga diikuti oleh Desa Budaya binaan Dinas Kebudayaan DIY sebanyak 10 kelurahan, per kelurahan 30 peserta, total 300 peserta di antaranya Kalurahan Budaya Sidoluhur, Parangtritis, Jatimulyo, Terban, Ngeposari, Wonosari, Gedongkiwo, Tamanmartani, Tuksono dan Mulyodadi. 

Eni menyebut, keterlibatan Desa Budaya DIY pada agenda ini sekaligus ingin menunjukkan bahwa kalurahan menjadi garda terdepan dalam mengimplementasikan semangat keistimewaan sesuai dengan esensi dari peringatan Tingalan Jumenengan Dalem. Kader budaya di tingkat paling bawah diminta untuk menjaga nilai-nilai keistimewaan Jogja dan meneruskannya kepada generasi muda. 

"Kita turut bersyukur bahwa naik takhtanya Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas sudah menginjak usia yang ke 35 tahun, semoga upaya kita ini menjadi bagian dari menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta melestarikan adat budaya tradisi yang ada di wilayah DIY," katanya. (***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Presiden Prabowo Upayakan Turunkan Lagi Biaya Haji hingga di Bawah Malaysia

News
| Minggu, 04 Mei 2025, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng

Wisata
| Minggu, 27 April 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement